Haha-jima
26°39′N 142°10′E / 26.650°N 142.167°E
Haha-jima (母島 , arti harfiah: "Pulau Ibu") adalah pulau terbesar nomor dua di Kepulauan Ogasawara (Kepulauan Bonin) di selatan kepulauan utama Jepang. Pulau ini luasnya 21 km², termasuk wilayah administrasi desa Ogasawara, Subprefektur Ogasawara, Prefektur Tokyo.
Pulau terbesar di Kepulauan Ogasawara, Chichi-jima (Pulau Bapak) terletak kira-kira 50 km sebelah utara. Di Kepulauan Ogasawara hanya ada dua pulau berpenghuni, Chichi-jima dan Haha-jima. Dari Pelabuhan Futami di Chichi-jima, pulau ini kira-kira dua jam dengan kapal Hahajima Maru. Pelabuhan berada desa Okimura, satu-satunya permukiman penduduk di bagian selatan pulau.
Titik tertinggi di pulau ini adalah Gunung Chibusa (Chibusa-yama) yang tingginya kira-kira 462 m, dan Gunung Sakaigatake (443 m). Haha-jima bersama pulau-pulau bertetangga, Ane-jima (arti harfiah: Pulau Kakak Perempuan), Imōto-jima (Pulau Adik Perempuan) dan Mukō-jima (Pulau Menantu Laki-Laki) disebut Kepulauan Haha-jima (母島列島), atau nama lama: Kepulauan Baily.
Sejarah
suntingHaha-jima dulunya disebut Pulau Coffin (arti harfiah: Pulau Peti Mati) atau Pulau Hillsborough, dan dihuni oleh orang Eropa sebelum dijadikan wilayah Jepang. Semasa Perang Dunia II, Pemerintah Jepang memindahkan penduduk lokal, dan membentengi pulau yang dijadikan sasaran serangan Amerika Serikat. Sisa-sisa perbentengan di pulau ini sekarang dijadikan atraksi wisata. Perekonomian pulau ini bergantung pada perikanan, dan pengilangan rum.
Populasi Haha-jima kira-kira 450 jiwa, tetapi pernah mencapai 1.546 jiwa pada tahun 1904, dan 1.905 jiwa pada tahun 1940. Antara desa Kita-mura (北村) di ujung utara pulau (sekarang tidak berpenghuni) dan desa Oki-mura (沖村) di ujung selatan pulau dihubungkan oleh seruas jalan. Di pulau ini tidak ada transportasi umum.
Ekologi
suntingHaha-jima diminati ahli malakologi karena memiliki siput darat endemik, termasuk spesies Lamprocystis hahajimana yang diberi nama menurut nama pulau ini. Keberadaan spesies invasif termasuk kambing yang menghancurkan habitat, hewan pengerat, Platyhelminthes dan Euglandina rosea yang memakan siput lokal, banyak dari hewan endemik dikhawatirkan sudah punah.[1]
Sebagian besar bila tidak semua, spesies siput darat tampaknya bertahan di Tanjung Higashizaki yang berada di pesisir timur. Daerah ini masih alami, berpemandangan indah, tetapi sulit dicapai (harus mendaki Gunung Chibusa dan menuruninya hingga ke tanjung). Di tempat ini terdapat pohon Livistona chinensis, pandanus, dan Persea kobu, hutan avokad) liar dan tampaknya belum terjamah oleh spesies invasif pada saat ini.[1]
Siput
suntingSiput endemik Kepulauan Ogasawara.
- Boninena callistoderma, spesies terancam, sekarang hanya ada di Haha-jima dan Ane-jima yang bertetangga[1]
- Gastrocopta boninensis, spesies rentan
- Hirasea acutissima, spesies terancam (diperkirakan punah, ditemukan kembali tahun 2003), endemik Haha-jima[1]
- Lamellidea biplicata, spesies rentan
- Lamprocystis hahajimana, spesies terancam
- Mandarina hahajimana, kurang Data, kemungkinan takson baru[1]
- Mandarina polita, kurang Data
- Ogasawarana yoshiwarana, spesies terancam (diperkirakan punah, ditemukan kembali tahun 2003), endemik Haha-jima[1]
- Ogasawarana arata, kurang Data
- Paludinella minima, kurang Data
- Ptychalaea dedecora, spesies rentan
- Tornatellides tryoni
Catatan kaki
suntingReferensi
sunting- Chiba, Satoshi; Davison, Angus & Mori, Hideaki (2007): Endemic Land Snail Fauna (Mollusca) on a Remote Peninsula in the Ogasawara Archipelago, Northwestern Pacific. Pacific Science 61(2): 257–265.DOI: 10.2984/1534-6188(2007)61[257:ELSFMO]2.0.CO;2 HTML abstract Diarsipkan 2023-08-12 di Wayback Machine.