Efek obat adalah adalah segala efek yang dihasilkan oleh obat. Jenis efek obat dapat dibedakan berdasarkan rute pemberian obat dan aksi obat di dalam tubuh.

Berdasarkan rute pemberian

sunting

Obat dapat diserap oleh tubuh. Faktor formulasi dan rute pemberian obat dapat menentukan jenis efek obat. Pada dua faktor ini, efek obat dibedakan menjadi efek sistemik dan efek lokal. Efek sistemik berarti bahwa obat beredar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Sedangkan efek lokal berarti bahwa obat hanya memberikan efek pada bagian tubuh tertentu yang diberi pengobatan.[1]

Efek sistemik

sunting

Efek sistemik dapat dicapai melalui beberapa rute pemberian obat, yaitu melalui oral, sublingual, bukal, injeksi, implantasi subkutan dan rektal. Rute pemberian oral berarti bahwa obat dimasukkan melalui mulut dan turun menuju ke dalam perut. Rute pemberian sublingual adalah rute pemberian obat dengan meletakkan obat berbentuk tablet di bagian bawah lidah. Rute pemberian bukal adalah rute pemberian obat dengan meletakkan obat berbentuk tablet di antara gusi dan pipi.[1]

Ketika pasien tidak dapat meminum obat melalui mulut, maka rute pemberian obat menggunakan metode injeksi. Rute ini hanya diberikan kepada pasien yang tidak mampu menelan, mengalami penurunan kesadaran diri atau tidak terpengaruh oleh obat akibat aktivitas asam lambung. Injeksi berarti obat diberikan dalam bentuk cair.[2]

Sementara rute pemberian implantasi subkutan dan rektal dilakukan melalui dubur. Implantasi subkutan menggunakan obat berbentuk tablet kecil yang steril yang dimasukkan menggunakan bantuan trokar. Sedangkan rute pemberian rektal menggunakan obat berbentuk tablet khusus atau supositoria yang dimasukkan melalui dubur.[1]

Efek lokal

sunting

Efek lokal dapat dicapai melalui beberapa rute pemberian, yaitu melalui inhalasi, mukosa dan kulit. Inhalasi adalah rute pemberian obat ke dalam mulut atau hidung dengan larutan obat yang disemprotkan ke dalamnya. Cara memasukkannya menggunakan alat seperti inhaler, vaporizer, nebulizer, dan aerosol. Rute pemberian obat melalui mukosa dilakukan menggunakan obat tetes atau busa. Bagian tubuh yang dapat menerima cara ini adalah mata, telinga, hidung dan vagina. Sementara rute pemberian melalui kulit dengan menggunakan obat berbentuk salep, krim, atau losion.[1]

Berdasarkan aksi obat

sunting

Efek obat yang berdasarkan kepada aksi obat umumnya terjadi dalam jumlah lebih dari satu secara bersamaan. Jenis-jenisnya meliputi efek terapi, efek samping, efek teratogen, efek toksis, idiosinkrasi dan fotosensitasi.[3]

Efek terapi

sunting

Efek terapi dari suatu obat sampai kepada reseptor dari obat tersebut.[4] Kemunculan efek terapi ditentukan oleh takaran obat bagi bagian tubuh yang mengalami gangguan kesehatan. Takaran ini disebut sebagai dosis obat.[5] Efek terapi dipelajari dalam farmakodinamik.[6] Kemunculan efek terapi hanya dapat terjadi jika waktu pemberian obat sesuai dengan karakteristik dari aksi obat itu sendiri.[7]

Efek samping

sunting

Efek samping adalah efek obat yang tidak diinginkan terjadi selama pemberian obat. Penyebab utama dari efek samping adalah terjadinya interaksi antara molekul obat dengan tempat kerjanya. Efek samping muncul ketika suatu reseptor obat menyebar secara luas ke berbagai jaringan tubuh dan tidak mengarah ke jaringan tubuh yang spesifik.[8] Suatu jenis obat dapat memiliki jumlah efek samping yang lebih banyak dibandingkan dengan efek terapinya.[9]

Efek teratogen

sunting

Efek teratogen adalah efek obat yang menyebabkan kecacatan pada janin. Jenis kecacatan antara lain berupa fokomelia. Bagian yang cacat adalah bagian tangan karena berbentuk sepeti tangan singa laut atau tidak berbentuk sama sekali. Efek teratogen juga menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh seperti mata, telinga, jantung, saluran pencernaan atau saluran kemih. Timbulnya efek teratogen akibat pemberian obat teratogen pada ibu yang sedang dalam masa kehamilan.[10]   

Efek toksik

sunting

Efek toksik adalah efek obat yang muncul pada pemakaian obat dengan dosis yang tinggi. Semakin tinggi dosis makan semakin besar efek toksik yang dihasilkan. Hal yang sama berlaku ketika dosis obat diturunkan, maka efek toksik yang dihasilkan semakin berkurang.[10]

Idiosinkrasi

sunting

Idiosinkrasi adalah efek obat yang tidak dapat dijelaskan secara farmakologi karena reaksi yang timbul tidak spesifik.[11]

Fotosensitasi

sunting

Fotosensitasi merupakan efek kepekaan yang menyebabkan alergi terhadap sinar matahari akibat penggunaan obat tertentu. Terjadinya efek ini dapat diketahui melalui tes foto tempel.[12] Salah satu jenis obat yang diketahui menimbulkan fotosensitasi adalah bithionol dan minosiklin. Sejak tahun 1973, dua negara telah melarang penggunaan kedua jenis obat ini. Kedua negara tersebut yaitu Amerika Serikat dan Kanada.[13]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b c d Anief 2021, hlm. 2.
  2. ^ Rosyidah, I., dan Prasetyaningati, D. (2019). Ilmu Dasar Keperawatan II (PDF). Jombang: Icme Press. hlm. 5. 
  3. ^ Anief 2021, hlm. 3.
  4. ^ Nuryati 2017, hlm. 21.
  5. ^ Nuryati 2017, hlm. 28.
  6. ^ Nuryati 2017, hlm. 12.
  7. ^ Nuryati 2017, hlm. 47.
  8. ^ Nuryati 2017, hlm. 99.
  9. ^ Nuryati 2017, hlm. 89.
  10. ^ a b Tjay dan Rahardja 2015, hlm. 39.
  11. ^ Mariyono, H. H., dan Suryana, K. (2008). "Adverse Drug Reaction". Jurnal Penyakit Dalam. 9 (2): 165. 
  12. ^ Harlim, Ago (2016). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin: Penyakit Alergi Kulit (PDF). Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia. hlm. 11. ISBN 978-623-6789-03-2. 
  13. ^ Tjay dan Rahardja 2015, hlm. 38.

Daftar pustaka

sunting
  • Nuryati (2017). Farmakologi (PDF). Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-11-23. Diakses tanggal 2023-06-19.