Hamzah bin Abdul-Muththalib

Paman Muhammad
(Dialihkan dari Hamzah bin Abdul Muthalib)

Hamzah bin Abdul Muthalib (bahasa Arab: حمزه بن عبد المطلب; meninggal 3 H) adalah sahabat, paman, sekaligus saudara sepersusuan Nabi Muhammad ﷺ. Hamzah memiliki julukan "Singa Allah" (أسد الله asadullah) karena kepahlawanannya saat membela Islam.[1]

Asadullah (أَسَد ٱللَّٰه)
Sayyidus Syuhadaaʾ (سَيِّدُ ٱلشُّهَدَاء)
Hamzah bin Abdul Muthalib
حَمْزَة ٱبْن عَبْد ٱلْمُطَّلِب
Informasi pribadi
Lahir
Hamzah bin Abdul Muthalib

ca 568
Mekkah, Hijaz
Meninggal23 Maret 625
Gunung Uhud, Madinah
Suami/istriSalma binti Umays
Zaynab binti Al-Milla
Khawla binti Qays
AnakUmama
Amir
Bakr
Umara
Orang tua
PekerjaanPemburu
SukuBani Hasyim
AgamaIslam
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Hamzah lahir diperkirakan hampir bersamaan dengan Nabi Muhammadﷺ. Ia merupakan anak dari Sayyidina Abdul-Muththalib dan Haulah binti Wuhaib dari Bani Zuhrah. Menurut riwayat, pernikahan Abdul-Muththalib dan Sayyidina Abdullah bin Abdul-Muththalib terjadi bersamaan waktunya, dan ibu dari Nabi, Sayyidah Aminah binti Wahab, adalah saudara sepupu dari Haulah binti Wuhaib. Sayyidina Hamzah mempunyai otak yang cerdas dan pendirian yang kuat, beliau termasuk tokoh Quraisy yang disegani.

Beliau memeluk Islam pada tahun keenam kenabian (tahun 7 sebelum hijrah). Ia ikut hijrah bersama Rasulullah dan ikut dalam perang Badar. Nabi Muhammad ﷺ menjulukinya “Asadullah” (Singa Allah) dan menamainya sebagai “Sayidus Syuhada” kematian Hamzah ini pun sangat membuat rasulullah sangat sangat terpukul dan menangis sejadi jadinya. Muhammad sangat meratapi kematian Hamzah hingga menimbulkan kecemburuan dari Allah SWT. Allah kemudian menyampaikan Firmannya " wahai muhammad, janganlah kamu meratapi kematian seseorang karena aku lebih mengetahui sesuatu hal daripada kamu,janganlah sampai cintamu pada manusia melebihi cintamu kepadaku karena sesungguhnya cintamu hanya milikku". Firman Allah ini dicatat oleh imam syafii dalam kitabnya.[1]

Kehidupan

sunting

Tahun 7 Sebelum Hijriyah: Masuk Islam

sunting

Sejak memeluk islam, Hamzah telah berniat untuk membaktikan segala keperwiraan, keperkasaan, dan juga jiwa raganya untuk kepentingan da'wah islam. Karena itu tidaklah mengherankan jika Nabi Muhammadﷺ menjulukinya dengan sebutan "Asadullah" yang artinya singa Allah.

Sementara itu, Abu jahal yang telah mengetahui bahwa Hamzah telah berdiri dalam barisan kaum muslimin berpikir bahwa perang antara kaum Quraisy dengan kaum muslimin sudah tidak dapat dielakkan lagi. Oleh karena itu, ia mulai menghasut dan memprovokasi orang-orang Quraisy untuk melakukan tindak kekerasan terhadap Rasulullahﷺ dan pengikutnya. Bagaimanapun, Hamzah tidak dapat membendung kekerasan yang dilakukan kaum Quraisy terhadap para sahabat yang lemah. Akan tetapi harus diakui, bahwa keislamannya telah menjadi perisai dan benteng pelindung bagi kaum muslimin lainnya. Lebih dari itu, dia menjadi daya tarik tersendiri bagi kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar jazirah Arab untuk lebih mendalam mengetahui Agama Islam.

Tahun 2 Hijriyah: Perang Badar

sunting

Pasukan kaum muslimin yang pertama kali dikirim oleh Nabi Muhammad SAW dalam perang Badar, dipimpin langsung oleh Hamzah dan Ali bin Abu Thalib menunjukkan keberaniannya yang luar biasa dalam mempertahankan Islam, hingga akhirnya kaum muslimin berhasil memenangkan perang tersebut secara gilang gemilang. Banyak korban dari kaum kafir Quraisy dalam perang tersebut, dan tentunya mereka tidak mau menelan kekalahan begitu saja. Maka mereka mulai mempersiapkan diri dan menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas kekalahan yang mereka alami sebelumnya.

Tahun 3 Hijriyah: Perang Uhud dan Syahid

sunting

Suku Quraisy disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk menghancurkan kaum muslimin. Sasaran utama perang tersebut adalah Muhammad dan Hamzah. Mereka memiliki rencana yang keji terhadap Hamzah yaitu dengan menyuruh seorang budak yang mahir dalam menggunakan tombak dan organ hatinya akan diambil dan akan dimakan oleh Hindun yang memiliki dendam karena ayahnya Utbah bin Rabi'ah, dibunuh oleh Hamzah pada Perang Badar. Budak tersebut adalah Wahsyi bin Harb. Wahsyi diberi tugas membunuh Hamzah dan dijanjikan imbalan dimerdekakan dari perbudakan. Akhirnya kedua pasukan tersebut bertemu dan terjadilah pertempuran yang dahsyat, sementara Hamzah berada di tengah-tengah medan pertempuran untuk memimpin sebagian kaum muslimin. Ia mulai menyerang ke kiri dan ke kanan.

Seluruh pasukan kaum muslimin maju dan bergerak serentak ke depan, hingga akhirnya dapat diperkirakan kemenangan berada di pihak kaum muslimin. Dan seandainya pasukan pemanah yang berada di atas Bukit Uhud tetap patuh pada perintah Rosulullah untuk tetap berada di sana dan tidak meninggalkannya untuk memungut harta rampasan perang yang berada di lembah Uhud, niscaya kaum muslimin akan dapat memenangkan pertempuran tersebut.

Di saat mereka sedang asyik memungut harta benda musuh islam yang tertinggal, kaum kafir Quraisy melihatnya sebagai peluang dan berbalik menduduki bukit Uhud dan mulai melancarkan serangannya dengan gencar kepada kaum muslimin dari atas bukit tersebut. Tentunya penyerangan yang mendadak ini pasukan muslim terkejut dan kocar-kacir dibuatnya. Melihat itu semangat Hamzah semakin bertambah berlipat ganda. Ia kembali menerjang dan menghalau serangan kaum Quraisy.

Sementara itu Wahsyi terus mengintai gerak gerik Hamzah setelah menebas leher Siba' bin Abdul Uzza. Wahsyi mengambil ancang-ancang dan melempar tombaknya dari belakang yang akhirnya mengenai pinggang bagian bawah Hamzah hingga tembus ke bagian depan di antara dua pahanya. Lalu Ia bangkit dan berusaha berjalan ke arah Wahsyi, tetapi tidak berdaya dan akhirnya roboh dan meninggal sebagai syahid.

Usai peperangan, Nabi Muhammad dan para sahabatnya bersama-sama memeriksa jasad dan tubuh para syuhada yang gugur. Tidak sedikit pun terlintas di benaknya bahwa moral bangsa Arab telah merosot sedemikian rupa. Mereka merusak jasad Hamzah, merobek dadanya, dan mengambil hatinya.

Ibnu Atsir berkata dalam Usud al-Ghabah, "Dalam perang Uhud, Hamzah berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy. Sampai pada suatu saat, dia tergelincir sehingga ia terjatuh kebelakang dan tersingkaplah baju besinya. Pada saat itu, ia langsung ditombak dan dirobek perutnya. Lalu, hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya hati Hamzah tetapi tidak tertelan dan segera dimuntahkannya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq di dalam Sirah Ibnu Ishaq: "dari Abdurahman bin Auf bahwa Ummayyah bin Khalaf berkata kepadanya, “Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias dengan bulu-bulu itu?”

Aku menjawab, “Dia adalah Hamzah bin Abdul Muthalib.”

Lalu, Umayyah berkata, “Dialah yang membuat kekalahan kepada kami.”"

Ketika dia melihat keadaan tubuh pamannya, dia sangat marah dan Allah menurunkan firmannya (QS an-Nahl ayat 126): Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar."

Setelah itu, Nabi bersama kaum muslimin menyalatkan jenazah pamannya dan para syuhada lainnya satu per satu. Pertama Hamzah disalatkan, lalu dibawa lagi jasad seorang syahid untuk disalatkan sementara jasad Hamzah tetap dibiarkan di situ. Lalu, jenazah itu diangkat, sedangkan jenazah Hamzah tetap di tempat. Kemudian dibawa jenazah yang ketiga dan dibaringkan di samping jenazah Hamzah. Lalu Nabi dan para sahabat lainnya menyalatkan mayat itu. Demikianlah Nabi menyalatkan para syuhada Uhud satu per satu, hingga jika di hitung, maka Muhammad dan para sahabatnya telah menyalatkan Hamzah sebanyak tujuh puluh kali. Abdurrahman bin Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar, Hamzah berperang di samping Muhammad dengan memegang 2 bilah pedang. Beliau juga salah satu syuhada yang darah masih mengalir dalam perang uhud.[1]

Keistimewaan Hamzah bin Abdul Muthalib ra

sunting

Berikut adalah diantara keistimewaan Hamzah bin Abdul Muthalib Ra:

  1. Kuat dan pemberani melawan orang kafir Quraisy demi membela Nabi Muhammad sholallahu alaihi wasallam, yang juga keponakannya. Dikisahkan, suatu ketika, yang mana pada saat itu Hamzah sudah tertarik dengan Islam, namun belum menyatakan keislamannya kepada Rosulallah dan kepada publik. Ketika beliau akan tawaf, tiba-tiba ada yang melaporkan kepadanya, bahwa keponakannya, Rosulallah sholllahu alaihi wasalam, dihina dan dimaki-maki dan disakiti oleh Abu Jahal, salah seorang pentolan Kafir Quraisy, Maka marahlah hamzah, kemudian mencari dimana keberadaan Abu jahal. Ketika sudah menemukan Abu Jahal, beliau langsung mendekat dan memukul kepala abu jahal dengan busurnya hingga berdarah. Dan dibentakklah Abu jahal, "Mengapa kamu cela dan maki Muhammad sholllahu alaihi wasalam, padahal aku telah menganut agamanya dan mengatakan apa yang dikatakannya? ulangilah makianmu itu kepadaku jika kamu berani?" Abu Jahal pun hanya diam, terkaget setengah mati karena ternyata Hamzah sudah masuk Islam, dan dia juga tahu Hamzah adalah Jagoannya Quraisy.[2]
  2. Mendapat julukan "Singa Allah dan Singa Rosul-Nya" dari Rosulallah sholllahu alaihi wasalam. Hal ini karena kekuatan dan keberanian beliau dalam membela Agama Allah.[2]
  3. DIpilih Rosulallah sholllahu alaihi wasalam menjadi panglima dalam peperangaan yang tanpa disertai Rosulallah sholllahu alaihi wasalam.[2]
  4. Syahid pada Perang Uhud. Beliau dibunuh oleh Wahsyi, budak suruhan Hindun binti Uthbah karena telah kehilangan Ayah, paman, saudara dan putranya yang dibunuh oleh Sayyidina Hamzah pada perang Badar.[2]
  5. Penghormatan atas gugurnya beliau yang sangat kejam, menyebabkan turunnya wahyu dari Allah. Hamzah tidak hanya gugur di perang Uhud, namun badannya juga dicabik-cabik, dan hatinya diambil oleh Hindun dan dikunyah-kunya hatinya untuk membalas dendam atas kematian ayahnya. Rosulallah sholllahu alaihi wasalam yang melihat apa yang terjadi pada pamannya tersebut, menjadi sangat marah dan berkata, "Sekiranya aku diberi kemenangan oleh Allah disalah satu medan pertempuran dengan orang Quraisy, niscaya kucabik-cabik tubuh tiga puluh orang laki-laki diantara mereka". Maka Allah pun menurunkan ayat: Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesaharanmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka, dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS An-Nahl: 126-128)[2]
  6. Disholatkan Rosulallah sholallahu alaihi wasallam sebanyak 70 kali. Semua sahabat yang gugur pada perang Uhud disholatkan satu persatu. Setiap sahabat yang gugur dibaringkan didekat jenazah Hamzah ra, kemudian disholatkan oleh Rosulallah sholallahu alaihi wasallam bersama para sahabat. sahabat yang sahid itupun diangkat, sedangkan jenazah Hamzah ra tetap dibiarkan. kemudian didatangkan lagi jenazah sahabat lain didekat Hamzah ra, kemudian disholatkan. Begitu seterusnya hingga semua sahabat yang syahid disholatkan. Sedangkan Hamzah ra ikut disholatkan bersama masing-masing dari sahabat yang gugur sebanyak 70 orang.[2]

Pranala luar

sunting

(Arab) "Hamzah bin Abdul-Muththalib" Ath-Thabaqaat al-Kubraa Diarsipkan 2017-12-01 di Wayback Machine.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c "Siapa itu Hamzah bin Abdul-Muththalib? • Kamus Istilah Islam • RisalahMuslim" (dalam bahasa Inggris). 2022-05-08. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-30. Diakses tanggal 2022-10-19. 
  2. ^ a b c d e f Muhammad KHalid, Khalid (Robiul Akhir, 1439 H). Biografi 60 Sahabat Nabi. Jakarta Timur: Ummul Qura. hlm. 169–187. ISBN 9786029896886.