Gereja Katolik Albania-Italia

gereja di Italia

Gereja Katolik Italo-Albania (bahasa Italia: Chiesa Cattolica Italo-Albanese) adalah salah satu dari 22 Gereja Katolik Timur yang bersama-sama dengan Gereja Latin bersatu menjadi Gereja Katolik. Gereja ini adalah sebuah Gereja Partikular, yaitu sebuah Gereja yang otonom (sui iuris). Jamaahnya terkonsentrasi di Italia Selatan dan Sisilia.

Mosaik Italo-Yunani, Kristus Pantokrator pada kubah San Nicolò dei Greci di Palermo, Sisilia.

Nama Gereja

sunting

Nama Gereja Katolik Italo-Albania diambil dari demonim Italo-Albania (Arbëreshë) yang turun temurun digunakan untuk menyebut para penduduk Italia Selatan dan Sisilia, yakni orang-orang yang sekarang ini adalah orang-orang Italia tetapi menurut sejarah berasal dari Albani.

Bizantium Italo-Albania merupakan keturunan dari orang-orang yang telah beremigrasi dari 'Albania di Italia Selatan pada abad ke-15. Pada abad ke-15, umat Italo-Yunani asli lambat-laun terlatinisasi namun berkat arus masuk orang-orang Albania pengikut Ritus Bizantium, Gereja ini bangkit kembali.[1] Akibatnya, Gereja ini kerap disebut Gereja Katolik Yunani Italo-Albania atau Gereja Katolik Italo-Albania. Dalam nama-nama tersebut, "Yunani" mengacu pada Ritus Bizantium, sedangkan "Italo" dan "Albania" mengacu pada kebangsaan jamaahnya serta bahasa yang digunakan dalam liturgi, meskipun bahasa Yunani adalah bahasa liturgi historis Gereja ini.

Sejarah

sunting

Bangsa Yunani pertama kali tiba di Italia Selatan pada akhir Zaman Perunggu dengan membawa budaya, bahasa, dan agama mereka. Koloni-koloni mereka berkembang selama berabad-abad sampai ekspansi bangsa Romawi pada abad ke-3 SM tatkala bangsa Helenis dilatinkan ataupun diperbudak di Roma. Meskipun demikian, setelah wafat Kristus, Konstantinopel (sebelumnya Bizantium) menjadi 'Roma baru' pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus dan kebangkitan kembali budaya Helenis mulai berakar kembali di Italia Selatan dan Sisilia. Akibatnya, bahasa Latin berserta logat-logatnya tergantikan dengan bahasa Yunani dan bahkan yurisdiksi Gereja dialihkan dari Pontif Romawi ke Patriark Konstantinopel. Konsekuensinya, Ritus peribadatan ala Bizantium menjadi liturgi provinsi-provinsi Italo-Yunani dan berlanjut menjadi ritus mereka yang menjadi salah satu penyebab Skisma Akbar ketika raja-raja bangsa Franka (dan Jerman) berupaya melatinisasi kembali rakyat Italia Selatan (Italo-Yunani). Di beberapa daerah Italia Selatan, terutama Calabria dan kantong-kantong Sisilia, masih dituturkan suatu bentuk bahasa Yunani. Nyatanya, Sisilia hampir seluruhnya Yunani pada 831, tatkala bangsa Arab memulai penaklukan mereka atas pulau itu dan menyebabkan penduduknya yang berbahasa Yunani mengungsi ke daratan Italia. Dari masa penaklukan bangsa Franka sampai penaklukan bangsa Arab atas Italia Selatan, Gereja Italo-Yunani menjadi terpinggirkan. Meskipun demikian, sejumlah besar populasi Albania Arbëreshë pengikut Ritus Yunani hijrah ke Italia Selatan setelah tanah airnya diinvasi Kesultanan Utsmaniyah, khususnya setelah mangkatnya Skanderbeg pada 1468.[1]

Tidak semua dari orang-orang Albania ini adalah pengikut Ritus Bizantium, karena yang berasal dari Albania Utara kebanyakan mengikuti Ritus Latin. Dari para pengungsi Ritus Bizantium itu, sebagian sedari awal sudah Katolik, misalnya Gereja St. Vito di Eparki Piana degli Albanesi, dan sebagian lainnya segera tunduk pada kewenangan uskup-uskup Ritus Latin setempat. Keberadaan mereka memikat sisa-sisa komunitas penutur bahasa Yunani setempat serta orang-orang lain yang mengungsi dari Yunani akibat penaklukan Bangsa Turki. Pada 1595, Paus Klemens VIII mengeluarkan sebuah Instruksi sebagai pedoman bagi para uskup Ritus Latin yang memiliki umat Katolik Yunani dalam keuskupan mereka, dan Paus Benediktus XIV merevisi Instruksi tersebut sepenuhnya pada 1742, memberi umat Italo-Yunani dan Italo-Albanian sebuah aturan hukum kanon kecil. Sekolah-sekolah dan seminari-seminari bagi mereka dibangun pada abad ke-18.

Pada abad ke-20, didirikan Eparki Lungro di Calabria pada 1919, yang melayani umat Albania Ritus Bizantium di daratan utama Italia, dan pada 1937 didirikan Eparki Piana degli Albanesi bagi yang berdiam di Sisilia. Eparki Lungro memiliki 29 paroki bagi 32.800 jamaahnya, dua di antaranya adalah Ritus Latin. Beberapa dari 15 paroki yang tunduk pada Epark Piana degli Albanesi juga adalah paroki Ritus Latin. Eparki ini memiliki 28.500 jamaah.

Sebulan sebelum pendirian Eparki Piana degli Albanesi pada 1937, Biara Santa Maria di Grottaferrata Ritus Bizantium, tak jauh dari Roma, diberi status Abbatia Territorialis yang memisahkannya dari yurisdiksi uskup setempat. Abbasnya diberi kewenangan atas seluruh biarawan dan jamaah setempat, mirip dengan kewenangan seorang uskup diosesan.

Biara Ritus Bizantium Italia ini adalah satu-satunya yang tersisa dari tradisi Italo-Yunani yang pernah berjaya di Italia. Biara ini didirikan pada 1004 oleh St. Nilus dari Rossano, seorang rahib keturunan Yunani dari Calabria, dan semenjak pendiriannya terus beroperasi sampai sekarang. Biara ini adalah satu-satunya yang tersisa dari biara-biara Italo-Yunani yang pernah ada. Banyak dari biara-biara tersebut perlahan-lahan rusak, dan pukulan terakhir datang dari Kerajaan Italia yang mengambil alih biara-biara itu ketika memberlakukan sekularisasi atas ordo-ordo religius pada 1866. Hanya Biara Grottaferrata, karena dianggap sebagai sebuah monumen nasional, yang diizinkan tetap beroperasi dengan para biarawan sebagai penjaga-penjaganya. Seiring berjalannya waktu, otoritas sipil memberi mereka keleluasaan yang makin besar.

Pada 1880 Tahta Suci memerintahkan agar liturgi biara itu dimurnikan dari unsur-unsur latin yang menyusup selama berabad-abad. Panggilan hidup membiara tidak lagi dicari dari populasi Italia pada umumnya, namun dari jamaah Italo-Albania pada khususnya. Para biarawannya juga mendirikan biara-biara baru di Sisilia dan Calabria.

Struktur

sunting

Ada tiga yurisdiksi gerejawi dalam Gereja Katolik Italia-Yunani:

Eparki-eparki tersebut belum diorganisir menjadi sebuah Gereja Metropolitan Sui Iuris, dan masih setara statusnya, tunduk langsung pada Tahta Suci. Eparki-eparki ini mengizinkan pria-pria yang sudah menikah ditahbiskan menjadi imam, mereka juga membawahi beberapa paroki Ritus Latin yang ada dalam wilayah masing-masing.

Pada 2010, jumlah jamaah Gereja ini diperkirakan mencapai 61.000 jiwa, dengan 2 uskup, 45 paroki, 82 imam, 5 diakon, dan 207 biarawan-biarawati.[2]

Di Gereja ada dua lembaga keagamaan: "Ordine Italo-Albanese dei Monaci Basisiliani di Grottaferrata" (hadir di Lazio, Calabria dan Sisilia) dan umat "Suore Basiliane Italo-Albanesi Figlie di Santa Macrina" (hadir di Sisilia, Calabria, Albania dan Kosovo).

Di luar Italia ada beberapa komunitas diaspora Italo-Albania yang diselenggarakan di paroki-paroki dan asosiasi keagamaan.

Di Amerika Serikat ada gereja lain dari ritus Bizantium (misalnya Our Lady of Wisdom Church Diarsipkan 2023-06-01 di Wayback Machine. di Las Vegas, di bawah yurisdiksi Eparki Katolik Bizantium Phoenix, dan Italo-Greek Catholic Mission of Our Lady of Grace Diarsipkan 2011-07-25 di Wayback Machine. di New York, di bawah yurisdiksi Keuskupan Agung Katolik Roma New York) dan lebih umum dari ritus Timur, tradisi etno-linguistik dan sejarah yang berbeda.

Lihat pula

sunting

Sumber

sunting
  • Oriente Cattolico (Kota Vatikan: Kongregasi Suci bagi gereja-Gereja Timur, 1974)
  • Annuario Pontificio
  •   Herbermann, Charles, ed. (1913). "Italo-Albanians of Greeks rite". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  • Fortescue, Adrian. The Uniate Eastern Churches: the Byzantine Rite in Italy, Sicily, Syria and Egypt. Ed. George D. Smith. New York: F. Ungar, 1923. Print.

Referensi

sunting
  1. ^ a b "Italo-Greeks". The Catholic Encyclopedia. The Encyclopedia Press. 1913. 
  2. ^ Ronald Roberson. "The Eastern Catholic Churches 2010" (PDF). Catholic Near East Welfare Association. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-09-23. Diakses tanggal December 2010.  Informasi diambil dari Annuario Pontificio edisi 2010

Pranala luar

sunting