Efek pemanasan global pada laut

Efek Pemanasan Global pada laut memberikan informasi tentang berbagai jenis dampak dikarenakan pemanasan global terhadap laut. Dimana melingkupi perubahan warna air pada laut,[1] terumbu krang yang mengalami pemutihan, meningkatnya radiasi ultra violet B yang masuk ke perairan, kepunahan hewan laut akibat meningkatnya suhu dan penurunan salinitas perairan laut, naiknya permukaan laut.[2] Ditambah juga dengan terjadinya perbuhan pola badai, mengubah arus oseanik dan perubahan presipitasi.[3] Jumlah plastik yang tidak terkontrol juga merusak ecosistem laut.[4]

Dampak Pemanasan global pada laut

sunting

Perubahan Suhu

sunting
 
Prediksi perubahan suhu

Suhu lautan yang terus meningkat berdampak luas pada pola curah hujan juga cuaca buruk di daratan. Suhu panas juga membantu penyebaran penyakit yang ditularkan lewat air.[5][6][7][8] Perubahan iklim mengakibatkan suhu dan keasaman laut meningkat. Hal ini memicu turunnya kadar Oksigen pada air laut dan menurunkan daya dukung laut terhadap kehidupan yang ada di dalamnya, termasuk tuna, marlin dan hiu.[9] Sementara, lautan telah menyerap 90% dari panas berlebih yang tercipta dalam sistem iklim. Sebagai akibattanya, suhu air yang lebih panas menyebabkan pencampuran lapisan air menjadi lebih sulit. Lebih jauh lagi dijelaskan 20 hingga 30 persen Karbon dioksida yang teremisikan akibat aktivitas manusia sejak tahun 1980 juga diserap lautan yang menyebabkan peningkatan keasaman. Hal ini kemudian menghambat pertumbuhan kerang dan karang.[10]

Para peneliti menemukan kondisi suhu lautan dan kekuatan radiasi yang tinggi, yang memainkan peran penting dalam memicu kekeringan.Dengan merekonstruksi data iklim akuatik dan suhu permukaan laut dari 2.000 tahun terakhir, mereka menemukan tiga faktor utama yang menyebabkan kekeringan di Amerika Barat Daya, yaitu kekuatan radiasi, kejadian La Nina yang parah dan sering, dan kondisi hangat di Atlantik.[11] Dengan menyerap radiasi matahari, mendistribusikan panas dan menggerakkan pola cuaca, laut memiliki peran vital dalam mengatur iklim di bumi. Namun, kemampuan bumi untuk melakukan hal natural seperti menyimpan kandungan karbon yang ada di udara dan memproduksi oksigen mulai terganggu karena perubahan iklim.[12]

Perubahan Warna

sunting

Para ahli menyimpulkan, di akhir abad ini, lautan dunia akan berubah warna menjadi lebih hijau atau lebih biru. Perubahan warna dikarenakan oleh mikroorganisme laut yang dikenal sebagai fitoplankton, bagian terpenting dalam jaring makanan laut dan siklus karbon global. Fitoplankton sangat peka terhadap perubahan suhu laut. Ketika cahaya dipantulkan organisme, penyebaran fitoplankton akan menciptakan pola warna di permukaan laut. Namun, perubahan iklim memicu beberapa fitoplankton makin bertambah di beberapa daerah, dan juga membuatnya berkurang di tempat daerah lain. Hal inilah yang nantinya membuat perubahan warna halus di permukaan laut.[13][14]

Dampak pada habitat laut

sunting

Perubahan suhu, kandungan oksigen, dan sifat biogeokimia laut lainnya secara langsung memengaruhi ekofisiologi organisme yang berada di air. Studi juga menunjukkan bahwa respons biologis yang paling menonjol adalah perubahan distribusi fenologi dan produktivitas. Baik teori dan pengamatan empiris juga mendukung hipotesis bahwa pemanasan dan pengurangan oksigen akan mempengaruhi ukuran tubuh ikan laut.[15] Ketersediaanya oksigen merupakan salah satu faktor utama yang menentukan kebugaran organisme dan peran serta fungsinya di tingkat ekosistem.[16][17][18] Penelitian juga menyatakan bahwa saat ini kehidupan biota laut terancam akibat minimnya oksigen di lautan.[9]

Terumbu Karang
sunting

Museum Nasional Sejarah Alam, Washington,Amerika Serikat, Nancy Knowlton mengatakan wilayah laut yang luas memang berpotensi sebagai penyerap karbon (carbon sink) yang besar, Akan tetapi hal tersebut juga akan mengakibatkan rusaknya kehidupan biota laut, seperti karang karena asidifikasi antara lain pemutihan karang (bleaching), osteoporosis terumbu karang dan sedimentasi.[19] Laut dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Salah satu contoh utama adalah maraknya terumbu karang yang mulai "memutih" di seluruh dunia.[12]

Perubahan level permukaan air

sunting

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa mencairnya lapisan es yang bermuara pada naiknya permukaan laut secara global merupakan satu dari beberapa efek domino dari perubahan iklim, hal ini juga menyebabkan laut semakin panas, semakin asam dan kekurangan kadar oksigen[20][21] Penambahan volume air ini mengakibatkan kenaikan permukaan laut di seluruh dunia, yang akan berakhir dengan tengelamnya pulau dan mengurangi luas pantai.[22] Pantai timur Amerika Serikat, kepulauan pasifik, Teluk Meksiko hanyalah beberapa wilayah di mana kerusakan banjir mulai menenggelamkan beberapa areanya.[23] Dalam skenario terbaik, air di San Fransisco Bay yang rentan, sebagai contoh, kemungkinan akan mengalami peningkatan antara sepertiga hingga tiga perempat meter di akhir abad ini.[24]

Pemanasan global mendorong permukaan laut naik dengan dua cara, pertama cairnya lapisan es berbasis lahan, dan juga kenaikan suhu air laut yang turut menyebabkan mencairnya lapisan es di kutub.[25] Peneliti Amerika, Rob DeConto dan David Pollard, menyimpulkan dengan tingkat Emisi gas rumah kaca padasaat ini, lautan di dunia akan naik hampir dua Meter pada tahun 2100, dan sekitar 15 Meter pada tahun 2500.[26][27][28] Peneliti Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI munyatakan Kenaikan permukaan laut diperkirakan mencapai antara 25 hingga 50 cm pada tahun 2050 dan 2100 dan diprediksi menggenangi sebagian besar kota-kota pesisir di Indonesia.[29] CoastalDEM memperkirakan sebanyak 630 juta orang akan terkena dampak banjir laut tahunan pada tahun 2100.[30]

Perubahan Pola Badai

sunting

Gelombang dihasilkan oleh angin di permukaan laut. Iklim kita yang berubah akan mendorong perubahan dalam pola angin di seluruh dunia (dan selanjutnya mengubah pola hujan, misalnya mengubah pola El Niño dan La Niña. Beberapa daerah akan melihat ketinggian gelombang laut tetap sama, tetapi panjang atau frekuensi berubah.Hal ini memberikan tekanan lebih kepada pantai (atau infrastruktur di pesisir pantai), misalnya ombak semakin mencapai pantai dan meningkatkan risiko banjir akibat ombak laut.[31]

Kontaminasi Plastik

sunting

Sampah plastik di lautan dapat mengurangi organisme di Bumi yang menciptakan oksigen yang kita hirup. “Kami menemukan fakta bahwa paparan kimia dari polusi plastik dapat mengganggu perkembangan, fotosintesis, dan produksi oksigen Prochlorococcus," kata Dr Sasha Tetu, pemimpin penelitian dari Macquarie University.[32]

Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia, setelah China. Menurut World Atlas, Indonesia menghasilkan sekitar 3.22 metric ton sampah plastik setelah Cina 8.82 metrik ton.[33][34] Adanya polusi perairan tentu saja akan berdampak pada penurunan kinerja pariwisata RI. Apalagi dunia internasional menilai daya tarik utama pariwisata Indonesia adalah di wilayah pesisir.[35]

Sering ditemukan hewan laut yang mati dan di dalam perutnya ditemukan plastik. Ini dikarenakan mereka sering mengira itu adalah ubur-ubur dan tak sengaja memakannya.[36][37] Tim peneliti gabungan dari universitas dan lembaga penelitian di Inggris Raya menemukan serpihan sampah plastik telah masuk dalam sistem pencernaan (hindgut) hewan yang hidup di laut dalam.[38]

Pada 2050, diperkirakan polusi plastik akan mencemari ikan di seluruh lautan dunia.[39]

Upaya Penanggulangan yang bisa dilakukan

sunting

Menekan negara maju untuk mengurasi Gas Rumah Kaca dan memberikan kompensasi kepada negara kepulauan.[22]

sunting

Deklarasi Bangkok disahkan yang membahas tentang Melawan Sampah Laut di Kawasan ASEAN disahkan pada sesi pleno KTT ke-34 ASEAN di The Athenee Hotel, Hotel Luxury Collection di Bangkok, Thailand, Sabtu, 22 Juni 2019.[40]

Pembersihan sampah plastik

sunting

Selain mengurai penggunaan plasti, pembersihan sampah plastik secara rutin juga harus dijalankan.[41][42][43][44]

Referensi

sunting
  1. ^ "Efek Pemanasan Global, Laut Berubah Warna". Rencongpost.com. 2019-02-12. Diakses tanggal 2019-12-11. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ Latuconsina, Husain (2010-05-13). "Dampak pemanasan global terhadap ekosistem pesisir dan lautan". Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan. 3 (1): 30–37. doi:10.29239/j.agrikan.3.1.30-37. ISSN 2621-0193. 
  3. ^ "Perubahan Iklim dan Lautan | Ketahanan Karang". Diakses tanggal 2019-12-14. 
  4. ^ Nailufar, Nibras Nada. Nailufar, Nibras Nada, ed. "Mimpi Buruk Pemanasan Global (2): Diracun di Udara dan Lautan". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  5. ^ "Pemanasan Global Ganggu Kehidupan Laut". Republika Online. 2016-09-06. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  6. ^ "Suhu Laut Memanas Lebih Cepat Akibat Pemanasan Global". CNN Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-12-12. 
  7. ^ "WALHI Bali | Adil & Lestari" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-12-18. 
  8. ^ "PERUBAHAN IKLIM". Departemen Teknik Geofisika (dalam bahasa Inggris). 2018-11-21. Diakses tanggal 2019-12-18. 
  9. ^ a b McGrath, Matt (2019-12-09). "Perubahan iklim: Kandungan oksigen di laut makin tipis akibat kenaikan suhu dan sampah kompos" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-12-14. 
  10. ^ Agus, Rustam. Manalu, Juli Etha Ramaida, ed. "Perubahan Iklim Picu Peningkatan Suhu & Keasaman Laut". Bisnis.com. Diakses tanggal 2019-12-14. 
  11. ^ developer, mediaindonesia com (2019-08-24). "Perubahan Iklim Bisa Bangkitkan Kekeringan Ekstrem di Amerika". Media Indonesia. Diakses tanggal 2019-12-18. 
  12. ^ a b Welle (www.dw.com), Deutsche. "Fakta Tentang Laut, Sumber Kehidupan Bumi | DW | 18.10.2019". DW.COM. Diakses tanggal 2019-12-18. 
  13. ^ Putri, Gloria Setyvani. Putri, Gloria Setyvani, ed. "Studi: Perubahan Iklim Ubah Warna Permukaan Laut, Berikut Dampaknya". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-12-17. 
  14. ^ Cheung, William W. L.; Dunne, John; Sarmiento, Jorge L.; Pauly, Daniel (2011-07-01). "Integrating ecophysiology and plankton dynamics into projected maximum fisheries catch potential under climate change in the Northeast Atlantic". ICES Journal of Marine Science (dalam bahasa Inggris). 68 (6): 1008–1018. doi:10.1093/icesjms/fsr012. ISSN 1054-3139. 
  15. ^ Cheung, William W. L.; Sarmiento, Jorge L.; Dunne, John; Frölicher, Thomas L.; Lam, Vicky W. Y.; Deng Palomares, M. L.; Watson, Reg; Pauly, Daniel (2013-03). "Shrinking of fishes exacerbates impacts of global ocean changes on marine ecosystems". Nature Climate Change (dalam bahasa Inggris). 3 (3): 254–258. doi:10.1038/nclimate1691. ISSN 1758-6798. 
  16. ^ Pörtner, H.-O. (2010-03-15). "Oxygen- and capacity-limitation of thermal tolerance: a matrix for integrating climate-related stressor effects in marine ecosystems". Journal of Experimental Biology (dalam bahasa Inggris). 213 (6): 881–893. doi:10.1242/jeb.037523. ISSN 0022-0949. PMID 20190113. 
  17. ^ Dulvy, Nicholas K.; Rogers, Stuart I.; Jennings, Simon; Stelzenmüller, Vanessa; Dye, Stephen R.; Skjoldal, Hein R. (2008). "Climate change and deepening of the North Sea fish assemblage: a biotic indicator of warming seas". Journal of Applied Ecology (dalam bahasa Inggris). 45 (4): 1029–1039. doi:10.1111/j.1365-2664.2008.01488.x. ISSN 1365-2664. 
  18. ^ Limburg, Karin. "Bagaimana perubahan iklim berdampak pada ikan laut? Petunjuknya ada di dalam telinga mereka". The Conversation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-12-17. 
  19. ^ "Polusi dan Pemanasan Global Matikan Biota Laut". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  20. ^ "Pemanasan Global, Bagaimana Dampak Mencairnya Es Pada Laut Indonesia? - Semua Halaman - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  21. ^ "teknologi-canggih-deteksi-dampak-kerusakan-ozon/". 
  22. ^ a b "Dampak Pemanasan Global bagi Sektor Kelautan". www.widyantiyuliandari.com. Diakses tanggal 2019-12-12. [pranala nonaktif permanen]
  23. ^ "DAMPAK PEMANASAN GLOBAL BAGI KEHIDUPAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN". Kecamatan Buleleng (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-12. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  24. ^ "California Nyatakan Kenaikan Permukaan Air Laut Lebih Tinggi dari Prediksi Sebelumnya". VOA Indonesia. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  25. ^ Liputan6.com (2018-02-15). Yulianingsih, Tanti; Utomo, Happy Ferdian Syah, ed. "Ilmuwan: Bumi Mengalami Percepatan Laju Kenaikan Permukaan Air Laut". Liputan6.com. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  26. ^ satuharapan.com, PT Satu Harapan Media |. "Satu Harapan: Kenaikan Permukaan Air Laut Lebih Tinggi Abad Mendatang". SatuHarapan.com. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  27. ^ Alfarizi, Moh Khory (2019-11-12). Yanuar, Yudono, ed. "Ilmuwan Teliti Permukaan Air Laut 125 Ribu Tahun Lalu, Hasilnya?". Tempo.co. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  28. ^ "Riset: Kenaikan Permukaan Air Laut Jauh Lebih Tinggi pada Abad Mendatang". VOA Indonesia. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  29. ^ Patrick, Jonathan. "LIPI Proyeksi Kenaikan Air Laut Indonesia 2100 hingga 50 Cm". CNN Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-12-12. 
  30. ^ Putri, Gloria Setyvani (ed.). "Indonesia dan 5 Negara Asia Diprediksi Terendam Air Laut pada 2050". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  31. ^ "Ancaman Perubahan Iklim: Kenaikan Gelombang Laut Dunia yang Mengubah Garis Pantai - Semua Halaman - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  32. ^ "Pencemaran Plastik di Lautan Berpengaruh Pada Oksigen yang Kita Hirup - Semua Halaman - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diakses tanggal 2019-12-23. 
  33. ^ "Akademisi: Pencemaran Laut tak Hanya Sampah Plastik". Republika Online. 2019-06-24. Diakses tanggal 2019-12-23. 
  34. ^ "Pencemaran Laut akibat Sampah Plastik atau Sea Pollution due to Plastic Waste | DR. Arif Zulkifli Nasution". bangazul.com. Diakses tanggal 2019-12-23. 
  35. ^ Adharsyah, Taufan. "Sebegini Parah Ternyata Masalah Sampah Plastik di Indonesia". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 2019-12-23. 
  36. ^ Lahitani, Sulung (2019-06-28). Lahitani, Sulung, ed. "Pencemaran Laut Makin Parah, Penyu Mati dengan Plastik Menyumbat Duburnya". Liputan6.com. Diakses tanggal 2019-12-23. 
  37. ^ "Paus sperma mati dengan sampah seberat 100 kg di dalam perutnya" (dalam bahasa Inggris). 2019-12-03. Diakses tanggal 2019-12-23. 
  38. ^ Edwin, Yoseph (2019-03-06). "Makhluk laut dalam kini juga terkontaminasi plastik". beritagar.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-11. Diakses tanggal 2019-12-23. 
  39. ^ Novena, Monika. Sartika, Resa Eka Ayu, ed. "Polusi Plastik di Lautan Ancam Oksigen Dunia, Kok Bisa?". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-12-23. 
  40. ^ Rakyat, Pikiran. "Para Tokoh Serukan Kepedulian pada Pencemaran Laut oleh Sampah Plastik - Pikiran-Rakyat.com". www.Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 2020-01-12. 
  41. ^ Fauzi, Moch Prima. "Cara Menhub Kurangi Pencemaran Laut dari Sampah Plastik". detikcom. Diakses tanggal 2020-01-12. 
  42. ^ Idris, Muhammad. "Kemenhub Susun Strategi Perangi Sampah Plastik di Laut". detikcom. Diakses tanggal 2020-01-12. 
  43. ^ Purnama, Sang Gede (2019-11-28). "Pencemaran Sampah Plastik di Laut, Apa yang Kita Perbuat?". BaleBengong. Diakses tanggal 2020-01-12. 
  44. ^ Nailufar, Nibras Nada. Nailufar, Nibras Nada, ed. "Mimpi Buruk Pemanasan Global (2): Diracun di Udara dan Lautan". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-01-12.