General Dynamics

perusahaan asal Amerika Serikat

General Dynamics Corporation (NYSE: GD) adalah konglomerat pertahanan yang terbentuk dari merger dan divestasi, dan pada tahun 2005 merupakan kontraktor pertahanan keenam terbesar di dunia.[3] Perusahaan memiliki empat segmen bisnis utama, yaitu Sistem Perairan, Sistem Tempur, Sistem Informasi dan Teknologi, dan Kedirgantaraan.

General Dynamics Corporation
Public
NYSE: GD
S&P 500 Component
IndustriAerospace, Defense
DidirikanFebruary 21, 1952
PendiriJohn Philip Holland
Kantor pusat
Wilayah operasi
Worldwide
Tokoh kunci
Nicholas D. Chabraja
Chairman of the Board
Jay L. Johnson
Vice Chairman CEO
ProdukConglomerate
PendapatanKenaikan $ 31.981 billion - 2009
Backlog: $ 65.5 billion[1]
Kenaikan $ 3.675 billion - 2009
Kenaikan $ 2.394 billion - 2009
Total asetKenaikan $ 31.077 billion - 2009
Total ekuitasKenaikan $ 12.423 billion - 2009
Karyawan
91,200 - April 2010[2]
Situs webGD.com
X: generaldynamics LinkedIn: general-dynamics Modifica els identificadors a Wikidata
Kantor pusat General Dynamics

Perusahaan ini terbentuk pada tahun 1952 oleh merger kontraktor kapal selam Electric Boat Company dengan Canadair.

Sejarah

sunting

Bermula sebagai Electric Boat Company

sunting

General Dynamics bermula dari Holland Torpedo Boat Company milik John Philip Holland. Perusahaan ini bertanggung jawab atas pengembangan kapal selam pertama milik U.S. Navy yang dibangun oleh Lewis Nixon di Crescent Shipyard, yang terletak di Elizabethport, New Jersey. Disinilah kapal selam Holland VI yang revolusioner dibangun. Pengawas dan arsitek Cresent, Arthur Leopold Busch, ditunjuk untuk mengawasi pembangunan kapal selam ini. Setelah diluncurkan pada 17 Mei 1897, kapal selam ini dibeli oleh Angkatan Laut A.S dan dinamai USS Holland (SS-1). Holland resmi dioperasikan pada tanggal 12 Oktober 1900, dan menjadi kapal selam pertama di Angkatan Laut A.S. Angkatan Laut A.S lalu memesan lebih banyak kapal selam, dan akhirnya pesanan kapal selam ini dikerjakan di kedua pesisir A.S. Pasukan kapal selam pertama A.S ini nantinya dikenal dengan sebutan Kelas A atau Kelas Adder.

Holland mulai kehabisan uang, karena proses pengenalan kapal selam ini yang memakan waktu lama dan mahal. Akhirnya Holland harus menjual perusahaannya ke Isaac Leopold Rice, ia pun menamai ulang perusahaan ini dengan nama Electric Boat Company pada tanggal 7 Februari 1899. Holland pun kehilangan kepemilikan dan ia harus tetap bekerja di perusahaan ini sebagai kepala insinyur, dengan gaji hanya US$90 tiap minggunya.[butuh rujukan] Holland resmi mengundurkan diri dari perusahaan ini pada bulan April 1904. Rice menjadi direktur pertama Electric Boat, hingga tahun 1915, saat ia meninggal pada tanggal 2 November 1915.

Electric Boat mendapat banyak perhatian setelah menjual kapal selam ke Angkatan Laut Jepang dan Angkatan Laut Rusia, yang akhirnya terlibat perang.[4]Kapal selam Holland juga dijual ke Angkatan Laut Inggris melalui perusahaan senjata asal Inggris, Vickers, dan juga ke Angkatan Laut Belanda. Kapal selam yang awalnya dikembangkan oleh perusahaan ini pun menjadi senjata paling mematikan dari angkatan-angkatan laut paling kuat di dunia.

Pasca Perang Dunia II, Electric Boat telah memiliki banyak uang, tetapi tidak lagi menerima pesanan dari negara manapun, pegawai pun dikurangi dari 13.000 ke hanya 4.000 orang pada tahun 1946.[butuh rujukan] Dengan semangat diversifikasi, direktur Electric Boat, John Jay Hopkins mulai mencari perusahaan yang cocok dengan pasar milik Electric Boat.

Pembelian Canadair

sunting

Hopkins pun menemukan Canadair, yang dimiliki oleh pemerintah Kanada, yang juga mengalami masalah yang mirip dengan Electric Boat, dan siap untuk dijual oleh pemerintah Kanada. Hopkins pun membeli Canadair seharga US$10 juta pada tahun 1946.[butuh rujukan]

Saat Electric Boat membeli Canadair, sistem Canadair sangatlah kacau. Hopkins pun menunjuk H. Oliver West untuk menjadi direktur Canadair, untuk menata dan mengusahakan Canadair agar kembali meraup untung. Hanya sebentar setelah pengambilalihan ini, Canadair mampu mengirimkan produk barunya, Canadair North Star ke Trans-Canada Airlines, Canadian Pacific Airlines, dan British Overseas Airways Corporation (BOAC) sesuai tenggat waktu pengirimannya.[butuh rujukan]

Dengan semakin meningkatnya anggaran pemerintah untuk membeli alat pertahanan pada saat Perang Dingin, Canadair pun mulai menerima kontrak militer dari Angkatan Udara Kanada, dan menjadi perusahaan dirgantara yang besar. Produk-produk Canadair antara lain Canadair T-33, pesawat pengintai laut Canadair Argus, dan Canadair F-86 Sabre. Antara tahun 1950 dan 1958, 1.815 unit Sabre berhasil dibuat oleh Canadair built. Canadair juga memproduksi 200 unit pesawat supersonik CF-104 Starfighter.

Pada tahun 1976, Canadair dijual kembali ke pemerintah Kanada, dan dijual kembali ke Bombardier Inc. pada tahun 1986.

Kemunculan General Dynamics

sunting

Meningkatnya produksi pesawat di Canadair menjadi sangat penting untuk penghasilan Electric Boat, Hopkins pun berpendapat bahwa nama "Electric Boat" tidak lagi sesuai. Pada tanggal 24 April 1952, Electric Boat mengalami reorganisasi dan berubah nama menjadi "General Dynamics".[5]

General Dynamics masih menikmati banyak uang setelah membeli Canadair, dan GD pun berniat membeli perusahaan kedirgantaraan lagi.[butuh rujukan] Pada bulan Maret 1953, GD resmi membeli Convair dari Atlas Group.[5] Pembelian ini disetujui oleh pemerintah, dengan syarat bahwa General Dynamics akan tetap mempertahankan pabrik Air Force Plant 4 milik Convair di Fort Worth, Texas. Pabrik ini disewa oleh Convair untuk memproduksi pesawat pengebom B-24 Liberator. Seiring berjalannya waktu, pabrik Fort Worth ini menjadi pusat produksi Convair.[butuh rujukan]

Sama seperti Canadair, Convair merupakan divisi independen yang beroperasi di bawah payung General Dynamics. Selama satu dekade berikutnya, Convair memperkenalkan pesawat interseptor F-106 Delta Dart, B-58 Hustler, serta pesawat Convair 880 dan Convair 990. Convair juga memperkenalkan rudal balistik antar benua milik Amerika Serikat, yang diberi nama Atlas.

Pergantian Pimpinan

sunting

Hopkins jatuh sakit pada tahun 1957, dan akhirnya digantikan oleh Frank Pace.[5] Sementara itu, John Naish menggantikan Joseph McNarney sebagai direktur Convair. Henry Crown menjadi pemegang saham mayoritas, dan menggabungkan Material Service Corporation miliknya dengan GD pada tahun 1959.

Naish mengundurkan diri pada bulan Mei 1961, dan membawa banyak sekali dewan direksi bersamanya. GD akhirnya melakukan reorganisasi dan membagi wilayah kerjanya menjadi dua, yakni Grup Timur, yang berpusat di New York dan Grup Barat, yang berpusat di San Diego, California. Dengan Grup Barat mengambilalih semua aktivitas kedirgantaraan dan dalam prosesnya menanggalkan merek Convair.[butuh rujukan]

Frank Pace mengundurkan diri pada tahun 1962 dan Roger Lewis (mantan Asisten Sekretaris Angkatan Udara A.S dan direktur dari Pan American Airways) ditunjuk sebagai direktur baru GD. Pada tahun 1971, dewan direksi menunjuk Dave Lewis sebagai direktur GD yang baru. Saat ditunjuk, Dave Lewis merupakan direktur dari McDonnell Douglas. Dave Lewis bekerja untuk GD hingga pensiun pada tahun 1985.

Reorganisasi

sunting

Pada bulan Mei 1965, GD mengorganisasi bisnisnya 12 divisi. Dewan direksi juga memutuskan bahwa untuk kedepannya, semua proses perakitan pesawat akan dilakukan di pabrik Fort Worth, dan pabrik San Diego (pabrik asli Convair), akan menjadi tempat pengembangan teknologi rudal dan teknologi luar angkasa. Pada bulan Oktober 1970, David S. Lewis memerintahkan pemindahan kantor pusat GD ke St. Louis, Missouri, yang akhirnya terlaksana pada bulan Februari 1971.[butuh rujukan]

Kesuksesan F-16

sunting

Pada tahun 1972, GD mengajukan tawaran pada proyek pembuatan Lightweight Fighter (LWF) dari Angkatan Udara A.S Hasilnya, GD dan Northrop diberi kontrak perakitan purwarupanya.

YF-16 rakitan GD pertama kali terbang pada bulan Januari 1974, dan terbukti memiliki performa yang lebih baik daripada YF-17 rakitan Northrop, pada sebuah uji terbang. Akhirnya YF-16 resmi diproduksi secara massal dengan nama F-16 pada bulan Januari 1975, dengan pesanan pertama sebanyak 650 unit dan total pesanan lebih dari 4.000 unit dari seluruh dunia. Ini pun membuat proyek F-16 sebagai proyek terbesar dan tersukses untuk GD, dan merupakan salah satu proyek militer tersukses sejak Perang Dunia II.

Fokus ke Sistem Pertahanan Darat

sunting
 
Sebuah pesawat Gulfstream G650 berangkat dari Bristol International Airport di Inggris pada tahun 2014.Pada tahun 1999, GD resmi mengakuisisi Gulfstream Aerospace

Pada tahun 1976, General Dynamics menjual kembali Canadair ke pemerintah Kanada seharga US$38 juta. Sehingga pada tahun 1984, General Dynamics memiliki empat divisi, yakni: Convair di San Diego, General Dynamics-Fort Worth, General Dynamics-Pomona, dan General Dynamics-Electronics. Pada tahun 1985, terjadi lagi reorganisasi, dan terbentuklah divisi Sistem Luar Angkasa dari divisi Luar Angkasa milik Convair. Pada tahun 1985, GD juga mengakuisisi Cessna.

Henry Crown, yang merupakan pemegang saham terbesar di GD, meninggal dunia pada tanggal 15 Agustus 1990. Akibatnya, GD mulai melepas divisinya yang tidak menghasilkan keuntungan, dibawah komando ditektur William Anders. Cessna dijual kembali ke Textron pada bulan Januari 1992, divisi San Diego dan Pomona dijual ke General Motors-Hughes Aerospace pada bulan Mei 1992, divisi Fort Worth dijual ke Lockheed pada bulan Maret 1993, dan divisi Sistem Luar Angkasa dijual ke Martin Marietta pada tahun 1994. Sementara itu, divisi Struktur Pesawat milik Convair dijual ke McDonnell Douglas pada tahun 1994. Sedangkan, sisa dari divisi Convair ditutup pada tahun 1996. Pada tahun 1999, GD mengakuisisi Gulfstream Aerospace, sebagai upaya untuk masuk kembali ke pasar dirgantara ini.

Setelah menjual semua divisi dirgantaranya. GD memilih untuk fokus pada produksi alat pertahanan darat dan laut. GD pun membeli divisi Pertahanan dari Chrysler pada tahun 1982, dan menamainya General Dynamics Land Systems. Pada tahun 2003, GD kembali membeli divisi Pertahanan dari General Motors. Sekarang, divisi-divisi ini menjadi pemasok besar dari beberapa kendaraan lapis baja, seperti M1 Abrams, LAV 25, dan Stryker.

General Dynamics Land Systems pernah dikecewakan dengan pembatalan program Future Combat Systems dari Angkatan Darat A.S dan kekalahan dalam kompetisi memperebutkan kontrak perakitan MRAP-All Terrain Vehicle.[butuh rujukan]

Referensi

sunting
  1. ^ - General Dynamics Wins Contract Diarsipkan 2010-05-09 di Wayback Machine. from DailyMarkets.com
  2. ^ GD - General Dynamics Corporation Diarsipkan 2009-01-21 di Wayback Machine. from Google Finance
  3. ^ 2005 Defense News Top 100[pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Salinger, Lawrence M (July 9, 2013). Encyclopedia of White-Collar and Corporate Crime. SAGE Publications. hlm. 378. ISBN 1452276161. 
  5. ^ a b c "General Dynamics Corporation". U.S. Centennial of Flight Commission. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-11-12. Diakses tanggal 2008-12-01. 

Pranala luar

sunting