Ekonomi Korea Selatan

Ekonomi Korea Selatan merupakan ekonomi terbesar kedua belas di dunia berdasarkan produk domestik bruto. Korea Selatan tergabung dalam beberapa organisasi ekonomi internasional seperti G20, Kerja sama Ekonomi Asia-Pasifik, Organisasi Peedagangan Dunia dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan yang sangat cepat membuat negara ini dikenal dengan sebutan Macan Asia dan dikategorikan sebagai salah satu negara yang akan menguasai perekonomian dunia di grup Next Eleven. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat ini sering dijuluki dengan istilah Keajaiban di Sungai Han. Ekspor Korea Selatan menduduki tempat kedelapan terbesar di dunia, sementara nilai impornya menduduki tempat kesepuluh terbesar di dunia. Industri Korea Selatan bergerak dengan pesat terutama atas permintaan produk elektronik.[1] Otomotif dan telekomunikasi juga menjadi industri andalan di Korea Selatan.

Grafik yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan dari tahun 1960 hingga 2007

Pertumbuhan ekonomi

sunting

Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan berlangsung pesat antara tahun 1970 hingga tahun 1995. Peningkatan ini disertai dengan aglomerasi sektor swasta dan sektor keuangan. Pasar modal diikuti oleh para investor yang mencari kesempatan untuk mendapatkan laba. Selain itu, sektor ekonomi Korea Selatan berubah dari sektor pertanian menjadi sektor industri. Pembangunan pabrik untuk keperluan pengembangan ekonomi menyebabkan terjadinya migrasi penduduk dari kawasan perdesaan menuju ke kawasan perkotaan. Wilayah Korea Selatan yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang pesat menjadi tujuan migrasi penduduk. Wilayah-wilayah ini mengalami urbanisasi sebanyak 4 kali lipat pada periode tahun 1960-an dan 1970-an.[2]

Kerja sama

sunting

Perdagangan antar-Korea

sunting

Korea Selatan mulai membangun kerja sama ekonomi dengan Korea Utara sejak tahun 1998 hingga tahun 2000an. Kerja sama ini merupakan bagian dari kebijakan ekonomi Korea Selatan yang disebut Kebijakan Sinar Matahari. Hubungan kerja sama antar dua negara Korea ini dirintis oleh Chung Ju-Yung selaku ketua Hyundai. Korea Selatan telah mengadakan perdagangan dengan negara Korea Utara. Jenis perdagangan dibagi menjadi perdagangan komersial dan non-komersial. Perdagangan komersial meliputi perdagangan komersial berbasis pemrosesan, proyek kerja sama ekonomi, dan komersial umum. Perdagangan komersial berbasis pemrosesan diadakan untuk barang dari Korea Utara yang dikembalikan ke Korea Selatan. Dalam prosesnya, kegiatan pemrosesan hanya untuk gaji tenaga kerja yang rendah. Proyek kerja sama ekonomi antara Korea Selatan dan Korea Utara berupa kegiatan ekspor dan impor produk di wilayah perbatasan Kaesong. Sedangkan perdagangan komersial umum meliputi kegiatan impor dan ekspor selain dari perdagangan komersial berbasis pemrosesan dan proyek kerja sama ekonomi. Selain itu, terdapat perdagangan non-komersial yang merupakan bentuk bantuan ekonomi dari Korea Selatan kepada Korea Utara. Presiden Korea Selatan yaitu Kim Dae-jung juga mengunjungi presiden Korea Utara, Kim Jong-il pada tahun 2000 untuk mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi antar-Korea 2000. Pada tanggal 15 Juni 2000, kedua presiden ini mencapai pernyataan bersama. Dalam pernyataan ini ada beberapa prinsip yang dipatuhi yaitu reunifikasi mandiri, pertemuan keluarga terpisah, penuntasan masalah tahanan perang, pertukaran aktif dan kerjasama, serta pembukaan kembali dialog bilateral antarKorea. Beberapa hasil kerja sama kedua negara korea ini adalah program wisata Gunung Geumgang dan proyek kompleks industri Gaesung di kota Gaesung, Korea Utara. Dalam kerja sama ini, Korea Selatan memberikan modal keuangan kepada Korea Utara, sedangkan Korea Utara memberikan modal berupa lahan dan tenaga kerja.[3]

Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-Korea

sunting

Kerja sama antara Korea Selatan dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dirintis oleh pemerintah Korea Selatan pada tahun 1989. Forum dialog diadakan pada tahun 1991 dengan negara Korea Selatan sebagai mitra dialog antar negara di Asia Tenggara. Pada forum tersebut disetujui sebuah perjanjian kerja sama ekonomi yaitu Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-Korea. Tujuan kerja sama ini adalah menciptakan kawasan perdagangan bebas dan memperlancar arus barang dan modal antara negara-negara di Asia Tenggara dengan Korea Selatan. Prinsip kerja sama mengikuti aturan dari Organisasi Perdagangan Dunia.[4]

Referensi

sunting
  1. ^ produksi HDTV dan telepon genggam Korea sangat diminati
  2. ^ World Bank (2009). Laporan Pembangunan Dunia 2009: Menata Ulang Geografi Ekonomi (PDF). Jakarta: Penerbit Salemba Empat. hlm. 21. ISBN 978-979-061-005-7. 
  3. ^ Nasution, Robby Darwis (2018). Di Balik Ancaman Korea Utara: Kajian Tentang Kebijakan Luar Negeri Korea Utara (PDF). Ponorogo: Unmuh Ponorogo Press. hlm. 88–89. 
  4. ^ Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (30 Mei 2018). "ASEAN - Korea". ditjenppi.kemendag.go.id. Diakses tanggal 11 Juli 2021. 

Pranala luar

sunting