Fiksi Gotik

(Dialihkan dari Fiksi Gothik)

"Sastra Gotik" dialihkan di sini. Ini juga dapat merujuk pada teks dalam bahasa Goth yang telah punah. Untuk fiksi yang terkait dengan dunia Gotik, lihat Subkultur Gotik § Buku dan majalah.

Fiksi Gotik, umumnya disebut sebagai Horor Gotik pada abad ke-20, adalah estetika literasi mengenai ketakutan dan menakuti. Nama ini merujuk pada arsitektur Gotik pada abad pertengahan di Eropa yang merupakan ciri khas pada novel Gotik mula-mula.

Frankenstein karya Mary Shelley; atau, The Modern Prometheus (1818) telah menjadi ciri khas fiksi Gotik pada periode Romantis. Bagian depan terbitan edisi 1831.

Karya pertama yang disebut sebagai Gotik adalah novel tahun 1764, The Castle of Otranto, karya Horace Walpole yang kemudian ditambahkan subjudul “A Gothic Story”. Kontributor selanjutnya di abad ke-18 termasuk Clara Reeve, Ann Radcliff, Wiliam Thomas Beckford, dan Matthew Gregory Lewis. Pengaruh Gotik berlanjut hingga awal abad ke-19; karya-karya yang diciptakan oleh penyair romansa, seperti Samuel Taylor Coleridge dan Lord Byron, serta novelis seperti Mary Shelley, Charles Maturin, Walter Scott, dan E. T. A. Hoffmann cenderung memberikan nuansa gotik pada karya mereka.

Estetika Gotik dalam novel lanjut digunakan hingga awal periode Victoria oleh Charles Dickens, dan Brontë bersaudara, serta pada karya-karya penulis Amerika seperti Edgar Allan Poe dan Nathaniel Hawthorne. Kemudian karya-karya terkenal lainnya adalah Dracula karya Bram Stoker, The Beetle karya Richard Marsh, dan Strange Case of Dr Jekyll and Mr. Hyde oleh Robert Louis Stevenson. Beberapa kontributor pada abad ke-20 adalah Daphne du Maurier, Stephen King, Shirley Jackson, Anne Rice, dan Toni Morrison.

Karakteristik

sunting
 
Reruntuhan dari Kastil Wolf Crag di buku The Bride of Lammermoor (1819) karya Walter Scott

Fiksi gotik dikenali dengan temanya mengenai kengerian, kejadian supranatural, dan intrusi masa lalu pada masa kini.[1][2] Latarnya umumnya mencakup pengingat-pengingat nyata akan masa lalu, khususnya melalui reruntuhan bangunan yang menjadi bukti akan kehidupan sebelumnya yang hancur di masa kini.[3] Karakteristik latar pada abad ke-18 dan abad ke-19 termasuk kastil, bangunan religi seperti biara, dan rubanah. Suasana yang diterapkan biasanya mengesankan situasi klaustrofobia, dan alur cerita yang umum biasa meliputi elemen penganiayaan penuh dendam, pemenjaraan, dan pembunuhan.[4] Penggambaran dari rangkaian kejadian mengerikan dalam fiksi gotik berperan sebagai ekspresi metafora dari masalah psikologi atau sosial.[5] Bentuk cerita Gotik biasanya tidak berkesinambungan dan rumit, sering kali menggabungkan cerita di dalam cerita, berganti narator, dan perangkat bingkai seperti manuskrip yang ditemukan atau sejarah yang disisipkan.[6] Karakteristik lainnya, terlepas dari relevansi alur cerita, dapat mencakup keadaan seperti tidur atau kematian, penguburan hidup-hidup, doppelgänger (kembaran), gema atau keheningan yang tidak wajar, penemuan hubungan keluarga yang tersembunyi, tulisan yang tidak dapat dipahami, lanskap malam, lokasi terpencil,[7] dan mimpi.[8] Khususnya pada akhir abad ke-19, fiksi Gotik cenderung mengaitkan unsur iblis dan peristiwa kerasukan, hantu, dan berbagai macam jenis roh jahat.[9]

Fiksi Gotik seringkali berpindah-pindah dari “budaya tinggi” dan “rendah” atau “budaya popular”[10]

Peran Arsitektur

sunting

Literatur Gotik memiliki keterikatan yang kuat dengan Arsitektur Kebangkitan Gotik di masa yang sama. Penulis Gotik Inggris seringkali mengaitkan bangunan-bangunan abad pertengahan dengan apa yang mereka anggap sebagai periode yang kelam dan mengerikan, ditandai dengan peraturan yang didukung penyiksaan dan ritual berbau misterius, fantastik, dan takhayul.

Gotik Wanita

sunting

Sejarah

sunting

Prekursor

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Birch, Dinah, ed. (2009). The Oxford companion to English literature. Oxford reference online premium (edisi ke-7. ed). Oxford: Oxford Univ. Press. ISBN 978-0-19-173506-6. 
  2. ^ Hogle, Jerrold E., ed. (2002-08-29). The Cambridge Companion to Gothic Fiction: (edisi ke-1). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-79124-3. 
  3. ^ De Vore, David. "The Gothic Novel". Diarsipkan dari aslinya pada 13 Maret 2011. "Latar sangat berpengaruh dalam novel-novel Gotik. Latar tidak hanya membangkitkan suasana horor dan kengerian, tetapi juga menggambarkan kemerosotan dunianya. Pemandangan kehancuran menyiratkan bahwa pada suatu waktu ada dunia yang berkembang pesat. Pada suatu waktu biara, kastil, atau lanskap merupakan sesuatu yang berharga dan dihargai. Sekarang, yang bertahan hanyalah cangkang yang membusuk dari tempat tinggal yang pernah ada."
  4. ^ Birch, Dinah, ed. (2009). The Oxford companion to English literature. Oxford reference online premium (edisi ke-7. ed). Oxford: Oxford Univ. Press. ISBN 978-0-19-173506-6. 
  5. ^ Hogle, Jerrold E., ed. (2002-08-29). The Cambridge Companion to Gothic Fiction: (edisi ke-1). Cambridge University Press. doi:10.1017/ccol0521791243. isbn 978-0-521-79124-3. Periksa nilai |doi= (bantuan). ISBN 978-0-521-79124-3. 
  6. ^ Kosofsky Sedgwick, Eve (2023-02-14). The Coherence of Gothic Conventions. London: Routledge. ISBN 978-1-003-34612-8. 
  7. ^ Klinger, Leslie S.; Davies, David Stuart; Forshaw, Barry, ed. (2015). The Sherlock Holmes book. Big ideas simply explained (edisi ke-First American edition). New York: DK Penguin Random House. ISBN 978-1-4654-3849-2. OCLC 904082077. 
  8. ^ Kosofsky Sedgwick, Eve (2023-02-14). The Coherence of Gothic Conventions. London: Routledge. ISBN 978-1-003-34612-8. 
  9. ^ Davies, David Stuart (2015). The Sherlock Holmes Book (First American ed.). New York: DK.: Forshaw, Barry, eds. hlm. pp. 99–100. ISBN 978-1-4654-3849-2. Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). 
  10. ^ Hogle, Jerrold E., ed. (2002-08-29). The Cambridge Companion to Gothic Fiction: (edisi ke-1). Cambridge University Press. doi:10.1017/ccol0521791243. isbn 978-0-521-79124-3. Periksa nilai |doi= (bantuan). ISBN 978-0-521-79124-3.