Edestus
Edestus (eh-dess-tuss) merupakan genus ikan bertulang rawan edestoid yang diketahui hidup pada periode Karbon Akhir (Pennsylvanian) dari Britania Raya, Rusia, dan Amerika Serikat. Ciri khas yang membedakan spesies dari Edestus dengan ikan purba lainnya adalah rahangnya membentuk lingkaran gigi yang melengkung dan menjulur keluar, seperti lengkungan gigi spiral pada Helicoprion. Terdapat empat belas spesies yang telah diidentifikasi termasuk diantaranya adalah Edestus gigantius, E. heinrichi, E. mirus, E. minor, E. protopieata, dan E. vorax. Lokasi persebarannya mencakup area yang saat ini menjadi wilayah Inggris, Rusia dan Amerika Serikat. Pada tahun 1855, ahli paleontologi, Joseph Leidy memberi nama Edestus dengan istilah "hiu bergigi gunting."[1]
Edestus
| |
---|---|
Taksonomi | |
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found. | |
Genus | Edestus Leidy, 1856 |
Tata nama | |
Sinonim takson |
|
Spesies | |
|
Penemuan
suntingSebagian besar spesimen Edestus ditemukan disisa laut pedalaman atau laut epikontinental (epeiric) dekat Cekungan Illinois. Penemuan fosil tersebut mencakup sebagian besar gigi terpisah dan beberapa lingkaran gigi (struktur rahang dengan gigi yang masih menancap).[2] Peneliti spesies chondrichthyans (ikan bertulang rawan) purba, Wayne Itano, mengklasifikasikan semua spesies Edestus berdasarkan bentuk lingkaran gigi kedalam tiga spesies besar, yaitu Edestus newtoni, spesies Edestus heinrichi, dan spesies Edestus minor.[3]
Anatomi
suntingPertumbuhan gigi
suntingGigi Edestus tidak pernah rontok hingga berusia tua, akibatnya saat gigi dan gusi yang baru tumbuh di ujung posterior lingkaran gigi (bagian belakang rahang), gigi dan gusi yang lebih tua terdorong ke depan, mengarah ke ujung anterior lingkaran gigi (kekuar dari mulut) sehingga rahang atas dan bawah akan membentuk seperti gunting.[4] Dengan rahang yang kokoh, ahli paleontologi memberi hipotesis bahwa mekanisme rahangnya digunakan seperti gunting ketika menangkap mangsanya yang berukuran lebih besar.[2] Bentuk lingkaran gigi tersebut memungkinkan Edestus untuk meggunakannya saat menangkap mangsa yang berukuran lebih besar seperti mekanisme kerja alat pemotong atau gunting, meskipun hipotesis tersebut hingga saat ini masih menjadi perdebatan.[5]
Fungsi
suntingPada tahun 2004 ahli paleontologi Rainer Zangerl bersama rekannya mengemukakan bahwa Edestus memangsa buruan seperti ikan dengan cara membuka rahangnya yang memuat gigi simfis atau symphyseal (gigi yang terletak di sepanjang garis tengah kepala, baik di rahang atas maupun bawah) untuk memotong dan melumpuhkannya. Mereka juga berpendapat bahwa alternatif fungsi lingkaran gigi tersebut menyerupai cara kerja "gergaji dua arah". Mangsa yang terperangkap di antara dua lingkaran gigi akan dipotong menjadi beberapa bagian dengan gerakan maju-mundur dari rahang bawah.[3]
Kepunahan
suntingBerbagai spesies dari Edestus muncul selang beberapa juta tahun sebelum mereka punah sekitar 307 juta tahun yang lalu. Perkiraan kepunahannnya disebabkan adanya perubahan lingkungan, bahkan oleh ancaman predator lain seperti dari kelas Campyloprion, hiu purba dengan satu lingkaran gigi besar di rahang bawah, yang diketahui pertama kali muncul setelah masa kepunahan Edestus.[2]
Referensi
sunting- ^ Edestus.html "Edestus". www.prehistoric-wildlife.com. Diakses tanggal 2020-11-17.
- ^ a b c Pier, Jaleigh. "The Strange Teeth of the Carboniferous Shark Edestus". palaeo-electronica.org. Diakses tanggal 2020-11-17.
- ^ a b Itano, Wayne M (2014). "Edestus, The Strangest Shark? First Report from New Mexico, North American Paleobiogeography, and a New Hypothesis on Its Method of Predation1". The Mountain Geologist. 51 (3): 204–213.
- ^ Tapanila, Leif (2019). "Redefining species concepts for the Pennsylvanian scissor tooth shark, Edestus". PLOS ONE. 14 (3): 2.
- ^ Black, Riley. "Scientists Model How Prehistoric Shark Cut Through Prey With 'Scissor Jaws'". Smithsonian Magazine (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-11-18.