Halaban, Lareh Sago Halaban, Lima Puluh Kota
Halaban adalah nagari yang berada di kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia.
Halaban | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sumatera Barat | ||||
Kabupaten | Lima Puluh Kota | ||||
Kecamatan | Lareh Sago Halaban | ||||
Kodepos | 26262 | ||||
Kode Kemendagri | 13.07.09.2006 | ||||
Luas | 66,15 km² | ||||
Jumlah penduduk | ... jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
Situs web | nagarihalaban | ||||
|
Sejarah
suntingMenurut cerita turun temurun, nenek moyang anak Nagari Halaban berasal dari Nagari Limo Kaum daerah Pariangan, Padang Panjang sekitar abad ke 7.
Mereka datang dengan sejumlah rombongan. Salah satunya berjalan dari Limo Kaum menuju Koto Lalang yang terletak di pinggir Nagari Tanjung Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara.
Tak lama di Koto Lalang, mereka melanjutkan perjalanan ke arah Kalo-Kalo terus ke Tabek Panjang Kenagarian Lubuak Jantan berikut melintasi Batang Sinamar menuju Tanjung Lansek dan Pamasian.
Setelah beberapa lama menetap di Pamasian, melanjutkan perjalanan menelusuri Batang Sinamar dan selanjutnya menuju Gunung Sago yang kini Taratak Tinggi. Lantaran Taratak Tinggi tidak memungkinkan untuk membuat areal persawahan, rombongan berikutnya kembali perjalanan ke arah Gunung Sago.
Selanjutnya, rombongan terpencar dan ada yang sampai di pinggiran Batang Sinamar di Lubuak Lompek, ada pulo yang terus ke Atas Koto. Selang beberapa lama, mereka berkumpul kembali dan membuat perkampungan di Koto Lambuak Tuo serta membuat dusun-dusun yang antara lain bernama :
- Dusun Lareh Nan Panjang
- Dusun Lompek
- Dusun Kabun
Konon nama Halaban berasal dari kata halal dan laban. Halal artinya baik atau boleh, sedangkan laban artinya susu. Halaban berarti susu yang baik atau halal. Kata tersebut berasal dari pernyataan utusan Syehk Bantan yang bernama Pakiah Badangkiang yang mendapati Nenek Juaro sedang memerah susu sapi dan mengatakan halal laban atau susu yang baik atau halal.[1]
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
suntingPada saat ibu kota Indonesia di Yogyakarta ditaklukkan oleh Belanda saat Agresi Militer Belanda II dan para pemimpin negara seperti Soekarno, Moh Hatta, Sutan Sjahrir, Agus Salim ditangkap dan diasingkan keluar Jawa.
Mendengar ibu kota ditaklukkan Belanda, Sjafruddin Prawiranegara[2] dengan beberapa tokoh lainnya seperti Teuku Mohammad Hasan, Kolonel Hidayat mengadakan rapat di kediaman gubernur Sumatera Tengah di Bukittinggi dan kemudian menuju ke Halaban untuk membentuk PDRI.[3]
Geografis
suntingBatas Wilayah
Arah | Batas |
---|---|
Utara | Nagari Tanjuang Gadang |
Selatan | Nagari Tanjuang Bonai, Kab. Tanah Datar |
Timur | Nagari Ampalu, Nagari Unggan Kab. Sijunjung, dan Kab. Kampar, Riau |
Barat | Gunung Sago |
Jorong
sunting- Air Babar
- Alang Laweh
- Atas Laban
- Kabun
- Kapalo Koto
- Lambuak
- Lompek
- Padang Tangah
Fasilitas
suntingPendidikan
- Tk & Paud 1 unit (Swasta)
- SD Negeri 5 unit
- SMP Negeri 1 unit
- MTS Halaban
Kesehatan
- Puskesmas 1 unit
- Puskesmas pembantu 1 unit
- Posyandu 9 unit
- Poskesri 3 unit
Kantor pemerintahan
- Kantor wali Nagari 1 unit
- Kantor wali Jorong ... unit
Perdagangan
Agama
- Masjid 8 unit
- Mushalla 17 unit[4]
Peristiwa penting
sunting- Tempat deklarasi Pemerintah Darurat Republik Indonesia
Referensi
sunting- ^ "Berita". limapuluhkotakab.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-03. Diakses tanggal 2021-09-30.
- ^ Efendi, Feni (2019). Jejak yang terlupakan: menyusuri jejak Mr. Syafruddin Prawiranegara dalam menjalankan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dalam masa Agresi Militer kedua Belanda di Sumatera Tengah. Yogyakarta: Penerbit JBS. ISBN 9786239067281.
- ^ Welianto, Ari (2020-03-08). Welianto, Ari, ed. "Sejarah dan Peran PDRI". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-13. Diakses tanggal 2021-12-18.
- ^ "Nagari Halaban, Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota". Langgam.id. 2020-02-25. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-30. Diakses tanggal 2021-09-30.
Pranala luar
sunting