Gereja Santo Yoseph, Matraman
Gereja Santo Yoseph adalah sebuah gereja paroki Katolik yang terletak di Jalan Matraman Raya no 127, Jakarta Timur, Jakarta. Gereja ini merupakan salah satu gereja tua di Jakarta. Gereja ini merupakan sebuah gereja peninggalan zaman kolonial di Indonesia.
Gereja Santo Yoseph | |
---|---|
Gereja Santo Yoseph, Paroki Matraman | |
Koordinat: 6°12′29.60921″S 106°51′33.78280″E / 6.2082247806°S 106.8593841111°E | |
Lokasi | Jalan Matraman Raya no 127, Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur |
Negara | Indonesia |
Denominasi | Gereja Katolik Roma |
Sejarah | |
Dedikasi | Santo Yosef |
Arsitektur | |
Status | Gereja paroki |
Status fungsional | Aktif |
Tipe arsitektur | Gereja |
Administrasi | |
Paroki | Matraman |
Dekenat | Timur |
Keuskupan Agung | Jakarta |
Provinsi | Jakarta |
Sejarah
suntingKisah pembangunan Gereja ini berawal dari pembelian sebidang tanah di tepi Matramanweg (Jalan Matraman Raya) pada 13 Desember 1906, yang dipersiapkan untuk pembangunan gereja. Tapi, tanggal 28 Desember 1906, daerah ini terlebih dulu dibentuk sebagai fasilitas pelayanan umat yang dilaksanakan oleh Pastor Katedral PJ Hoevenaars SJ.[1][2]
Tiga tahun kemudian, seperti tercatat dalam Registrum Baptismale I, Ecclesia Catholicae quae est in Meester Cornelis in Insula Java, dilaksanakan permandian atau baptis pertama, 22 Juni 1909. Tanggal permandian ini kemudian ditetapkan Pastor Johanes Djawa SVD (Pastor Kepala periode 1989–1999) sebagai penanda kelahiran Paroki Matraman. Christina Wilhelmina Cornelia, lahir pada 14 Mei 1909, adalah anak pertama—warga pribumi—yang dibaptis di gereja ini.[1]
Sesungguhnya, pembangunan gedung gereja baru direncanakan 8 April 1923, dengan nilai bangunan 70.000 gulden. Peletakan batu pertama dilakukan tanggal 9 September 1923, dan pembangunan fisik memakan waktu selama 7 bulan.[1]
Tender untuk pembangunan gereja awal dimenangkan oleh Algemeen Ingenieurs Architecten Bureau (Biro AIA). Arsitek perencana gedung gereja ini adalah Frans Johan Lauwrens Ghijsels (1882-1947). Pria kelahiran Tulung Agung, 8 September 1882, ini adalah arsitek yang membangun gedung-gedung di Batavia waktu itu, antara lain bangunan Stasiun Kota, Vrijmetselaarslogre (sekarang gedung Bappenas).[1]
Perluasan gereja
suntingGereja ini bisa menampung 400 umat, dari jumlah umat Katolik di paroki waktu itu sekitar 1.052 orang. Tahun 1970, gedung gereja diperluas ke bagian kiri, dan menyatu dengan rumah Pastor Ordo Soverdi. Perluasan ini diberkati Pastor C Van Iersel SVD. Selanjutnya, area perluasan ini disebut ‘gereja samping’ dan menampung 800 orang.[1]
Bangunan gereja ini terakhir direnovasi pada masa Pastor Kepala, Pastor Johanes Madiaadnyana SVD. Realisasi pembangunan fisik dimulai Maret 2001 setelah peletakan batu pertama oleh Pastor S Roy Djakarya Pr, ekonomat KAJ (Keuskupan Agung Jakarta). Sedangkan, arsitek gereja renovasi adalah Ir Erawan Kartawidjaja. Setelah melalui proses konsultasi dengan Dinas Museum dan Pemugaran DKI, keluarlah IMB kedua, pada 9 Juli 2001. Pemberkatan gereja renovasi dilakukan Bapa Uskup Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmadja SJ, pada 26 Mei 2002.[1]
Selama 30 tahun pertama, gereja ini didominasi orang asing, khususnya Belanda. Tahun 1921, umat gereja ini masih berjumlah 1.052 orang, dan sempat berkembang pesat jadi 13.000 orang pada tahun 1985. Karena makin banyaknya Paroki di Jakarta, umat gereja ini pun terpecah, dan tahun 2004 tinggal 5.577 orang.[1]
Bangunan
suntingPada bagian luar gereja terdapat patung Santo Yosef yang tertidur. Di belakang patung Santo Yosef terdapat Gua Maria yang Dikandung Tanpa Noda. Sebuah patung Santo Yosef yang lain juga terdapat pada pintu gereja yang terbuat dari pohon tanjung. Patung Santo Yosef yang dilukiskan sebagai Bapa Pemelihara Yesus, dibuat oleh H. Basuki, seorang pengrajin kayu asal Kudus pada tahun 2002.
-
Patung Santo Yoseph Tidur
-
Patung Santo Yoseph Bapa Pemelihara Yesus
-
Gua Maria yang Dikandung Tanpa Noda
Sisi dalam gereja berbentuk serong, pasca perluasan pada sekitar tahun 1970.[1] Pada altar terdapat tulisan dalam bahasa Latin Te Invocamus, Te Laudamus, Te Adoramus, O Beata Trinitas yang berarti "Ya Allah Tritunggal yang Maha Kudus, kami berseru kepadaMu, kami memuji Dikau, kami bersembah sujud di hadirat-Mu".[3] Di altar terdapat dua patung besar, yakni Hati Kudus Yesus dan Bunda Maria. Selain itu terdapat dua patung yang lebih kecil, yakni patung Santo Antonius Padua dan Santo Yoseph.[4]
-
Panti imam
-
Patung Bunda Maria di sekitar altar
-
Patung Hati Kudus Yesus di sekitar altar
-
Tampak dalam gereja yang menunjukkan bentuk altar yang menyamping
-
Tampak dalam gereja yang memanjang dari arah pintu masuk
-
Pieta yang terletak di dekat pintu masuk
-
Patung Keluarga Kudus
Lihat juga
suntingReferensi
sunting- ^ a b c d e f g h Widhartantri, Yustina W (2009-07-03). "Gereja St Yoseph Matraman, Saksi Sejarah Kota Militer (1)". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-25. Diakses tanggal 2023-05-24.
- ^ "Perjalanan Paroki Matraman". Gereja Santo Yoseph Paroki Matraman (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-02. Diakses tanggal 2023-05-24.
- ^ Widhartantri, Yustina M (3 Juli 2009). "Gereja St Yoseph Matraman, Saksi Sejarah Kota Militer (2)". KOMPAS.com. Diakses tanggal 25 Juni 2024.
- ^ "Sejarah Paroki Matraman". Gereja Santo Yoseph, Paroki Matraman. Diakses tanggal 25 Juni 2024.