Gorgias adalah sebuah dialog yang dikarang oleh Plato. Isinya mengisahkan dialog antara Sokrates dan Kalikles dalam sudut pandang filsafat yang berbeda.

Gorgias memberikan pengisahan tentang pertemuan antara Sokrates dan Kalikles. Pertemuan keduanya dikisahkan oleh Plato dengan kondisi suasana yang menyerupai teater.[1] Kedua tokoh dikisahkan memiliki pemikiran-pemikiran yang sama sekali tidak dipahami satu sama lain. Pemikiran Sokrates dan Kalikles dikisahkan seperti tidak memiliki kaitan sama sekali.[2]

Dalam dialognya, Kalikles memberi pendapat bahwa kekuatan adalah kebenaran. Kelicikan dan kekerasan menjadi keunggulan seseorang terhadap orang lain. Sehingga seorang tiran merupakan orang yang bahagia. Sementara itu, Sokrates berpendapat bahwa manusia yang adil adalah manusia yang sejati dan sama seperti orang yang bahagia.[3]

Kaerefon

sunting

Dalam dialog Giorgias, Kaerefon dikisahkan sebagai tokoh yang menjadi teman bicara bagi Sokrates. Ia dikisahkan sebagai tokoh yang pendiam. Kehadiran Karefon mengawali dialog oleh Sokrates.[4]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Badiou dan Žižek 2018, hlm. 13.
  2. ^ Badiou dan Žižek 2018, hlm. 13-14.
  3. ^ Badiou dan Žižek 2018, hlm. 14.
  4. ^ Strauss, Leo (1963). Stauffer, Devin, ed. Plato’s Gorgias (1963) Plato: Political Philosophy (PDF). Departemen Ilmu Politik, Universitas Chicago. hlm. 26. 

Daftar pustaka

sunting
  • Badiou, A., dan Žižek, S. (2018). Setiadi, Tia, ed. Filsafat di Masa Kini. Diterjemahkan oleh Cholis, Noor. Yogyakarta: Basabasi. ISBN 978-602-5783-55-5.