The Epoch Times (Hanzi: 大纪元; Hanzi tradisional: 大紀元; Hanzi: Dàjìyuán) adalah sebuah koran milik swasta yang awalnya diterbitkan dalam bahasa Mandarin. Dari pernyataan mereka, the Epoch Times diterbitkan untuk menyediakan berita-berita tentang kejadian-kejadian di Tiongkok yang bebas sensor. Koran ini telah diterbitkan sejak bulan Mei 2000. Penerbitan ini berkantor pusat di New York, Amerika Serikat, dan mempunyai biro lokal dan sejumlah reporter lokal di seluruh dunia. Koran ini didistribusikan secara gratis di kurang lebih 30 negara, dan diterbitkan dalam bahasa Inggris, Mandarin, 9 bahasa lain dalam edisi cetak, dan 17 bahasa dalam edisi web.

The Epoch Times
FormatLembar lebar
PemilikEpoch Media Group
PendiriJohn Tang
PenerbitEpoch Media Group
Didirikan20 Mei 2000; 24 tahun lalu (2000-05-20)
Pandangan politikKanan jauh[1]
Anti-PKT
BahasaMultibahasa, terutama Mandarin dan Inggris
PusatNew York, Amerika Serikat
Situs webwww.epochtimes.com (Bahasa Mandarin)
www.theepochtimes.com (Bahasa Inggris)
The Epoch Times (Indonesia)
Fakta dan Tradisi
FormatLembar lebar
PemilikPT Sinar Epoch
Pandangan politikAnti-PKT
BahasaBahasa Indonesia
Situs webwww.erabaru.net (portal berita)
epochtimesindonesia.com (e-paper)
NegaraIndonesia

Koran ini diterbitkan oleh para praktisi Falun Gong, sebuah kelompok spiritual yang dilarang di Republic Rakyat China. Tujuan yang dikemukakannya adalah meliput China dan masalah HAM-nya. Posisi editorialnya disebut-sebut sebagai kritis terhadap Partai Komunis China (PKC) dan simpatik kepada para pembangkang. PKC memblokir rakyat China daratan dari mengakses website the Epoch Times.

Berdasarkan koran itu sendiri, The Epoch Times diterbitkan pertama kali di New York pada bulan Mei 2000, setelah terjadi penangkapan sejumlah kecil wartawan di RRT pada tahun 2000.[2]

Yuezhi Zhao, Asisten Profesor di bidang Komunikasi di Universitas Simon Fraser, Kanada, di dalam bukunya Contesting Media Power: Alternative Media in a Networked World menulis bahwa situs The Epoch Times (www.epochtimes.com) dan kelompok koran The Epoch Times "telah tumbuh menjadi salah satu website berita dan kelompok koran bahasa Mandarin terbesar di luar China dalam dua tahun terakhir, dengan edisi-edisi lokal di lebih dari 30 negara bagian Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Jepang, Indonesia, Taiwan, Hong Kong, dan negara-negara Eropa Barat lainnnya."[3] Kata dia versi-versi lokal berbentuk koran mingguan gratis yang isinya diambil dari website the Epoch Times yang didistribusikan di seluruh dunia, dengan klaim sirkulasi mingguan mencapai 400.000 sampai 500.000 pada tahun 2002. "Ketika koran-koran pada umumnya menganggap versi Web sebagai lanjutan dari edisi cetak yang sudah ada, website the Epoch Times website difungsikan sebagai sumber dari koran-korannya di seluruh duniaapers. Hal yang harus dilakukan sebuah 'franchise' lokal adalah memilih isi dari website dan menambahkan materi lokal."[3] Pada tanggal 12 Agustus 2002, The Epoch Times mengedarkan edisi pertamanya di Washington, D.C..

Pada tahun 2006, Eugenia Chien menulis di jurnal New Media America, bahwa "The Epoch Times sekarang beredar di lebih dari 30 negara di seluruh dunia, dengan sirkulasi mingguan 1,5 juta. Sirkulasi the Epoch Times, seperti banyak koran-koran etnis lainnya, tidak diaudit oleh Audit Bureau of Circulation. Edisi bahasa Inggris dicetak pertama kali di New York pada tahun 2004 dan berkembang dengan pesat. Di New York saja, koran ini mempunyai sirkulasi mingguan 150.000, selain pengantaan ke 40.000 rumah, berdasarkan koran the Epoch Times."[4] Typically a 16-page broadsheet, the Epoch Times also runs mainstream newswire stories and can resemble a community newspaper, with reports of local school budget, recipe swaps and a community calendar of jazz concerts.[4]

Kredibilitas

sunting

Orville Schell, rektor dari UC Berkeley Graduate School of Journalism, mengatakan "Sangatlah susah untuk menentukan kualitasnya karena sangatlah susah untuk memastikan kebenaran isi berita, tetapi juga tidak dapat dianggap propaganda belaka."[5]

Dr. Liu Kang, profesor bidang studi kebudayaan China di Universitas Duke dan Associate Director dari Chinese Populations and Socioeconomic Studies Center, mengatakan bahwa koran ini tidak mengikuti standar jurnalistik dasar untuk profesionalisme dan objektivitas, dan tidak dapat dipandang sebagai media berita independen yang objektif untuk rakyat Tiongkok Daratan.[4] Liu mengatakan kredibilitas jurnal tersebut telah dirusak oleh insiden Wang Wenyi.[4] James Bettinger, profesor ilmu Komunikasi di Universitas Stanford dan director di John S. Knight Journalism Fellowships, mengatakan bahwa tulisan konsisten mereka pada Falun Gong dalam perspektif yang sama, tanpa pemeriksaan yang jeli oleh Falun Gong, menambah persepsi orang bahwa kredibilitas the Epoch Times dianggap rendah.[4]

Referensi

sunting
  1. ^ Zeng, Jing; Schäfer, Mike S. (October 21, 2021). "Conceptualizing "Dark Platforms". Covid-19-Related Conspiracy Theories on 8kun and Gab". Digital Journalism. Routledge. 9 (9): 1321–1343. doi:10.1080/21670811.2021.1938165 . In contrast, Gab users who shared more far-right "fake news" websites are relatively more visible on Gab. Some of the most cited sources under this category include the Unhived Mind (N = 2,729), Epoch Times (N = 1,303), Natural News (N = 1,301), Breitbart (N = 769), the Gateway Pundit (N = 422), and InfoWars (N = 656). 
  2. ^ "The Epoch Times – About Us" theepochtimes.com accessdate 6 March 2014
  3. ^ a b Zhao, Yuezhi, "Falun Gong, Identity, and the Struggle over Meaning Inside and Outside China", pp209-223 in Contesting Media Power: Alternative Media in a Networked World, ed. Nick Couldry and James Curran, Rowman & Littlefield publishers, inc.: 2003.
  4. ^ a b c d e Eugenia Chien, "Falun Gong-Linked Media Venture Makes Waves, Raises Questions" Diarsipkan 2008-03-06 di Wayback Machine., New America Media, News Analysis, May 16, 2006
  5. ^ Hua, Vanessa (December 18, 2005). "Dissident media linked to Falun Gong / Chinese-language print, broadcast outlets in U.S. are making waves". San Francisco Chronicle. Diakses tanggal December 9, 2006. 

Pranala luar

sunting