Ekolokasi

penggunaan pantulan suara untuk melacak keberadaan suatu benda

Ekolokasi atau disebut juga biosonar adalah sonar biologi yang digunakan oleh beberapa jenis binatang. Binatang yang memiliki kemampuan ekolokasi mengeluarkan bunyi dan mendengarkan pantulan bunyi tersebut[1] yang dipantulkan oleh objek-objek yang ada di sekitarnya. Dengan menggunakan bunyi pantulan tersebut, binatang itu bisa mengidentifikasi keberadaan objek. Ekolokasi digunakan binatang sebagai alat navigasi untuk berkelana atau berburu.

Sebuah gambaran dari sinyal ultrasonografi dipancarkan oleh kelelawar, dan gema dari objek terdekat.

Beberapa jenis binatang memiliki kemampuan ekolokasi, termasuk beberapa mamalia, beberapa jenis Burung, seperti Kelelawar, Paus, Lumba-lumba, juga Celurut.[1]

Istilah ekolokasi dicetuskan oleh Donal Griffin yang bekerja bersama Robert Galambos yang menemukan kemampuan ekolokasi pada kelelawar tahun 1938.[2] Jauh sebelum itu, pada abad ke 18, ilmuwan Italia Lazzaro Spallanzani dengan serangkaian percobaan menyimpulkan bahwa kelelawar melakukan navigasi bukan dengan penglihatan melainkan dengan pendengaran.[3] Pada saat itu, ekolokasi pada jenis paus belum di jelaskan, baru dua dekade setelah itu ekolokasi pada paus dijelaskan oleh Schevill dan McBride.[4]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b Parker, Sybil, P (1984). McGraw-Hill Dictionary of Biology. McGraw-Hill Company. hlm. 114. 
  2. ^ Yoon, Carol Kaesuk. in the dark. Yale Univ. Press, New York.
  3. ^ S. Dijkgraaf (1949). Spallanzani und die Fledermäuse. Experientia 5:90-92.
  4. ^ Schevill, W.E. and McBride, A.F. 1956. Evidence for echolocation by cetaceans. Deep Sea Research 3:153-154.

Pranala luar

sunting