Gilimanuk, Melaya, Jembrana

kelurahan di Kabupaten Jembrana, Bali

8°10′14″S 114°26′08″E / 8.170554°S 114.435553°E / -8.170554; 114.435553

Kelurahan Gilimanuk (Aksara Bali: ᬓᭂᬮᬸᬭᬳᬦ᭄ᬕᬶᬮᬶᬫᬦᬸ​ᬓ᭄᭟​) adalah kelurahan yang berada di kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali, Indonesia.[1][2] Di kelurahan ini terdapat Pelabuhan Gilimanuk yang melayani penyebrangan kapal feri ke Pelabuhan Ketapang, Jawa Timur. Di Kelurahan Gilimanuk Terdapat tugu candi 4 naga yang diberi nama Candi Gelung Kori Agung Gilimanuk.

Gilimanuk
ᬕᬶᬮᬶᬫᬦᬸ​ᬓ᭄
Dari atas, kiri ke kanan: Taman Siwa Mahadewa, Pantai Karangsewu, Jalan Singaraja - Gilimanuk, dan Canang Sari di Pura-pura.
Negara Indonesia
ProvinsiBali
KabupatenJembrana
KecamatanMelaya
Kodepos
82252
Kode Kemendagri51.01.04.1001 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS5101010001 Edit nilai pada Wikidata
Luas56,01 km²[3]
Jumlah penduduk8.334 jiwa (2016)[3]
8.352 jiwa (2010)[4]
Kepadatan150 jiwa/km² (2010)
Jumlah KK2.451[3]
Peta
PetaKoordinat: 8°10′13.994″S 114°26′7.991″E / 8.17055389°S 114.43555306°E / -8.17055389; 114.43555306


Sejarah

sunting

Pada tahun 1930-an, Pemerintah Kolonial Belanda memindahkan 100 tahanan golongan berat dari Candikusuma ke Gili yang banyak burungnya. Sebagian besar tahanan berasal dari Lombok. Kepala Penjara, Raden Mas Jasiman dari Negara, ditugaskan untuk pengawasan dan pengamanan para tahanan. Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan sebuah penjara dan menunjuk Jasiman sebagai pimpinan penjara tersebut. Jasiman tinggal bersama keluarganya, termasuk iparnya yang bernama Kasim.

Pegawai perusahaan Belanda bernama Tuan Cola dari Banyuwangi, atas izin Tuan Ku Raja Negara, diperbolehkan membuka hubungan dagang antara Jawa dan Bali. Tuan Cola bekerja sama dengan Misnadi yang membawa keluarganya, termasuk menantunya yang bernama Nibah, untuk tinggal bersama di sana. Raden Mas Jasiman, Tuan Cola, dan beberapa tahanan bermukim di Gilimanuk. Sejarah mencatat keberadaan manusia di wilayah ini yang awalnya tak diinginkan oleh siapa pun.

Ada penduduk dari Jawa, Madura, Makassar, Bugis, serta pendatang lain yang datang untuk mencari burung sesuai hobi mereka. Wilayah ini semakin dikenal oleh berbagai suku bangsa. Semua tahanan kemudian dipindahkan ke Yeh Ketipat, tetapi keluarga Misnadi dan Raden Mas Jasiman, sejumlah 6 KK, membentuk perkampungan kecil sebagai wadah kehidupan sosial mereka. Raden Mas Jasiman menjadi kepala kampung, mereka membentuk paguyuban kecil untuk menghabiskan sisa-sisa hidup mereka di Gilimanuk, di daerah pelabuhan dengan luas area 1 hektar.

Setelah Jepang menguasai Indonesia, dibuat pos-pos pertahanan, galangan kapal, dan jalan-jalan dari kotaNegara ke kota Singaraja dengan sistem kerja paksa untuk kepentingan Jepang. Kerja paksa ini berlangsung sampai Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Pada masa perjuangan fisik mempertahankan kemerdekaan, Gilimanuk juga menjadi medan pertempuran saat pasukan revolusioner dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai. Wilayah ini dipakai sebagai lintasan penurunan senjata dari Jawa pada tahun 1946. Banyak pasukan gugur dan dimakamkan di pekuburan pangkalan.

Pada tahun 1948, Pemerintah menunjuk I Nyoman Dugdug dari Denpasar sebagai pelaksana urusan bea cukai dan syahbandar, menggantikan petugas NICA Belanda. Petugas administrasi bea cukai dan kesyahbandaran dilengkapi secara bertahap. Alat transportasi di Selat Bali saat itu hanya jukung, perahu, dan kapal kecil, arus penyeberangan belum ramai seperti sekarang. Sarana angkutan darat juga masih terbatas dengan hanya 2 mobil milik perusahaan Sampurna dan Sapahira dari Negara. Pada masa RIS tahun 1950, pelabuhan ini dimasukkan ke wilayah Buleleng. Arus penyeberangan semakin ramai dan bermanfaat bagi masyarakat.

Penduduk Gilimanuk semakin bertambah, sehingga dibentuk kampung dengan kepala kampung yang diemban oleh Haji Abdullah Hamid dari Banyuwangi. Penataan wilayah terus dilaksanakan. Pada tahun 1964, kepala kampung dipegang oleh Abdul Jalil dan Gede Puspa. Setelah Abdul Jalil meninggal pada tahun 1965, kepala kampung diemban oleh Gede Puspa. Status kampung ditingkatkan menjadi Banjar Dinas, dengan Gede Puspa sebagai kelian banjar dinas dari tahun 1966-1974.

Sejak tahun 1975, status Banjar Dinas Gilimanuk ditingkatkan menjadi Desa Gilimanuk dengan kepala desa yang dipilih adalah I Gusti Agung Made Berata. Pada tahun 1981, status Desa Gilimanuk berubah menjadi Kelurahan Gilimanuk.

Demografi

sunting

Penduduk kelurahan Gilimanuk sampai dengan tahun 2016 berjumlah 8.334 jiwa terdiri dari 4.199 laki-laki dan 4.135 perempuan dengan sex rasio 101,55.[3] Jumlah pendatang selama tahun 2019 di Kelurahan Gilimanuk yaitu 104 jiwa, begitupun penduduk yang pindah sebesar 165 jiwa.

Jumlah peduduk di Kelurahan Gilimanuk adalah 8.641 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.377 orang dan perempuan 4.264 orang. Jumlah KK di kelurahan ini berjumlah 2.491 KK.[5]

Jumlah kelahiran dan kematian menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin Kelahiran Kematian
Laki-laki 59 24
Perempuan 46 30
Total 105 54
Jumlah Penduduk datang dan pindah menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin Datang Pindah
Laki-laki 52 66
Perempuan 52 99
Total 104 165

Sosial

sunting

Untuk pendidikan memiliki sejumlah sekolah yaitu 4 SDN, 1 MIN, 1 SMPN, 1 MTSN, 1 SMA Swasta, dan 1 MA Swasta. Kemudian juga memiliki fasilitas olahraga umum yaitu 5 Lapangan Sepak Bola, 4 Lapangan Bola Voli, 2 Tenis Meja, dan 1 Lapangan Bulu tangkis. Selain itu, tersedia juga tenaga kesehatan dengan rincian yakni 6 dokter umum, 2 dokter gigi, 11 perawat, dan 2 bidan.

Di kelurahan Gilimanuk ini mayoritas pemeluk agama Islam yakni sebesar 5.481 jiwa, kemudian pemeluk agama Hindu sebesar 2.964 jiwa, pemeluk agama Kristen 198 jiwa dan pemeluk agama Budha 4 jiwa.

Tempat Ibadah di Kelurahan Gilimanuk
Nama Tempat Ibadah Agama Alamat
Pura Dalem Dasar Candi Bakungan Hindu Jl. Singaraja-Gilimanuk dekat Candi Bentar Kabupaten Buleleng.
Pura Dalem Desa Pakraman Gilimanuk Hindu Jl. Raya Denpasar - Gilimanuk.
Pura Girinata Desa Pakraman Gilimanuk Hindu Jl. Raya Denpasar - Gilimanuk sebelah Pura Taman Alas Angker.
Pura Taman Alas Angker Hindu Jl. Raya Denpasar - Gilimanuk setelah Candi Bentar Bali.
Pura Segara Gilimanuk Hindu Pojok sebelah utara Pelabuhan Gilimanuk.
Masjid Besar Al-Mubarok Islam Jl. Raya Denpasar - Gilimanuk.
Musholla Al-Iman Islam Gg. 2, Kelurahan Gilimanuk depan Balai banjar Penginoman.
Mushola Ikhwanul MuslimK Islam Gg. 5, Kelurahan Gilimanuk depan Mako Sat Brimobda Bali Den C Pelopor.
Musholla Al-Magfiroh Islam Jl. Rajawali Gg. 2, Kelurahan Gilimanuk.
Musholla Baitur Rahman Islam Gg. 7, Kelurahan Gilimanuk.
Musholla As Shidiqiyah Islam Gg. 5, Kelurahan Gilimanuk depan Setra Gilimanuk.
Vihara Mpu Astapaka Budha Jl. Raya Gilimanuk – Denpasar, Lingk. Jineng Agung, Gilimanuk
Gereja Stasi St. Padre Pio Gilimanuk Kristen Katolik Jl. Rajawali, Kelurahan Gilimanuk dekat museum manusia purba Gilimanuk.
GKPB Jemaat Agape Gilimanuk[6] Kristen Protestan Jl. Raya Denpasar - Gilimanuk.
GKII Filadelfia Gilimanuk Kristen Protestan Gg. 5, Kelurahan Gilimanuk.

Untuk kematian di Kelurahan Gilimanuk tersedia 1 kuburan Islam, 1 kuburan Kristen/Katolik, dan 1 Setra Hindu yang saling berdampingan yang beralamatkan di Gg. 5.

Visi dan Misi

sunting

Visi Kelurahan Gilimanuk yakni " Mewujudkan Masyarakat Jembrana Bahagia Berdasarkan Tri Hita Karana ". Sedangkan Misi Kelurahan Gilimanuk yakni "Nangun Sad Kerthi Loka Jembrana"

  1. Membangun Ketakwaan Kepada Tuhan ( Atma Kerthi)
  2. Membangun Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdayasaing (jana Kerthi)
  3. Menjaga Keselarasan Hutan Pegunungan, Hutan Bakau dan Buyuk Sebagai Satu Kesatuan Ekosistem dalam Konsep Segara Gunung (Wana Kerthi)
  4. Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber-sumber Air untuk Kehidupan (Danu Kerthi)
  5. Memelihara dan Memanfaatkan Potensi Laut Untuk Kehidupan (Segara Kerthi)
  6. Penataan Alam Untuk Sumber Kehidupan dan Kebahagiaan (Jagat Kerthi)

Pemerintahan

sunting

Perbekel

sunting

Berikut adalah daftar nama-nama Perbekel/Lurah yang pernah memimpin Kelurahan Gilimanuk:[7]

  1. I Gusti Made Berata
  2. Latif Digono
  3. Ketut Raka
  4. Drs Subagiana
  5. Drs Ketut Sukra Negara
  6. I Gusti Ngurah Rai Budhi, Sos
  7. Drs I Made Budiasa
  8. Drs I Ketut Kariadi Erawan
  9. Drs I Nengah Ledang
  10. I Gede Agus Wibawa, AP. Msi
  11. I Ketut Eko Susila AP. SE, Msi
  12. I Gusti Ngurah Dharma Putra, S.Sos
  13. I Gusti Ngurah Sumber Wijaya, S.Sos
  14. I Gusti Ngurah Rai Budhi, S.Sos
  15. I Gd Ngurah Widiada, SH
  16. Ida Bagus Tony Wirahaikusuma, S.E.

Tingkatan Administrasi

sunting

Kelurahan Gilimanuk memiliki 6 banjar dinas yaitu Banjar Jineng Agung, Banjar Asri, Banjar Asih, Banjar Arum, Banjar Samiana, Banjar Penginuman, dan 1 Desa Pakraman Gilimanuk.[8]

Jumlah Aparat di Kelurahan Gilimanuk
No. Keterangan Jumlah
1. Perbekel (Lurah) 1
2. Sekretaris 1
3. Kaur Desa (Kasi) 3
4. Klian Banjar (Kepala Lingkungan) 6
5. Administrasi 3
6. Pecalang 24

Tempat menarik

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  2. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  3. ^ a b c d "Kecamatan Melaya dalam Angka 2017". Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-05. Diakses tanggal 4 Oktober 2019. 
  4. ^ "Penduduk Indonesia Menurut Desa 2010" (PDF). Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 132. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-01-19. Diakses tanggal 14 Juni 2019. 
  5. ^ "Profil Kelurahan Gilimanuk" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-04. 
  6. ^ "Sinode GKPB". balichurchsynod.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-04. 
  7. ^ Catatan. "Kel. Gilimanuk | SEBUAH CATATAN". Diakses tanggal 2024-12-04. 
  8. ^ Jembrana, Badan Pusat Statistik Kabupaten. "Kecamatan Melaya Dalam Angka 2020". jembranakab.bps.go.id. Diakses tanggal 2024-12-04. 
  9. ^ Lubis, Hanna Patricia M. "Museum Manusia Purba Gilimanuk: Sejarah, Daya Tarik, Lokasi, Tiket Masuk". detikbali. Diakses tanggal 2024-12-04. 

Pranala luar

sunting