Gempa tsunami
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada April 2016. |
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang dahsyat yang diakibatkan oleh peristiwa tektonisme dibawah laut. Dengan mempelajari seismotektonik, kita dapat mempelajari karakteristik berbagai macam fenomena gempa bumi, salah satunya adalah gempabumi penyebab tsunami. Di zona subduksi, dikenal beraneka jenis gempa bumi yang dapat disebabkan oleh beragam faktor. Gempa di zona subduksi identik dengan penguncian yang menimbulkan akumulasi energi, sehingga terjadi sesar naik akibat bounce pack pada daerah gempa tersebut. Gempa tersebut sering disebut sebagai megathrust.
Apabila titik fokus gempa tersebut berada di wilayah laut yang dekat dengan daratan, gempa tersebut dapat menimbulkan potensi tsunami. Berdasarkan magnitudenya, potensi gempa bumi terhadap tsunami dapat digolongkan sebagai berikut (United States Geological Survei):
- Magnitude di bawah 6.5 SR
Gempabumi kemungkinan kecil menyebabkan tsunami.
- Magnitude di antara 6.5 dan 7.5 SR
Gempabumi ini tidak selalu menyebabkan tsunami yang destruktif. Akan tetapi, perubahan kecil terhadap ketinggian air laut dapat terdeteksi di sekitar area ini. Tsunami yang merusak dan menimbulkan korban jarang terjadi pada magnitude gempa ini. Walaupun begitu, gempa ini dapat menimbulkan efek sekunder seperti longsoran atau amblasan dasar laut.
- Magnitude antara 7.6 dan 7.8
Gempa pada magnitude ini dapat menimbulkan tsunami yang destruktif di luar range magnitude, terutama di dekat episenter. Perubahan ketinggian air laut yang lebih signifikan dapat terdeteksi dengan jelas.
- Magnitude 7.9 SR dan lebih besar
Tsunami lokal yang sangat destruktif dapat terjadi pada magnitude ini, bahkan di dalam range magnitude. Perubahan ketinggian air laut secara drastis dapat terjadi pada daerah yang lebih luas. Pada magnitude 9.0 SR, dampak sekunder lain dari gempabumi adalah munculnya gempabumi aftershock yang berkekuatan di bawah 7,5 SR.
Dua jenis gempa penyebab tsunami yaitu
sunting1. Tsunami earthquake
Merupakan gempa bermagnitude besar yang menimbulkan tsunami.
2. Tsunamigenic earthquake
Tsunamigenic earthquake merupakan gempa penyebab tsunami yang menimbulkan karakteristik khusus. Tsunamigenik adalah suatu kejadian di alam yang berpotensi menimbulkan tsunami. Kejadian tersebut berupa terganggunya air laut oleh kegiatan-kegiatan gunung api, gempa bumi, longsoran pantai dan bawah laut, dan sebab-sebab lainnya. Berdasarkan sejarah, di Selat Sunda telah berkali-kali terjadi bencana tsunami yang tercatat dalam katalog tsunami. Tsunami yang terjadi ini disebabkan oleh beberapa fenomena geologi, di antaranya erupsi gunung api bawah laut Krakatau yang terjadi tahun 416, 1883, dan 1928; gempa bumi pada tahun 1722, 1852, dan 1958; dan penyebab lainnya yang diduga kegagalan lahan berupa longsoran baik di kawasan pantai maupun di dasar laut pada tahun 1851, 1883, dan 1889 (Yudhicara, 2008).
Tsunamigenik dikontrol oleh beberapa faktor seperti mekanisme gempabumi, kedalaman retakan, distribusi slip di sepanjang zona patahan, serta proses mekanik yang terjadi di zona sumber gempabumi. Masing-masing faktor ini memainkan peranan penting dalam menentukan tingkatan tsunami (Romano, 2009).
Referensi
sunting- Lubis, Subaktian. 2009. Bentuk Geomorfologi Dasar Laut pada Tepian Lempeng Aktif di Lepas Pantai Barat Sumatera dan Selatan Jawa, Indonesia. Bandung: Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Departemen ESDM.
- Romano, Fabrizio. 2009. The Rupture Process of Recent Tsunamigenic Earthquakes by Geophysical Data Inversion. Thesis PhD of Università Degli Studi Di Bologna.
- Yudichara & Budiono, K. 2008. Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian terhadap katalog Tsunami Soloviev. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 241-251.
- Zulkarnain, Iskandar, dkk. 1997. Geologi Komplek Melange Pulau Laut Kalimantan Selatan.