Gizi manusia

ILMU GIZI

Gizi manusia berkaitan dengan penyediaan nutrisi penting di dalam makanan yang diperlukan untuk menunjang kehidupan dan kesehatan manusia. Hal ini secara ilmiah digolongkan ke dalam ilmu gizi yang berfokus pada bagaimana penyakit, kondisi dan masalah dapat dicegah atau dikurangi dengan makanan yang sehat sehingga mencegah masalah gizi buruk. Masalah gizi buruk merupakan masalah kronis yang sering dikaitkan dengan kemiskinan, keamanan pangan, atau pemahaman yang buruk tentang gizi dan praktik diet. Kekurangan gizi dan konsekuensinya berkontributor besar atas kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Nutrisi yang baik dapat membantu anak-anak untuk tumbuh secara fisik dan mental, serta menunjang perkembangan biologis manusia.

Makanan tinggi magnesium (contoh dari hara)

Gizi digambarkan berbentuk zat yang terdapat pada makanan yang dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan serta perkembangan yang dimanfaatkan langsung oleh tubuh yang meliputi vitamin, mineral, protein, lemak maupun air. Zat tersebut berasal dari makanan yang diperoleh dalam bentuk sari makanan dari hasil proses pencacahan di dalam sistem pencernaan. Zat gizi itu dibagi ke dalam dua jenis, yaitu zat organik (lemak, karbohidrat, protein dan vitamin) dan zat anorganik (air dan mineral).

Kebutuhan gizi optimal

sunting

Kebutuhan gizi setiap orang berbeda-beda, hal tersebut berhubungan dengan jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan dan juga aktivitas seseorang.[1] Di samping itu, keanekaragaman makanan juga harus diperhatikan karena pada dasarnya setiap jenis makanan tertentu tidak mengandung semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga perlu beberapa makanan lain untuk mendapatkan komposisi makanan sesuai yang dibutuhkan.[2]

Keanekaragaman makanan tersebut membuktikan bahwa tidak ada satu jenis makanan yang komplit memenuhi semua kandungan gizi.[3] Makanan yang mengandung protein, lemak, karbohidrat serta beberapa mineral lain yang dibutuhkan tubuh harus dikonsumsi setiap hari.[2] Di dalam ilmu gizi, sumber energi diperlukan tubuh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur, sedangkan kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada kebutuhan zat pembangun.[4]

Sumber energi diperoleh dari beras, jagung, sereal atau gandum, ubi kayu, kentang dan sejenisnya.[5] Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar gizi seimbang tersebut digambarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) berbentuk kerucut dengan urutan-urutan menurut banyaknya bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh.[6] Dasar kerucut menggambarkan sumber energi atau tenaga, yaitu golongan bahan pangan yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pegatur, sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relatif paling sedikit dimakan tiap harinya.[7] PUGS memberi informasi tentang pedoman untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.

Asupan gizi yang baik menentukan kesehatan yang optimal.[8] Asupan gizi yang baik adalah asupan gizi yang menyediakan sejumlah zat esensial, serat dan energi yang seimbang dengan kebutuhan gizi individu.[9] Asupan gizi tersebut akan digunakan untuk proses metabolisme tubuh, beraktivitas dan berolahraga.[10] Oleh karena itu, asupan zat gizi harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi harian. Kebutuhan gizi harian ini telah tercatat dalam pedoman Angka Kecukupan Gizi atau biasa disebut dengan AKG.[11] AKG dapat dijadikan patokan untuk mengetahui jumlah zat gizi yang harus dipenuhi seseorang dalam sehari secara praktis.[6]

Dampak kurang gizi

sunting

Kurang gizi adalah kondisi tubuh ketika seseorang tidak dapat memenuhi asupan gizi hariannya secara seimbang dalam taraf yang tidak normal.[12] Umumnya, diidentikan dengan penyakit busung lapar.[13] Kekurangan gizi dapat berdampak akut dan kronis. Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi akut akan terlihat lemah secara fisik.[14] Orang yang mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama atau kronis, terutama yang terjadi sebelum usia dua tahun, akan terhambat pertumbuhan fisiknya sehingga menjadi pendek.[15] Kurang gizi merupakan suatu fenomena yang saling terkait, dalam konteks masyarakat peningkatan itu harus terjadi seiring dengan upaya peningkatan ekonomi.[16] Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi pada status gizi pada periode siklus kehidupan berikutnya.[17]

Kekurangan gizi biasanya terjadi secara tersembunyi dan sering luput dari pengamatan biasa.[18] Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.[19] Sebagai pokok masalah di masyarakat adalah rendahnya pendidikan, pengetahuan tentang hal gizi dan keterampilan serta tingkat pendapatan masyarakat.[20] Kekurangan gizi secara perlahan akan berdampak terhadap tingginya kematian anak, kematian perempuan (ibu) dan menurunnya produktivitas kerja. Kondisi ini akan berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu negara.[21]

Kondisi tersebut akan menurunkan tingkat kesadaran individu terhadap gizi dan menjatuhkan angka dari kebijakan penanggulangan kemiskinan dan pembangunan SDM.[22] Lingkungan menjadi tidak sehat, karena masalah kurang gizi akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan suatu negara. Peningkatan status gizi dibutuhkan untuk meningkatkan kecerdasan, ketahanan fisik dan produktivitas kerja, sehingga hambatan peningkatan ekonomi dapat meningkatkan asupan kebutuhan gizi masyarakat.[17]

Perhitungan kebutuhan gizi

sunting

Menjaga gizi seimbang tidak hanya ditentukan dengan menjaga makanan yang merupakan sumber utama pemenuhan gizi harian dan setiap asupan itu perlu disesuaikan kembali dengan perhitungan Angka Kecukupan Gizi (AKG).[23] AKG merupakan nilai yang mengatur rata-rata kebutuhan zat gizi tertentu yang harus dipenuhi setiap hari oleh hampir semua orang yang masih sehat.[24] Zat gizi yang harus dipenuhi adalah energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, air, vitamin dan mineral.[25] RDA untuk setiap orang berbeda-beda, tergantung jenis kelamin, usia, aktivitas fisik dan kondisi fisiologis.[26]

Permenkes Nomor 28 Tahun 2019 menyebutkan bahwa rata-rata pasokan energi bagi masyarakat Indonesia adalah 2.100 kilokalori per orang per hari.[27] Sementara itu, rata-rata tingkat kecukupan protein orang Indonesia adalah 57 gram per orang per hari.[28] Secara khusus, diatur AKG rata-rata yang dianjurkan (per orang per hari) untuk anak umur 7-12 tahun yang adalah sebagai berikut:[29]

  • Anak yang berusia 7-9 tahun dengan berat badan 25 kg dan tinggi badan 120 cm membutuhkan energi 1800 kkal dan protein 45 g.
  • Anak yang berusia 10-12 tahun dengan berat badan 35 kg dan tinggi 138 cm membutuhkan energi 2050 kkal dan protein 50 gram.
  • Anak yang berusia 10-12 tahun dengan berat badan 38 kg dan tinggi 145 cm membutuhkan energi 2050 kkal dan protein 50 gram.

Namun, tunjangan harian yang direkomendasikan untuk orang dewasa disesuaikan berdasarkan berbagai faktor, misalnya, kebutuhan vitamin B12 meningkat pada lansia, karena tubuh kesulitan menyerap nutrisi jenis ini.[30] Beberapa jenis nutrisi juga ada yang dikonsumsi dalam jumlah berbeda-beda karena kebutuhan tubuh yang berbeda.[31]

Fungsi zat gizi

sunting
  1. Karbohidrat. Fungsi karbohidrat bagi tubuh manusia sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Karbohidrat merupakan sumber kekuatan atas tubuh karena zat karbohidrat adalah zat yang dapat meningkatkan atau memberi energi bagi tubuh selain lemak dan protein. Dan senyawa tersebut akan kita dapatkan dari makanan yang mengandung karbohidrat setiap hari.
  2. Protein. Protein berfungsi sebagai komponen yang bermanfaat untuk pertumbuhan, penyembuhan luka, regenerasi sel, menghasilkan enzim dan hormon untuk metabolisme tubuh juga sebagai sumber energi. Kekurangan protein akan mengganggu pertumbuhan, menyebabkan tulang keropos dan rambut rontok. Protein diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan semua jaringan di dalam tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut, dan kuku. Protein juga berfungsi dalam pembentukan hormon untuk pertumbuhan dan mengganti jaringan yang rusak, perkembangan seks dan metabolisme. Disamping itu, protein berguna untuk melindungi supaya keseimbangan asam dan basa di dalam darah dan jaringan terpelihara, selain itu juga mengatur keseimbangan air di dalam tubuh.
  3. Lemak. Fungsi lemak secara umum adalah sebagai sumber energi utama selain protein dan karbohidrat yang dibutuhkan bagi tubuh manusia. Satu gram lemak dapat menghasilkan sekitar 90 kalori. Lemak harus dipenuhi sekitar 20%-30% dari total kebutuhan kalori. Lemak memenuhi fungsi dasar bagi manusia yaitu erguna sebagai alat perlindungan organ tubuh yang vital seperti lambung dan jantung, sebagai bahan dalam penyusunan vitamin dan hormon, salah satu sumber energi dalam tubuh manusia. Dan dapat melindungi tubuh dari perubahan suhu tubuh manusia.
  4. Vitamin. Sebagai bagian dari enzim atau coenzim untuk mengatur berbagai proses metabolisme dalam tubuh. Mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh. Mempengaruhi pertumbuhan & pembentukan sel-sel baru. Membantu pembuatan senyawa kimia tertentu dalam tubuh.
  5. Mineral. Menjaga keseimbangan asam basa tubuh. Katalis reaksi-reaksi biologis. Komponen dari bagian-bagian tubuh yang penting. Menjaga keseimbangan air dan Transmisi impuls syaraf. Mengatur kontraksi otot dan Membantu pertumbuhan jaringan tubuh.
  6. Air. Sebagai pelarut mineral, vitamin, asam amino, glukosa, dan zat gizi lainnya. Pembentuk komponen tubuh yang berupa cairan seperti darah, hormon dan enzim. Melakukan reaksi kimia seperti dalam proses pencernaan dan metabolisme. Sebagai pelumas sendi2 tubuh Peredam benturan pada organ2 tubuh. Sebagai pelarut dan pengangkut sisa-sisa metabolisme (urin dan keringat). Membantu fungsi kerja ginjal dan pengatur suhu tubuh.

Sumber makanan yang memenuhi AKG

sunting

Studi menemukan bahwa terdapat beberapa sumber makanan yang dapat membantu memenuhi AKG harian dalam tubuh manusia sehingga gizinya seimbang dan terhindar dari kekurangan gizi.[32] Sayuran, buah dan daging adalah sumber pangan yang mengandung vitamin, mineral, dan nutrisi lain yang dibutuhkan tubuh untuk memenuhi AKG harian.[33]

Secara spesifik, berikut ini beberapa contoh sumber sayur-sayuran dan buah-buahan, daging hewan dan nasi yang mengandung capaian pemenuhan AKG harian[34]:

  • Sayur-sayuran: wortel, ubi, paprika, kacang-kacangan dan biji-bijian, sayuran berdaun hijau pekat, brokoli, dan sayuran berwarna terang.[35]
  • Buah-buahan: jeruk, stroberi, kiwi, brokoli, paprika, alpukat, gandum utuh, apel, stroberi, dan rasberi.[36]
  • Daging hewan: sarden, hati ayam, kerang, hati sapi, daging sapi, daging ayam.[37][38]

Gizi yang cukup adalah faktor utama yang berpengaruh terhadap kesehatan tubuh optimal hingga jangka panjang dan itu semua bergantung pada konsumsi sumber makanan yang masuk ke dalam tubuh setiap harinya.[39]

Referensi

sunting
  1. ^ Kent Jones, Douglas W. (13 Desember 2021). "human nutrition | Importance, Essential Nutrients, Food Groups, & Facts | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-11. Diakses tanggal 2021-12-31. 
  2. ^ a b Progress for Children: A Report Card on Nutrition (No. 4), UNICEF, May 2006, ISBN 978-92-806-3988-9. http://www.unicef.org/nutrition/index_33685.html Diarsipkan 2018-07-02 di Wayback Machine.
  3. ^ World Health Organization. (2013). Essential Nutrition Actions: improving maternal, newborn, infant and young child health and nutrition. Washington, DC: WHO.
  4. ^ "Gizi seimbang dalam daur hidup kehidupan / Sunita Almatsier, Susirah Soetardjo, Moesijanti Soekatri ; editor, Sunita Almatsier | OPAC Perpustakaan Nasional RI". opac.perpusnas.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-13. Diakses tanggal 2023-03-28. 
  5. ^ Wijayanti, Novita (2017-11-01). Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi. Universitas Brawijaya Press. hlm. 2–3. ISBN 978-602-432-379-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  6. ^ a b Superadmin. "Cara Mengatur Asupan Gizi Dengan Makanan Yang Sehat". Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-13. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  7. ^ Indriani, Yaktiworo (2015-02-03). Gizi dan Pangan (dalam bahasa Inggris). AURA Printing. hlm. 50–51. ISBN 978-602-1297-83-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-13. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  8. ^ Pane, Herviza Wulandary; Tasnim, Tasnim; Sulfianti, Sulfianti; Hasnidar, Hasnidar; Puspita, Ratna; Hastuti, Puji; Apriza, Apriza; Pattola, Pattola; Sianturi, Efendi (2020-09-07). Gizi dan Kesehatan. Yayasan Kita Menulis. hlm. 157. ISBN 978-623-94636-3-2. 
  9. ^ Suryana, Achmad (2008-12-01). "Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia". JURNAL PANGAN (dalam bahasa Inggris). 17 (3): 3–12. doi:10.33964/jp.v17i3.262. ISSN 2527-6239. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-13. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  10. ^ Nardina, Evita Aurilia; Astuti, Etni Dwi; Hutomo, Cahyaning Setyo; Winarsih, Winarsih; Prihartini, Sabrina Dwi; Azizah, Ninik; Sumiyati, Sumiyati; Mahmud, Abbas; Sari, Cyntia Ratna (2021-11-09). Gizi Reproduksi. Yayasan Kita Menulis. hlm. 51–52. ISBN 978-623-342-284-0. 
  11. ^ Sandjaja (2009). Kamus gizi: pelengkap kesehatan keluarga. Penerbit Buku Kompas. hlm. 130. ISBN 978-979-709-448-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  12. ^ Moehji, Sjahmien (2019-12-02). "Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk" (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-27. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  13. ^ Latham, Michael C.; Nations, Food and Agriculture Organization of the United (1997). Human Nutrition in the Developing World (dalam bahasa Inggris). Food & Agriculture Org. hlm. 55. ISBN 978-92-5-103818-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  14. ^ Azwar, A. (2004). Kecenderungan masalah gizi dan tantangan di masa datang.[pranala nonaktif permanen] Disampaikan Pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi. Jakarta: Hotel Sahid Jaya.
  15. ^ Hueda, María Chávarri (2017-08-02). Functional Food: Improve Health through Adequate Food (dalam bahasa Inggris). BoD – Books on Demand. hlm. 165. ISBN 978-953-51-3439-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  16. ^ Fenitia, Lia (2020-10-30). Faktor Risiko Gizi Kurang pada Anak Usia 1-5 Tahun dari Keluarga Miskin. Penerbit NEM. hlm. 6. ISBN 978-623-7566-89-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  17. ^ a b Ulijaszek, Stanley J.; Mann, Neil; Elton, Sarah (2012-10-18). Evolving Human Nutrition: Implications for Public Health (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 286–287. ISBN 978-0-521-86916-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  18. ^ Darma, Dio Caisar; Purwadi, Purwadi; Wijayanti, Tri Cicik (2020-01-24). Ekonomika Gizi: Dimensi Baru di Indonesia. Yayasan Kita Menulis. hlm. 133. ISBN 978-623-7645-29-0. 
  19. ^ Wildman, Robert E. C.; Medeiros, Denis M. (1999-08-23). Advanced Human Nutrition (dalam bahasa Inggris). CRC Press. hlm. 146. ISBN 978-0-8493-8566-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  20. ^ Allen, Lindsay; Prentice, Andrew (2005-07-20). Encyclopedia of Human Nutrition (dalam bahasa Inggris). Elsevier. hlm. 578. ISBN 978-0-08-045428-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  21. ^ Squires, Victor R. (2011-11-15). The Role of Food, Agriculture, Forestry and Fisheries in Human Nutrition - Volume IV (dalam bahasa Inggris). EOLSS Publications. hlm. 24. ISBN 978-1-84826-195-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  22. ^ IPB, Dewan Guru Besar (2016-01-01). Pembangunan dan Kebijakan Ekonomi Indonesia Menghadapi Tantangan Globalisasi Ekonomi. PT Penerbit IPB Press. hlm. 580. ISBN 978-623-256-224-0. 
  23. ^ Harti, Leny Budhi; Cempaka, Anggun Rindang (2021-12-31). Individual Meal Planning: Pengaturan Makan Individu Dewasa Sehat. Universitas Brawijaya Press. hlm. 89. ISBN 978-623-296-335-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  24. ^ Pendidikan Ilmu Gizi. Media Sains Indonesia. 2022-01-05. hlm. 225. ISBN 978-623-362-302-5. 
  25. ^ Alristina, Arie Dwi; Ethasari, Rossa Kurnia; Laili, Rizky Dzariyani; Hayudanti, Dewinta. Ilmu Gizi Dasar: Buku Pembelajaran. Grobogan: Penerbit CV. Sarnu Untung. hlm. 170. ISBN 978-623-6766-49-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  26. ^ Wulandari, Fitri; Yuliandri, Ihsan (2014). "Diagnosa Gangguan Gizi Menggunakan Metode Certainty Factor". SITEKIN: Jurnal Sains, Teknologi dan Industri. 11 (2): 305–313. doi:10.24014/sitekin.v11i2.760. ISSN 2721-2041. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-13. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  27. ^ Litaay, Christina; Paotiana, Monica; Elisanti, Evi; Fitriyani, Dian; Agus, Pande Putu; Permadhi, Inge; Indira, Arti; Puspasari, Grace; Hidayat, Meilinah. Kebutuhan Gizi Seimbang. Zahir Publishing. hlm. 61. ISBN 978-623-6398-65-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  28. ^ Pattola, Pattola; Nur, Arfan; Atmadja, Taufiq Firdaus Al-Ghifari; Yunianto, Andi Eka; Rasmaniar, Rasmaniar; Marzuki, Ismail; Unsunnidhal, Lalu; Siregar, Deborah; Puspita, Ratna (2020-11-19). Gizi Kesehatan dan Penyakit. Yayasan Kita Menulis. hlm. 133. ISBN 978-623-6761-65-6. 
  29. ^ Harismi, Asni (14 Maret 2023). "Mengenal Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan Cara Menghitungnya". SehatQ. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-13. Diakses tanggal 28 Maret 2023. 
  30. ^ Camaschella, C. (2015). Iron deficiency: New insights into diagnosis and treatment. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26637694
  31. ^ Brown, M. J., Ferruzzi, M. G., Nguyen, M. L., Cooper, D. A., Eldridge, A. L., Schwartz, S. J., & White, W. S. (2004, August). Carotenoid bioavailability is higher from salads ingested with full-fat than with fat-reduced salad dressings as measured with electrochemical detection. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15277161
  32. ^ Services, United States Department of Health and Human (2005). Dietary Guidelines for Americans, 2005 (dalam bahasa Inggris). U.S. Government Printing Office. hlm. 71. ISBN 978-0-16-072398-8. 
  33. ^ Damayanthi, Evy (2020-01-01). Buku pegangan ilmu gizi dasar. PT Penerbit IPB Press. hlm. 3–4. ISBN 978-623-256-215-8. 
  34. ^ Bender, David (2002-09-11). An Introduction To Nutrition And Metabolism (dalam bahasa Inggris). CRC Press. hlm. 119–120. ISBN 978-1-4822-6784-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  35. ^ Monsen, E. R. (1988, July). Iron nutrition and absorption: Dietary factors which impact iron bioavailability. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3290310
  36. ^ Spritzler, F. (2020, January 27). 12 Healthy Foods That Are High in Iron. Retrieved from https://www.healthline.com/nutrition/11-healthy-iron-rich-foods#section4
  37. ^ Zeisel, S. H., & Da Costa, K. (2009, November). Choline: An essential nutrient for public health. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19906248
  38. ^ Kubala, J. (2019, March 08). Oysters: Nutrition, Risks, and How to Cook Them. Retrieved from https://www.healthline.com/nutrition/oysters
  39. ^ Abbaspour, N., Hurrell, R., & Kelishadi, R. (2014, February). Review on iron and its importance for human health. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3999603/

Pranala luar

sunting