Gangguan kepribadian antisosial

Gangguan kepribadian antisosial (antisocial personality disorder) adalah sebuah gangguan kepribadian yang ditandai oleh perilaku yang tidak mempedulikan atau melanggar hak asasi orang lain secara berkepanjangan. Ciri lainnya adalah rasa moral dan nurani yang rendah serta perilaku kriminal, impulsif, dan agresif.[1][2]

Gangguan kepribadian antisosial
Informasi umum
Nama lainGangguan kepribadian disosial, sosiopat
SpesialisasiPsikiatri

Entri Antisocial personality disorder digunakan di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) keluaran American Psychiatric Association. Sementara itu, di dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD) keluaran Organisasi Kesehatan Dunia, entri Dissocial personality disorder (DPD) menyebutkan bahwa diagnosisnya mencakup gangguan kepribadian antisosial. Kedua manual kesehatan tersebut memiliki kriteria diagnosis yang serupa namun tak sama.[3] Gangguan kepribadian antisosial sering pula disebut sebagai psikopat atau sosiopat tetapi banyak ilmuwan yang telah menyatakan bahwa psikopat merupakan gangguan yang memiliki beberapa ciri yang sama namun dapat dibedakan dari gangguan kepribadian antisosial.[4][5][6][7][8]

Sejarah

sunting

Versi pertama dari DSM pada tahun 1952 mencantumkan gangguan kepribadian sosiopatik. Gangguan ini berlaku pada individu yang dianggap "...sakit terutama dalam hal kemasyarakatan dan kesesuaian dengan lingkungan yang berlaku, dan ini tidak hanya mencakup dalam hal ketidaknyamanan pribadi melainkan juga pada hubungan dengan individu lain".[9] Ada empat subtipe yang disebut sebagai "reaksi" oleh DSM edisi pertama: antisosial, dissosial, seksual, dan kecanduan. Reaksi antisosial mencakup orang-orang yang "selalu dalam masalah" dan tidak dapat belajar darinya, bersikap "tidak setia", secara umum tidak berperasaan dan kurang bertanggung jawab, serta sering "merasionalisasi" perilakunya sendiri. Kategori tersebut digambarkan lebih spesifik daripada konsep yang ada tentang "keadaan psikopat konstitusional" atau "kepribadian psikopat" yang umumnya memiliki arti yang sangat luas. Definisi yang lebih spesifik ini sejalan dengan kriteria yang dikemukakan oleh Hervey M. Cleckley dari tahun 1941. Meski istilah sosiopat pernah dikemukakan oleh George Partridge pada tahun 1928 ketika mempelajari pengaruh lingkungan awal terhadap psikopat. Partridge menemukan hubungan antara gangguan psikopat antisosial dan penolakan orang tua yang dialami pada anak usia dini.[10]

DSM-I sebelumnya mengklasifikasikan beberapa kondisi yang terkait dengan gangguan kepribadian antisosial sebagai gangguan kepribadian sosiopatik tipe dissosial. DSM-II pada tahun 1968 kemudian mengatur ulang kategori gangguan serta memasukkan "kepribadian antisosial" sebagai salah satu dari sepuluh gangguan kepribadian meski gangguan tersebut masih didefinisikan dengan penjelasan yang sama dari edisi sebelumnya. Gangguan kepribadian antisosial dalam edisi ini untuk diberlakukan pada individu yang: "pada dasarnya tidak menyukai bersosialisasi", sedang dalam konflik berulang dengan masyarakat, tidak memiliki rasa loyalitas secara signifikan, egois, tidak bertanggung jawab, tidak dapat merasa bersalah atau belajar dari pengalaman sebelumnya, serta cenderung menyalahkan orang lain dan merasionalisasi tindakannya sendiri.[11] Kata pengantar dari manual tersebut berisi "instruksi khusus" yang menjelaskan bahwa "Kepribadian antisosial harus selalu dikategorikan dengan kadar ringan, sedang, atau berat." DSM-II memperingatkan bahwa riwayat pelanggaran hukum atau sosial tidak dengan sendirinya cukup untuk membenarkan diagnosis. DSM-II juga mencatat bahwa "reaksi kenakalan kelompok" ketika masa kanak-kanak atau remaja, atau "ketidaksesuaian sosial tanpa gangguan kejiwaan" harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum diadakannya diagnosis pada gangguan kepribadian antisosial. Tipe kepribadian dissosial kemudian didefinisikan ulang dalam DSM-II menjadi "perilaku dissosial" bagi individu yang mengikuti lebih banyak atau sedikit tindakan kriminal, seperti pemerasan, perjudian yang ilegal, pelacuran, dan penjualan obat bius. Gangguan ini kemudian muncul kembali sebagai nama diagnosis dalam manual ICD yang diproduksi oleh WHO. Gangguan itu kemudian disebut sebagai gangguan kepribadian dissosial dan dianggap setara dengan diagnosis ASPD.[12]

DSM-III pada tahun 1980 memasukkan penjelasan lengkap mengenai gangguan kepribadian antisosial. Seperti gangguan lainnya, gangguan kepribadian antisosial pafa edisi ini memiliki daftar gejala lengkap yang berfokus pada perilaku yang dapat diamati untuk meningkatkan konsistensi dalam diagnosis antara psikiater yang berbeda ('keandalan antar-penilai'). Daftar gejala ASPD didasarkan pada Kriteria Diagnostik Penelitian yang dikembangkan dari apa yang disebut Kriteria Feighner pada tahun 1972. Pada akhirnya, kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian antisosial kemudian merujuk pada penelitian yang berpengaruh oleh sosiolog Lee Robins. Penelitian tersebut diterbitkan pada tahun 1966 dan berjudul "Deviant Children Grown Up".[13] Namun, Robins sebelumnya telah mengklarifikasi bahwa meski kriteria baru mengenai masalah perilaku masa kanak-kanak sebelumnya dalam gangguan kepribadian antisosial berasal dari karyanya, dia dan rekan sesama penelitinya yang bernama Patricia O'Neal mendapatkan kriteria diagnostik yang mereka gunakan dari suami Robins yang merupakan seorang psikiater yang bernama Eli Robins. Ia adalah salah satu penulis kriteria Feighner yang telah menggunakan kriteria tersebut sebagai bagian dari wawancara diagnostik.[13]

Epidemiologi

sunting

Seperti yang terlihat dalam dua penelitian yang berasal dari Amerika Utara dan dua penelitian dari Eropa, ASPD lebih sering dijumpai pada pria daripada wanita, karena pria memiliki kemungkinan didiagnosis ASPD tiga hingga lima kali daripada wanita.[14][15] Prevalensi ASPD bahkan lebih tinggi pada populasi tertentu, seperti di penjara yang mana di sana terdapat lebih banyak pelaku kekerasan. Meski begitu, ditemukan adanya fakta bahwa prevalensi ASPD di antara narapidana hanya di bawah 50%.[14] Demikian pula, prevalensi ASPD lebih tinggi di antara pasien yang mengonsumsi alkohol atau obat-obatan lain (AOD) daripada pada populasi umum. Hal ini kemudian menunjukkan hubungan antara ASPD dengan AOD.[14][16] Dalam sebuah penelitian yang diadakan oleh Epidemiological Catchment Area (ECA), pria yang mengidap ASPD memiliki kemungkinan menggunakan alkohol dan zat terlarang secara berlebihan hingga tiga sampai lima kali lipat dibandingkan pria tanpa ASPD.[17] Meski ASPD lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, tetapi ditemukan juga peningkatan frekuensi penggunaan zat ini pada wanita yang mengidap ASPD. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan dengan pria dan wanita dengan ASPD, wanita cenderung lebih banyak menyalahgunakan zat dibandingkan dengan para pria.[18]

Individu pengidap ASPD sangat berisiko untuk melakukan bunuh diri.[19] Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan peristiwa bunuh diri karena hubungan antara bunuh diri dengan gejala yang ada pada ASPD, seperti kriminalitas dan penggunaan narkoba.[20] Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa keturunan korban ASPD juga berisiko mengidap ASPD pula.[21] Penelitian menunjukkan bahwa pengalaman negatif atau traumatis seseorang pada masa kanak-kanak, mungkin disebabkan karena tindakan orang tua yang mengidap ASPD. Hal ini kemudian dapat menjadi alasan mengapa seseorang tersebut berbuat kenakalan atau kriminalitas di suatu hari nanti.[22] Selain itu, anak-anak dari orang tua dengan ASPD dapat berperilaku nakal jika mereka dibesarkan di lingkungan yang mana kejahatan dan kekerasan sudah biasa terjadi.[23] Bunuh diri adalah penyebab utama kematian di kalangan remaja yang menunjukkan gangguan kepribadian antisosial, terutama bila diiringi dengan kenakalan. Pemenjaraan yang dapat terjadi sebagai konsekuensi tindakan dari pelaku yang mengidap ASPD, merupakan salah satu alasan mengapa ide bunuh diri muncul pada remaja.[21][24]

Gejala Umum

sunting

Secara umum gangguan kepribadian antisoasial dapat dilihat dari gejala yang di tunjukan oleh buku Panduan Statistik Diagnosa (Diagnostic Statistical Manual/DSM).[25] Ciri yang paling menonjol dari mereka adalah tingkat kecemasan yang rendah ketika berhadapan dengan situasi yang mengancam dan kurangnya rasa bersalah dan menyesal atas kesalahan yang telah mereka lakukan. Hukuman biasanya hanya member sedikit dampak dalam perilaku mereka. Meski orang tua atau orang lain menghukum mereka untuk kesalahan yang mereka lakukan, mereka tetap menjalani kehidupan yang tidak bertanggung jawab dan impulsif.[1] Diarsipkan 2022-04-22 di Wayback Machine. Laki-laki cenderung menerima diagnosis kepribadian antisosial daripada perempuan (Robins, Locke, & Reiger,). Sedangkan gejala-gejalanya menurut Cleckley ialah:

  1. Cukup rendah rasa bersosialisasi dan kecerdasan di atas rata-rata.
  2. Tidak adanya tanda-tanda lain pemikiran irasional.
  3. Tidak adanya ketenangan,kecemasan neurotik atau gejala lainnya yang cukup besar.
  4. Ketidaktulusan.
  5. Kurangnya penyesalan, tidak ada rasa malu.
  6. Perilaku yang antisosial tidak mempunyai cukup motivasi dan buruk merencanakan sesuatu.
  7. Miskin penilaian dan kegagalan untuk belajar dari pengalaman.
  8. Patologisego, ketidakmampuan untuk cinta sejati.
  9. Miskin emosi yang mendalam.
  10. Kurangnya wawasan tentang apapun yang benar.
  11. Tidak ada riwayat usaha bunuh diri yang sejati.
  12. Kehidupan seks sepele,dan kurang terintegrasi.
  13. Kegagalan untuk memiliki rencana hidup.

Terapi

sunting

Terapi dengan kepribadian tergantung difasilitasi oleh fakta bahwa orang-orang mencari orang lain yang lebih kuat pada siapa diri mereka bergantung. Oleh karena itu mereka membuat pasien bersedia menjadi reseptif. Namun,sifat ini dapat membuat mereka terlalu tergantung pada terapis dan kurang cenderung untuk membuat keputusan sendiri dan untuk mengambil tanggung jawab untuk diri mereka sendiri. Millon menunjukkan bahwa pendekatan tidak langsung bekerja lebih baik daripada perilaku karena mereka mendorong kemerdekaan. Selain itu pemilik kepribadian Historinic memerlukan terapi untuk waktu yang lama, terutama ketika sumber kecemasan yang diselidiki. Millon mengusulkan terapi congnitive untuk membantuk kepribadian histrionik belajar untuk berpikir daripada bertindak impulsif. Kepribadian pasif-agresif membuat pengobatan sulit karena masalah yang dihadapi sebagian besar adalah karena ulah mereka sendiri,mereka lupa janji,datang terlambat,dsb. Teknik psiko analitik menafsirkan resistensi tersebut dapat membantu.

Referensi

sunting
  1. ^ "Overview- Antisocial personality disorder". Mayo Clinic. 2016-04-02. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-05. Diakses tanggal 2016-04-12. 
  2. ^ Berger, Fred K. (2016-07-29). "Antisocial personality disorder: MedlinePlus Medical Encyclopedia". MedlinePlus. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-06. Diakses tanggal 2016-11-01. 
  3. ^ Farrington, David P.; Coid, Jeremy (2004). Early Prevention of Adult Antisocial Behavior. Cambridge University Press. hlm. 82. ISBN 978-0-521-65194-3. Diakses tanggal 2008-01-12. 
  4. ^ Patrick, Christopher J. (2005). Handbook of Psychopathy. Guilford Press. ISBN 9781606238042. Diakses tanggal 2013-07-18. 
  5. ^ Hare, Robert D. (1996-02-01). "Psychopathy and Antisocial Personality Disorder: A Case of Diagnostic Confusion". Psychiatric Times. UBM Medica. 13 (2). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-28. Diakses tanggal 2017-05-19. (Perlu mendaftar (help)). 
  6. ^ Hare, Robert D.; Hart, Stephen D.; Harpur, Timothy J. (1991). "Psychopathy and the DSM—IV Criteria for Antisocial Personality Disorder" (PDF). Journal of Abnormal Psychology. American Psychological Association. 100 (3): 391–398. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-09-26. Diakses tanggal 2017-05-19. 
  7. ^ Semple, David; Smyth, Roger; Burns, Jonathan; Darjee, Rajan; McIntosh, Andrew (2005). The Oxford Handbook of Psychiatry. New York: Oxford University Press. hlm. 448–449. ISBN 0-19-852783-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 2018-01-17. 
  8. ^ Skeem, J. L.; Polaschek, D. L. L.; Patrick, C. J.; Lilienfeld, S. O. (2011). "Psychopathic Personality: Bridging the Gap Between Scientific Evidence and Public Policy". Psychological Science in the Public Interest. 12 (3): 95–162. doi:10.1177/1529100611426706. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-22. Diakses tanggal 2018-01-17. 
  9. ^ Diagnostic and Statistical Manual: Mental Disorders. American Psychiatric Association (APA). 1952. hlm. 38. ISBN 978-0890420171. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-31. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  10. ^ Carruth, Bruce; Forrest, Gary G. (2014-06-23). Chemical Dependency and Antisocial Personality Disorder: Psychotherapy and Assessment Strategies (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 36–3. ISBN 978-1-317-82274-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  11. ^ Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-II) (PDF). Washington, D. C.: American Psychiatric Association. 1968. hlm. 43. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 November 2014. 
  12. ^ Felthous, Alan; Saß, Henning (2008-04-15). The International Handbook on Psychopathic Disorders and the Law, Volume II: Laws and Policies (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. hlm. 24–26. ISBN 978-0-470-06643-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  13. ^ a b Nancy D Campbell (2014). "The spirit of St Louis: the contributions of Lee N. Robins to North American psychiatric epidemiology". academic.oup.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-30. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  14. ^ a b c National Collaborating Centre for Mental Health (UK) (2010). ANTISOCIAL PERSONALITY DISORDER (dalam bahasa Inggris). British Psychological Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-28. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  15. ^ Fisher, Kristy A.; Hany, Manassa (2022). Antisocial Personality Disorder. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 31536279. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-02. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  16. ^ Mueser, Kim T.; Crocker, Anne G.; Frisman, Linda B.; Drake, Robert E.; Covell, Nancy H.; Essock, Susan M. (2006-10). "Conduct Disorder and Antisocial Personality Disorder in Persons With Severe Psychiatric and Substance Use Disorders". Schizophrenia Bulletin. 32 (4): 626–636. doi:10.1093/schbul/sbj068. ISSN 0586-7614. PMC 2632266 . PMID 16574783. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-31. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  17. ^ Castillo-Carniglia, Alvaro; Keyes, Katherine M; Hasin, Deborah S; Cerdá, Magdalena (2019-12). "Psychiatric comorbidities in alcohol use disorder". The lancet. Psychiatry. 6 (12): 1068–1080. doi:10.1016/S2215-0366(19)30222-6. ISSN 2215-0366. PMC 7006178 . PMID 31630984. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-01. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  18. ^ Compton, Wilson M.; Conway, Kevin P.; Stinson, Frederick S.; Colliver, James D.; Grant, Bridget F. (2005-06). "Prevalence, correlates, and comorbidity of DSM-IV antisocial personality syndromes and alcohol and specific drug use disorders in the United States: results from the national epidemiologic survey on alcohol and related conditions". The Journal of Clinical Psychiatry. 66 (6): 677–685. doi:10.4088/jcp.v66n0602. ISSN 0160-6689. PMID 15960559. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-01. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  19. ^ Bosman, Hendrik S.; van Rensburg, Charl Janse; Lippi, Gian (2020-10-23). "Suicide risk of male State patients with antisocial personality traits". The South African Journal of Psychiatry : SAJP : the Journal of the Society of Psychiatrists of South Africa. 26: 1543. doi:10.4102/sajpsychiatry.v26i0.1543. ISSN 1608-9685. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-14. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  20. ^ Verona, E.; Patrick, C.; Joiner, T. (2001). "Psychopathy, antisocial personality, and suicide risk". Journal of abnormal psychology. doi:10.1037/0021-843x.110.3.462. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-01. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  21. ^ a b Mok, Pearl L.H.; Pedersen, Carsten Bøcker; Springate, David; Astrup, Aske; Kapur, Nav; Antonsen, Sussie; Mors, Ole; Webb, Roger T. (2016-10-01). "Parental psychiatric disease and risks of attempted suicide and violent criminal offending in offspring: A population-based cohort study". JAMA psychiatry. 73 (10): 1015–1022. doi:10.1001/jamapsychiatry.2016.1728. ISSN 2168-622X. PMC 5079483 . PMID 27580483. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-29. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  22. ^ Baglivio, Michael T.; Wolff, Kevin T.; Piquero, Alex R.; Epps, Nathan (2015-05-01). "The Relationship between Adverse Childhood Experiences (ACE) and Juvenile Offending Trajectories in a Juvenile Offender Sample". Journal of Criminal Justice (dalam bahasa Inggris). 43 (3): 229–241. doi:10.1016/j.jcrimjus.2015.04.012. ISSN 0047-2352. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-05. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  23. ^ Juvenile Crime, Juvenile Justice (dalam bahasa Inggris). National Research Council Institute of Medicine. hlm. 66–106. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-24. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  24. ^ Abram, Karen M.; Choe, Jeanne Y.; Washburn, Jason J.; Teplin, Linda A.; King, Devon C.; Dulcan, Mina K. (2008-3). "Suicidal Ideation and Behaviors Among Youth in Juvenile Detention". Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. 47 (3): 291–300. doi:10.1097/CHI.0b013e318160b3ce. ISSN 0890-8567. PMC 2945393 . PMID 18216737. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-29. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  25. ^ Association., American Psychiatric; DSM-IV., American Psychiatric Association. Task Force on (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders : DSM-IV-TR (edisi ke-4th ed., text revision). Washington, DC: American Psychiatric Association. ISBN 9780890420256. OCLC 43483668. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-18. Diakses tanggal 2017-11-15.