Gereja Katolik MPOK Sidikalang

gereja di Indonesia

Gereja Katolik Santa Maria Pertolongan Orang Kristen Sidikalang, terkadang disingkat sebagai Gereja Katolik MPOK Sidikalang, adalah satu-satunya gereja Katolik yang berada di pusat kecamatan Sidikalang, kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Gereja ini sekaligus menjadi gereja induk bagi Paroki Santa Maria Pertolongan Orang Kristen Sidikalang dan Vikariat Episkopal Santo Andreas Rasul Sidikalang.

Gereja Katolik Santa Maria Pertolongan Orang Kristen
Gereja Katolik MPOK Sidikalang
LokasiJalan Merga Silima No.1, Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara
NegaraIndonesia
DenominasiGereja Katolik Roma
Jumlah anggota/umat17.481 jiwa
Sejarah
DedikasiSanta Maria Pertolongan Orang Kristen
Tanggal konsekrasi1959
Arsitektur
Tipe arsitekturInkulturasi Rumah Adat Batak Toba dan Pakpak
Administrasi
KeuskupanKeuskupan Agung Medan
Klerus
Uskup AgungMgr. Kornelius Sipayung, OFM.Cap.
VikarisRP. Eligius Ipong Suponidi, O.Carm.
RP. Alfonsus Arpol Manik, O.Carm.
PastorRP. Mandius Mateus Siringoringo, O.Carm.
Parokial
StasiSidikalang

Sejarah

sunting

Masuknya Misi Katolik ke Dairi

sunting

Perkembangan Gereja Katolik di Sidikalang tidak bisa dilepaskan dari pencabutan larangan misi Katolik di Tanah Batak oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Izin masuknya misi Katolik di Tanah Batak resmi dikeluarkan pada tanggal 17 Februari 1932, sedangkan larangan misi Katolik di Tanah Batak dicabut pada tanggal 12 Agustus 1993. Karya misi Katolik pertama kali dirintis oleh misionaris Belanda R.P. Elpidius van Duijnhoven di stasi Sawahdua, Panei, Simalungun pada 7 Januari 1936. Misi ini meluas hingga ke Saribu Dolok, Silimakuta, Simalungun pada 30 Agutsus 1938. Dari Saribudolok, karya misi Katolik berlanjut hingga ke Kabupaten Dairi.

Misi Katolik di Dairi ditandai dengan adanya keluarga Katolik di Pasar Lama, Sidikalang yang rutin mengadakan pertemuan doa di tangsi militer. Masuknya agama Katolik ke Dairi berlangsung sporadis, dipengaruhi oleh banyaknya gelombang perpindahan penduduk dari Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Simalungun, dan dari wilayah lain di Sumatra Timur. Pada Januari 1938, seorang katekis bernama Johanes Sihombing diutus dari Kota Pematangsiantar untuk memberikan pelajaran agama Katolik kepada umat Katolik di Dairi. Kedatangan Johannes Sihombing disusul dengan kedatangan R.P. Cl. Hammers, O.F.M.Cap. pada 28 Pebruari 1938. Pater Hammers pertama kali disambut di Sitinjo. Pater Hammers menjadi peletaki dasar Gereja Katolik di Dairi sekaligus menjadi pastor paroki pertama di Paroki Santa Maria Pertolongan Orang Kristen, Sidikalang.

Pater Hammer menjadikan Sidikalang sebagai pusat pelayanan pastoral. Pada masa itu, semua catatan administrasi Paroki Sidikalang diurus oleh Gereja Katedral Medan. Pater Hammer tinggal di rumah yang dinamai Hoofd Schoolop. Pater Hammer tinggal di sana sampai dia membeli lahan untuk gedung sekolah yang belum selesai dibangun di Jalan Pakpak, Sidikalang. Lahan itu dibagi menjadi dua bagian, satu untuk gedung gereja dan satu lagi untuk kompleks pastoran.

Masa Pendudukan Jepang

sunting

Ketika Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang, banyak imam dan misionaris Katolik yang ditangkap, termasuk di Sidikalang. Pater Hammers ditangkap oleh tentara Jepang dan dimasukkan ke dalam kamp di Tarutung, Tapanuli Utara. Umat Katolik di Sidikalang mengangkat katekis bernama S.M.A. Sihombing untuk menggantikan Pater Hammers mengurus Paroki Sidikalang. Setelah mengadakan pemeriksaan atas inventaris Gereja, Jepang melarang S.M.A. Sihombing untuk tinggal di pastoran. Porhanger H. Lumbantobing diangkat oleh umat untuk menggantikan posisi S.M.A. Sihombing.

H. Lumbantobing mencari tenaga katekis untuk Paroki Sidikalang dari gereja - gereja Katolik di Balige, Kutacane, dan Pematangsiantar. H. Lumbantobing meminta katekis bernama K. Hutabarat dari Pematangsiantar untuk datang ke Sidikalang.

Pranala luar

sunting