Grand Sahid Jaya Jakarta

Grand Sahid Jaya Jakarta adalah hotel berbintang 5 yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Dibangun dalam rangka menyambut konferensi Pacific Area Travel Association 1974 yang digelar di Jakarta, hotel ini adalah penginapan kedua yang dimiliki oleh Sukamdani Sahid Gitosardjono, pemilik dari Sahid Group yang mengelola hotel melalui jaringan Sahid. Belakangan, Grand Sahid Jaya Jakarta menjadi cikal bakal pengembangan superblok Sahid City yang membentang dari Jalan Jenderal Sudirman ke Jalan Kyai Haji Mas Mansyur.[1]

Grand Sahid Jaya Jakarta
Peta
Informasi umum
LokasiJakarta, Indonesia
AlamatJl. Jenderal Sudirman No.Kav.86, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat
Koordinat6°12′40″S 106°49′12″E / 6.21105°S 106.82008°E / -6.21105; 106.82008
Pembukaan23 Maret 1974; 50 tahun lalu (1974-03-23)
PemilikSahid Group
ManajemenSahid Hotels & Resorts
Data teknis
Jumlah lantai17 (sayap 1974)
20 (sayap 1989)
Desain dan konstruksi
ArsitekPRW Architects
PengembangWaskita Karya
Total Bangun Persada (1989)
Informasi lain
Jumlah kamar560
Jumlah rumah makan4
Situs web
sahidhotels.com/grand-sahid-jaya-jakarta/

Sejarah

sunting

Sejak pembukaan Sahid Sala pada tahun 1965, Sukamdani Sahid Gitosardjono memiliki rencana untuk memperluas usaha penyantunannya ke kota-kota lain. Dia akhirnya memilih Jakarta sebagai lokasi kedua hotel Sahid. Faktor tersebut dipengaruhi oleh pemilihan Jakarta sebagai tuan rumah dari konferensi Pacific Area Travel Association (PATA) 1974, sehingga membutuhkan akomodasi berstandar internasional yang banyak. Per tahun 1969, Kompas menyebutkan bahwa Jakarta hanya memiliki 2.000 kamar hotel bertaraf internasional, sementara satu-satunya hotel berbintang 5 adalah Hotel Indonesia.[2]

Pembangunan hotel dimulai pada tanggal 8 Juli 1970 dan berlangsung selama tiga tahun. Waskita Karya bertugas membangun gedung sesuai hasil rancangan PRW Architects. Pembangunan diwarnai oleh berbagai drama, mulai dari tuntutan ganti rugi masyarakat Karet Tengsin yang rumahnya digusur untuk pembangunan hotel, perancah yang roboh akibat angin kencang, hingga pemolesan yang belum selesai saat hotel dikunjungi oleh Wakil Presiden Hamengkubuwana IX pada tanggal 15 Maret 1974. Untuk mendanai pembangunan hotel yang ditaksir menghabiskan Rp10,4 miliar, Sahid harus mengorbankan kekayaannya; rumahnya di Jakarta ikut digusur, dan usaha-usaha seperti toko di Pasar Baru dan pabrik percetakan di Jembatan Lima dijual untuk menutupi kekurangan pendanaan. Menurut Sahid, pemolesan terakhir baru selesai beberapa jam sebelum Presiden Soeharto datang untuk meresmikan hotel pada tanggal 23 Maret 1974.[2]

Hotel ini awalnya dibuka dengan nama Sahid Jaya Boulevard Hotel. Sahid menekan kontrak dengan Travelodge, jaringan hotel asal Australia, untuk mengelola hotel melalui merek Boulevard. Kerja sama ini hanya seumur jagung, dikarenakan datangnya jaringan hotel asing dianggap tidak menguntungkan industri perhotelan Jakarta yang saat itu masih terbelakang. Hotel akhirnya memerdekakan diri dengan nama Sahid Jaya Jakarta. Nama hotel saat ini, Grand Sahid Jaya Jakarta, mulai digunakan per tahun 2012.[3]

Pada tanggal 22 Februari 1982, Sahid Jaya Jakarta menutup paksa kantor Aeroflot di hotel. Kantor maskapai nasional Uni Soviet itu diduga digunakan sebagai sarang mata-mata Soviet yang menyamar menjadi diplomat. Aeroflot baru membuka kembali kantor mereka di Sahid Jaya pada tahun 1990, sebelum nantinya pindah ke Mayapada Tower I.[2]

Sejak dibuka, Grand Sahid Jaya Jakarta sudah mengalami beberapa kali renovasi. Pada tanggal 22 Desember 1986, Sahid Group memulai pengerjaan gedung baru berlantai 20 di sebelah barat hotel, alhasil meningkatkan jumlah kamar dari 514 menjadi 830. PRW Architects kembali ditunjuk sebagai arsitek, sementara Total Bangun Persada berperan sebagai pemborong. Gedung perluasan dibuka pada tanggal 23 Desember 1989 oleh Direktur Jenderal Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Joop Ave, sementara peresmian dilakukan pada tanggal 23 Maret 1990 oleh Wakil Presiden Soedharmono. Biaya yang dikeluarkan dilansir mencapai Rp50 miliar.[2]

Pada tahun 1995, apartemen Istana Sahid dibangun di belakang hotel, menghadap Jalan Kyai Haji Mas Mansyur. Hal ini menandakan perkembangan dari superblok Sahid City di pusat kota Jakarta.[1] Istana Sahid disusul dengan Sahid Office Boutique pada tahun 2005,[4] Murni Teguh Sudirman Jakarta Hospital (sebelumnya Sahid Sahirman Memorial Hospital) pada tahun 2006,[5] apartemen Sahid Sudirman Residence pada tahun 2010,[4] dan gedung perkantoran Sahid Sudirman Center pada tahun 2015.[6]

Fasilitas

sunting

Grand Sahid Jaya Jakarta memiliki kapasitas kamar sebanyak 560 dalam beberapa tipe, yakni Deluxe, Premium Deluxe, Superior Suite, Grand Executive Suite, dan Presidential Suite. Selain itu, hotel juga menyediakan fasilitas 4 rumah makan (Bengawan Solo Restaurant, Golden Dragon Restaurant, Solo Brasserie Lounge, The Arkopilago Coffee Shop), kolam renang, pusat kebugaran, dan ruang pertemuan yang dapat menampung 3.000 orang.[7]

Rujukan

sunting
  1. ^ a b "Sahid Group Terus Kembangkan Diri". Kompas. 1 November 2014. Diakses tanggal 16 Agustus 2024. 
  2. ^ a b c d "Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta". Setiap Gedung Punya Cerita. 29 November 2019. Diakses tanggal 16 Agustus 2024. 
  3. ^ "Sahid Group Targetkan 6.441 Kamar Hotel". Investor. 2 November 2014. Diakses tanggal 16 Agustus 2024. 
  4. ^ a b "Harga Tanah di Gedung Tertinggi RI Ini Rp 120 Juta/Meter". Detik Finance. 14 Maret 2015. Diakses tanggal 16 Agustus 2024. 
  5. ^ "Rumah Sakit Murni Teguh Sudirman Jakarta". Murni Teguh Hospitals. Diakses tanggal 16 Agustus 2024. 
  6. ^ "Sahid Sudirman Center Diresmikan Sabtu(14/3), Rekor Gedung Tertinggi di Jakarta". Jakarta. 13 Maret 2015. Diakses tanggal 16 Agustus 2024. 
  7. ^ "Menginap di Hotel Bintang 5: Grand Sahid Jaya Jakarta". Kompasiana. 18 Desember 2015. Diakses tanggal 16 Agustus 2024. 

Pranala luar

sunting