Gempa bumi Laut Maluku Juli 2019

0°31′23″N 126°11′56″E / 0.523°N 126.199°E / 0.523; 126.199

Gempa bumi Laut Maluku Juli 2019
Gempa bumi Laut Maluku Juli 2019 di Indonesia
Gempa bumi Laut Maluku Juli 2019
Waktu UTC2019-07-07 15:08:40
ISC
USGS-ANSS
Tanggal setempat7 Juli 2019 (2019-07-07)
Waktu setempat22:08:39 WIB
Kekuatan7,0 Mw
Kedalaman49 km (30 mi)
Episentrum0°32′N 126°11′E / 0.53°N 126.18°E / 0.53; 126.18
Intensitas maks.V (Menengah)

Gempa bumi Laut Maluku Juli 2019 adalah sebuah gempa bermagnitudo 7,0[1] yang melanda perairan Laut Maluku, Indonesia pada tanggal 7 Juli 2019, Pukul 22.08 WIB. Pusat gempa berada di 133 km barat Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara dengan kedalaman 49 km. Guncangan gempa ini dirasakan hingga Manado dan Gorontalo[2] dan berpotensi tsunami.

Guncangan gempa

sunting

Gempa bumi ini berpusat di perairan Laut Maluku. Guncangannya dapat dirasakan di sebagian besar provinsi Maluku Utara dan Sulawesi Utara dan sebagian Gorontalo. Guncangan gempa ini dapat dirasakan IV-V MMI di Kota Ternate, Kota Bitung dan Kota Manado. Kemudian di Minahasa, Minahasa Utara, sebagian Minahasa Selatan dan Kota Tidore berupa guncangan III-V MMI serta II-III MMI di Halmahera Barat dan Halmahera Selatan[3] dan Gorontalo.

Potensi tsunami

sunting

Gempa bumi ini dinyatakan berpotensi tsunami oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sehingga dikeluarkan peringatan dini Tsunami untuk wilayah pesisir Sulawesi Utara yakni wilayah Kota Bitung, Minahasa Utara bagian selatan, Minahasa Selatan bagian Selatan, Bolaang Mongondow bagian selatan, Kota Ternate, Kota Tidore, Halmahera Barat dan Halmahera Selatan bagain utara.[4] Akibatnya, warga pesisir menjauhi pantai dan sempat mengungsi ke dataran tinggi.[5] Peringatan dini tsunami akibat gempa bumi ini diakhiri pada pukul 00.09 WIB, Tanggal 8 Juli 2019[6] setelah tak ada laporan kenaikan air laut signifikan.

Penyebab gempa

sunting

Dilihat dari episentrum dan kedalamannya, gempa ini merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat deformasi kerak bumi pada lempeng laut Maluku. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi ini dibangkitkan dengan mekanisme sesar naik atau thrust fault akibat adanya tekanan atau kompresi lempeng mikro Halmahera ke arah barat, dan tekanan lempeng mikro Sangihe ke arah timur. Sehingga lempeng laut Maluku terjepit hingga membentuk double subduction ke bawah Halmahera dan ke bawah Sangihe.[7]

Referensi

sunting
  1. ^ "Rekomendasi BMKG Pasca-gempa 7,0 Magnitudo di Maluku Utara". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-06. Diakses tanggal 2019-07-08. 
  2. ^ "Guncangan Gempa M 7,1 Terasa Hingga Gorontalo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-05. Diakses tanggal 2019-07-08. 
  3. ^ "Warga Halmahera Selatan Menuju Bukit Usai Gempa M7 Maluku Utara". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-08. Diakses tanggal 2019-07-08. 
  4. ^ "Ini Daerah yang Berpotensi Tsunami Akibat Gempat M 7,1 di Sulut". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-26. Diakses tanggal 2019-07-08. 
  5. ^ "Warga Ternate Mengungsi ke Wilayah yang Lebih Tinggi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-08. Diakses tanggal 2019-07-08. 
  6. ^ ". BMKG Caput Peringatan Dini Tsunami Gempa Magnitudo 7 di Ternate". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-29. Diakses tanggal 2019-07-08. 
  7. ^ "BMKG: Gempa Maluku Utara Akibat Deformasi Kerak Bumi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-08. Diakses tanggal 2019-07-08. 

Pranala luar

sunting