Gavial

(Dialihkan dari Gharial)

Gavial atau gharial (Gavialis gangeticus), dikenal juga sebagai buaya pemakan ikan, adalah anggota ordo crocodilia dari famili Gavialidae, yang habitat aslinya di bagian utara anak benua India.[2] Populasi gavial secara global di alam liar diperkirakan kurang dari 235 individu, yang terancam oleh hilangnya habitat tepi sungai, deplesi sumber daya ikan, dan terkait dengan penangkapan ikan. Karena populasinya telah menurun secara drastis dalam 70 tahun terakhir, gavial masuk dalam kategori Kritis pada Daftar Merah IUCN.[1]

Gavial
Rentang waktu: 33.9–0 jtyl
Akhir Eosen – Sekarang
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Klad: Archosauromorpha
Klad: Archosauriformes
Ordo: Crocodilia
Famili: Gavialidae
Genus: Gavialis
Spesies:
G. gangeticus
Nama binomial
Gavialis gangeticus
(Gmelin, 1789)

Gavial adalah salah satu crocodilia terpanjang dari semua crocodilia yang hidup saat ini, dengan memiliki ukuran mencapai 6,25 m (20,5 ft), meskipun perlu dicatat bahwa ini adalah batas atas ekstrem, karena ukuran rata-rata gavial dewasa hanya 3,5 hingga 4,5 m (11 hingga 15 ft).[3] Gavial memiliki 110 gigi tajam yang saling mengait dalam moncong tipisnya yang panjang sesuai untuk menangkap ikan, yang merupakan makanan utamanya.[4] Gavial jantan memiliki tonjolan khas di ujung moncongnya, yang menyerupai sebuah pot gerabah yang dikenal dalam bahasa Hindia dengan sebutan ghara. Nama umum gavial, yaitu gharial, berasal dari kesamaan ini.[2]

Gavial pernah mendiami sepanjang sungai utama anak benua India, dari Sungai Irrawaddy di timur hingga Sungai Indus di barat. Persebaran mereka sekarang terbatas hanya 2% dari wilayah mereka sebelumnya. Tempat tinggal mereka utamanya di sungai yang mengalir dengan tanggul pasir yang tinggi yang mereka gunakan untuk berjemur dan membangun sarang. Mereka biasanya melakukan perkawinan di musim dingin dan telur-telurnya menetas sebelum musim hujan.[4]

Gavial adalah salah satu dari tiga crocodilia asli India, dua crocodilia lainnya adalah mugger dan buaya muara.[5]

Karakteristik

sunting
 
Ghara gavial jantan difoto dari jarak dekat
 
Gavial jantan di Madras Crocodile Bank Trust, suatu kebun binatang reptil dan tempat riset herpetologi
 
Kerangka gavial

Gavial ditandai dari bentuk rahangnya yang tipis dan sangat panjang, yang dianggap sebagai adaptasi untuk pemakan ikan. Ukuran jantannya mencapai 6 m (20 ft) dengan berat rata-rata sekitar 160 kg (350 pon).[2]

Gavial memiliki warna zaitun gelap atau cerah. Di atasnya dengan lurik gelap dan terlihat seperti bintik-bintik di kepala, tubuh, dan ekor. Pada usia sekitar 20 tahun, permukaan dorsal menjadi berwarna gelap, hampir hitam keabu-abuan. Permukaan ventral putih kekuning-kuningan.[6] Lehernya memanjang dan tebal. Batas dorsal lebih kurang adalah bagian median dari punggung. Jari-jarinya sangat pendek dan berselaput tebal. Gavial jantan pada saat mencapai kedewasaan seksual memiliki protuberans hidung bulat berongga di ujung moncongnya.[7] Nama gharial berasal dari kemiripan hidung yang tumbuh tersebut dengan pot tembikar yang oleh masyarakat lokal dikenal dengan sebutan 'ghara'.[2] Gavial adalah satu-satunya crocodilia yang masih hidup yang memperlihatkan dimorfisme seksual.[4] Meskipun fungsi dari rongga hidung belum dimengerti dengan baik, kelihatannya digunakan sebagai indikator seks visual.[8]

Ukuran rata-rata gavial dewasa adalah 3,5 hingga 4,5 m (11 hingga 15 ft). Rekor terpanjang gavial yang pernah tercatat adalah 6,25 m (20,5 ft) dan terberat adalah 977 kg (2.154 pon). Tukiknya berukuran sekitar 37 cm (15 in).[3] Gavial muda dapat mencapai panjang 1 m (3,3 ft) dalam 18 bulan.[9] Berat tubuhnya rata-rata berkisar dari 159 hingga 250 kg (351 hingga 551 lb). Panjang keseluruhan tubuh gavial jantan umumnya mencapai 3 hingga 5 m (9,8 hingga 16,4 ft), sedangkan betina lebih kecil dan mencapai panjang hingga 2,7 hingga 3,75 m (8,9 hingga 12,3 ft).[10]

Di dalam moncongnya yang tipis dan memanjang terdapat 110 gigi tajam yang saling mengait dan secara proporsional menjadi lebih pendek dan lebih tebal seiring pertambahan umurnya.[4] Ada 27 hingga 29 gigi atas dan 25 atau 26 gigi bawah pada masing-masing sisi. Gigi-gigi depan adalah gigi-gigi terbesar. Moncongnya sempit dan panjang dengan dilasi di pangkal dan tulang nasal relatif singkat dan umumnya terpisah dari pra-maksila. Lubang nasal gavial lebih kecil daripada fossa supratemporal. Sebuah lempeng dorsal terbentuk dari empat rangkaian longitudinal skat bertulang yang saling menempel. Panjang moncong adalah 3,5 (pada gavial dewasa) hingga 5,5 (pada gavial muda) kali lebar pangkal moncong. Skat nuka dan dorsal membentuk satu lempeng tunggal bersinambung terdiri atas 21 atau 22 seri melintang. Gavial memiliki sederetan skat luar yang lembut, halus, atau bertunas lemah selain skat bertulang dorsal. Gavial juga memiliki dua skat pascaoksiput kecil. Dua per tiga bagian luar jari-jari kaki berselaput, sedangkan jari tengah hanya sepertiganya berselaput. Di ujung lengan dan kaki gavial terdapat kresta. Gavial dewasa biasanya memiliki pola warna zaitun gelap, sementara yang muda warna zaitun pucat, dengan bintik atau lurik melintang coklat tua.[11]

Ekor yang rata lateral dan kaki belakang berselaput yang telah berkembang dengan baik menjadi alat manuver yang luar biasa di habitat dalam air. Tapi, di darat, gavial dewasa hanya bisa mendorong dirinya ke depan dan meluncur di perutnya. Ekornya berfungsi untuk mendorong tubuhnya dan menyerang mangsanya.[4]

Tiga spesimen gavial terbesar yang pernah dilaporkan adalah gavial 6,5 m yang dibunuh di Sungai Gogra, Faizabad pada Agustus 1920, lalu yang berukuran 6,3 m ditembak di Sungai Jalpaiguri, Ceko pada tahun 1934, dan gavial raksasa 7 m yang ditembak di Sungai Kosi di utara Bihar pada Januari 1924. Dulu spesimen berukuran lebih dari 6 m (20 ft) tidak lazim, tapi kini gavial berukuran mencapai 6 m belum pernah ditemukan.[12]

Persebaran dan habitat

sunting
 
Kelompok gavial dan Buaya India di Sungai Karnali, Taman Nasional Bardia
 
Gavial di rerumputan

Gavial pernah berkembang pesat di semua sungai besar di anak benua India, meliputi dari utara Sungai Indus di Pakistan melintasi dataran banjr Gangga hingga ke Sungai Irrawaddy di Myanmar. Saat ini, mereka telah punah di Sungai Indus, di Sungai Brahmaputra, Bhutan dan Bangladesh, dan di Sungai Irrawaddy. Persebaran mereka sekarang terbatas hanya 2% dari wilayah sebelumnya.[4]

  • Di India, populasi populasi ada dan mulai bertambah di sungai-sungai di Suaka Nasional Chambal, Cagar Alam Katarniaghat, dan Suaka Sungai Son. Populasi kecil lainnya terdapat di hutan hujan bioma Mahanadi di Suaka Ngarai Satkosia, Odisha, tempat mereka tampaknya tidak berkembang biak.[13]
  • Di Nepal, kecil populasi ada dan perlahan-lahan mulai pulih di anak-anak sungai Gangga, seperti sungai Narayani-Rapti di Taman Nasional Chitwan dan sungai Karnali-Babai di Taman Nasional Bardia.[3][14]

Mereka simpatris dengan Buaya India (Crocodylus palustris) dan pernah simpatris dengan buaya muara (Crocodylus porosus) di delta Sungai Irrawaddy.[15]

Pada tahun 1977, tercatat empat sarang gavial ditemukan di Sungai Girwa, Cagar Alam Katarniaghat, tempat 909 ekor gavial dibebaskan hingga tahun 2006. Tahun 2006 tercatat ada dua puluh sarang, sehingga 16 betina yang bersarang dihasilkan dari 30 tahun reintroduksi, yang setara dengan 2% dari total sebelum pelepasan tahun 2006. Ini tampaknya bukan prestasi besar berdasarkan uang dan usaha yang telah dihabiskan dan beberapa peneliti berpendapat bahwa kapasitas di sana telah penuh. Di Sungai Chambal, Suaka Nasional Chambal, tercatat ada dua belas sarang tahun 1978. Di sana telah dilepaskan ke alam liar 3.776 ekor gavial hingga tahun 2006. Dan hingga tahun 2006, betina bersarang telah meningkat lebih dari 500% mencapai 68 sarang, tapi dari keseluruhan gavial yang dilepaskan tersebut hanya 2%-nya betina bereproduksi. Tukik-tukik gavial yang baru menetas sering terbawa arus air ke hilir keluar dari wilayah yang dilindungi selama banjir tahunan setiap musim hujan.[1][16]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Choudhury, B. C., Singh, L. A. K., Rao, R. J., Basu, D., Sharma, R. K., Hussain, S. A., Andrews, H. V., Whitaker, N., Whitaker, R., Lenin, J., Maskey, T., Cadi, A., Rashid, S. M. A., Choudhury, A. A., Dahal, B., Win Ko Ko, U., Thorbjarnarson, J., Ross, J. P. (2007). "Gavialis gangeticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2015.2. International Union for Conservation of Nature. 
  2. ^ a b c d Stevenson, Colin; Whitaker, Romulus (2010). Manolis, S. C.; Stevenson, C., ed. "Gharial Gavialis gangeticus" (PDF). Crocodiles. Status Survey and Conservation Action Plan (dalam bahasa bahasa Inggris) (edisi ke-Third). Darwin, Australia: Crocodile Specialist Group: 139–143. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2017-02-16. Diakses tanggal 2016-07-21. 
  3. ^ a b c Maskey, T. M., Percival, H.F. (1994) Status and Conservation of Gharial in Nepal. Disajikan pada 12th Working Meeting of the Crocodile Specialist Group, Thailand.
  4. ^ a b c d e f Whitaker, R., Members of the Gharial Multi-Task Force, Madras Crocodile Bank (2007). "The Gharial: Going Extinct Again" (PDF). Iguana. 14 (1): 24–33. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-07-26. Diakses tanggal 2016-07-21. 
  5. ^ Choudhury, B.C., ed. (19-06-2006). West Asia Regional Report (PDF) (Laporan) (dalam bahasa bahasa Inggris). Montelimar, Prancis: Crocodile Specialist Group Steering Committee Meeting. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 13-01-2014. Diakses tanggal 21-07-2016. 
  6. ^ Singaravelan, Natarajan, ed. (01-01-2013). Rare Animals of India (dalam bahasa bahasa Inggris). Bentham Science Publishers. doi:10.2174/97816080548551130101. ISBN 978-1-60805-629-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-05-30. Diakses tanggal 2016-07-21. 
  7. ^ Brazaitis, Peter (2001). A Guide to the Identification of the Living Species of Crocodilians (dalam bahasa bahasa Inggris). New York, A.S.: Wildlife Conservation Society. 
  8. ^ Martin, B. G. H.; Bellairs, A. D’A. (1977). "The narial excrescence and pterygoid bulla of the gharial, Gavialis gangeticus (Crocodilia)". Journal of Zoology. 182 (4): 541–558. doi:10.1111/j.1469-7998.1977.tb04169.x. 
  9. ^ Whitaker, R.; D. Basu (1983). "The Gharial (Gavialis gangeticus): A review". Journal of the Bombay Natural History Society. 79: 531–548. 
  10. ^ "Gharial biology". Gharial Conservation Alliance (dalam bahasa bahasa Inggris). Tamil Nadu, India. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-04-14. Diakses tanggal 21-07-2016. 
  11. ^ Boulenger, George Albert (1890). The Fauna of British India, including Ceylon and Burma: Reptilia and Batrachia (dalam bahasa bahasa Inggris). London: Taylor and Francis. 
  12. ^ Wood, Gerard L. (1983). The Guinness Book of Animal Facts and Feats (dalam bahasa bahasa Inggris). Sterling Pub. Co Inc. ISBN 978-0-85112-235-9. 
  13. ^ Bustard, H.R. (1983). "Movement of wild Gharial, Gavialis gangeticus (Gmelin) in the River Mahanadi, Orissa (India)". British Journal of Herpetology. 6: 287–291. 
  14. ^ Priol, P. (2003). Gharial field study report (Laporan) (dalam bahasa bahasa Inggris). Kathmandu, Nepal: Department of National Parks and Wildlife Conservation. 
  15. ^ Rao, R.J., Choudhury, B.C. (1990). "Sympatric distribution of Gharial Gavialis gangeticus and Mugger Crocodylus palustris in India". Journal of the Bombay Natural History Society. 89: 313–314. 
  16. ^ Lenin, Janaki. "The song of the Ganges gharial". Seminar (dalam bahasa bahasa Inggris). New Delhi, India. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-01. Diakses tanggal 01-08-2015. 

Pranala luar

sunting