Festival Topeng Internasional
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Latar Belakang
suntingIndonesia merupakan negara dengan banyak kekayaan dan pesona alam yang sangat melimpah. Hal ini juga didukung oleh bentuk negara Indonesia yang berbentuk gugusan kepulauan. Dari berbagai pulau-pulau di Indonesia tersebut lahirlah beragam budaya, bahasa, dan adat istiadat yang berbeda-beda. Salah satu budaya yang dikenal beragam dan mewakili ciri khas setiap daerah masing-masing di Indonesia adalah kebudayaan topeng.
Topeng merupakan suatu karya yang mencakup berbagai dimensi kehidupan, yang mencakup sosial, agama, ekonomi, budaya dan politik. Secara universal, topeng merupakan media pengungkapan dan simbol dari peradaban yang ada pada suatu bangsa. Kata topeng (noun/ kata benda) sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti sebagai berikut:
- Penutup muka (dr kayu, kertas, dsb) yg menyerupai muka orang, binatang, dan sebagainya
- Kepura-puraan untuk menutupi maksud sebenarnya; kedok.[1]
Di Indonesia sendiri topeng ada beragam jenis, sesuai dengan kepribadian dan budaya masing-masing daerahnya, wilayah yang paling terkenal dengan jenis topeng yang dimilikinya beberapa di antaranya adalah: Topeng Bali, Topeng Cirebon, Topeng Jogja, Topeng Surakarta. Adapun topeng-topeng tersebut yang paling dikenal berkarakter ada 9 jenis, yaitu: Topeng Bapang, Topeng Dewi Sekataji, Topeng Gunungsari, Topeng Kelana, Topeng Rumyang, Topeng Tumenggung, Topeng Pamindo, Topeng Panji, dan Topeng Prabu Asmoro Bangun.
Berangkat dari hal tersebut, dengan banyaknya kebudayaan topeng di Indonesia, beberapa seniman asal Yogyakarta mempunyai keinginan untuk menghidupkan kembali kesenian dan kebudayaan topeng di Indonesia yang hampir punah. Mereka membuat sebuah pagelaran yang bernama Festival Topeng Internasional (FTI), yang pertama kali tercetus pada tahun 2001, dan diadakan di Yogyakarta.[2] Pagelaran ini terselenggara atas beberapa kerjasama dari para relawan, seniman, mahasiswa dan dosen dari Universitas Gajah Mada (UGM), mereka semua adalah pihak-pihak yang peduli terhadap perkembangan kesenian topeng.
Festival Topeng Internasional 2001
suntingInternational Mask Festival 2001 atau Festival Topeng Internasional 2001, diadakan pada tanggal 27 Oktober - 5 November 2001, di Museum Sonobudoyo Unit II Dalem Condrokiranan. Acara ini membawa tema, yaitu: "The Other Face of Humanity". Acara ini diketuai oleh, President of Festival oleh Prof. Dr. I Made Bandem (Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta), sedangkan pimpinan proyeknya sendiri dikepalai oleh Rudi Corens (seorang pemerhati seni yang berasal dari negara Belgia).
Referensi
sunting- ^ "Arti Kata "topeng" Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia | KBBI.co.id". kbbi.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-30. Diakses tanggal 2018-12-08.
- ^ 1978-, Dahlan, Muhidin M.,. Almanak seni rupa Indonesia : secara istimewa Yogyakarta. [Jakarta]. ISBN 9789791436298. OCLC 848263279. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-17. Diakses tanggal 2018-12-08.