Ekspedisi Siboga
Ekspedisi Siboga adalah ekspedisi zoologis dan hidrografis Belanda ke Hindia Belanda Timur (kini Indonesia) dari Maret 1899 hingga Februari 1900. Pemimpin ekspedisi ini adalah Max Wilhelm Carl Weber. Dari ekspedisi ini dapat dituturkan bahwa perbedaan fauna di Indonesia ada hubungannya dengan terbentuknya paparan Sunda dan paparan sahul pada zaman es. Setelah terjadi pencairan es, dataran rendah yang berada di bawah paparan Sunda dan paparan sahul akan tergenang oleh air. Karena paparan Sunda masih berhubungan dengan benua asia, maka hewan yang hidup pun mirip dengan hewan yang berada di kawasan asia. Contoh hewannya adalah gajah, badak, harimau, dan singa. Sedangkan paparan Sahul masih berhubungan dengan benua Australia. Maka hewan yang hidup mirip dengan hewan yang berada di wilayah Australia. Contoh hewannya adalah trenggiling, kanguru, dan berbagai jenis burung. Wilayah yang berada di antara kedua paparan tersebut menjadi peralihan jenis fauna yang ada, contoh hewannya adalah anoa dan babirusa.[1] Peserta lain adalah istrinya Anna Weber-van Bosse, zoolog dan asisten pertama Jan Versluys, zoolog dan asisten kedua Hugo Nierstrasz, fisikawan A. Schmidt dan kartograf J.W. Huysmans. Kapten ekspedisi ini, Gustaaf Tydeman, mengurus pengukuran hidrografis. Ekspedisi ini menghasilkan 130 monografi yang terbit berseri. Kebanyakan ekspedisi ini berkaitan dengan zoologi, botani, hidrografi, dan geologi.[2]
Kapal Siboga
suntingKapal Siboga panjangnya mencapai 50,6 meter dengan bobot 810 ton. Kapal ini digerakkan dengan tenaga uap dan pendorongnya berupa dua propeller. Perlengkapan dan berbagai instrumen oseanografi yang ada di dalam kapal adalah peralatan terbaik pada saat itu. Salah satu alat yang terpenting untuk dipasang adalah sounding machine (pengukut kedalaman laut) yang digerakkan dengan menggunakan tenaga mesin. Selain itu, ada juga alat-alat sampling biota laut seperti pukat dasar (trawl), pengeruk (dredge) dan jaring plankton dengan beragam jenis dan ukuran. Demikian pula berbagai bahan-bahan kimia untuk proses pengawetan biota laut. Laboratorium juga disiapkan di dalam kapal perang ini. Setelah persiapan cukup, pada tanggal 18 Desember 1908 kapal Siboga bertolak dari pelabuhan Amsterdam menuju Surabaya dalam keadaan musim dingin yang sangat berkabut. Setelah di Surabaya dan melakukan berbagai persiapan terakhir, maka pada 7 Maret 1899 Siboga bergerak kembali meninggalkan pelabuhan Surabaya untuk memulai ekspedisi Siboga secara resmi. Kapal ini baru menyelesaikan tugas ekpedisi oseanografinya setelah kembali ke Surabaya pada 27 Februari 1900. Dengan demikian, seluruh rangkaian kegiatan resmi ekspedisi Siboga di wilayah Nusantara berakhir dan dilakukan dalam kurun waktu satu tahun.[3]
Rujukan
sunting- ^ Cakrawala Geografi 2. Yudhistira Ghalia Indonesia. hlm. 23. ISBN 978-979-676-792-2.
- ^ Susmoro, Harjo (2019). The Spearhead of Sea Power. Pandiva Buku. hlm. 10. ISBN 978-602-5583-07-0.
- ^ "Ekspedisi Siboga (1899-1900): Peletak Fondasi Oseanografi Nusantara" (PDF). Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI. hlm. 5-6.