Eddy D. Iskandar
Eddy D. Iskandar (lahir 11 Mei 1951) adalah sutradara, lirikus dan penulis Indonesia. Ia dikenal berkat menulis novel Gita Cinta dari SMA.
Eddy D. Iskandar | |
---|---|
Lahir | 11 Mei 1951 Ciwidey, Bandung, Jawa Barat, Indonesia |
Pekerjaan | |
Tahun aktif | 1970–sekarang |
Suami/istri | Evi Kusmiati |
Anak | Dini Handayani Novelia Gita nurani Asri Kembangkasih Andre Anugrah |
Tanda tangan | |
Karier
suntingAwal karier
suntingMinat menulis Eddy diawali dari hobinya membaca buku. Sejak kecil ia terbiasa membaca buku yang di pinjam di perpustakaan umum untuk bacaan orang tuanya. Beberapa karya penulis besar, seperti Motinggo Busye, Toha Mohtar, Mochtar Lubis, Marah Roesli, Sutan Takdir Alisjahbana, Usmar Ismail hingga Pramoedya Ananta Toer kerap dibacanya.
Tulisan pertamanya yang berjudul Malam Neraka hadir secara tidak sengaja saat ia mengikuti orientasi mahasiswa baru di Akademi Industri Pariwisata (AKTRIPA) Bandung, pada tahun 1970. Tulisan tersebut di muat di Mingguan Mandala yang redaktur budayanya pada saat itu adalah sastrawan Muhammad Rustandi Kartakusumah. Sejak saat itu, ia mulai rajin menulis beragam tulisan, esai, dan puisi.
Hijrah ke Jakarta
suntingPada tahun 1975, setelah menyelesaikan kuliahnya di Akademi Industri Pariwisata (AKTRIPA) Bandung, ia pergi ke Jakarta guna menekuni dunia film di Akademi Sinematografi Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta yang kini dikenal sebagai Fakultas Film dan TV Institut Kesenian Jakarta. Ia ingin menjadi sutradara. Film dianggapnya sebagai media yang paling mudah mempengaruhi dan melihat berbagai sisi kehidupan masyarakat.
Di Jakarta, ia kerap berada di Taman Ismail Marzuki yang dikenal sebagai gudangnya penulis dan seniman. Namun, bukan menjadi sutradara, ia justru semakin matang sebagai penulis serba bisa. Selain bergaul dengan seniman dari segala profesi, ia juga sering menyaksikan beragam pementasan di TIM. Eddy juga turut bergabung dalam grup wartawan Zan Zapha Grup yang beranggotakan para penulis muda sepertu El Manik dan Noorca M. Massardi. Tulisan-tulisannya kemudian di distribusikan ke berbagai media cetak, terutama majalah populer.
Karya-karya terkenal
suntingKarya tulisnya yang fenomenal, berjudul Gita Cinta dari SMA dimuat sebagai cerita bersambung di majalah GADIS pada tahun 1976. Karyanya ini banyak menuai pujian. Atas permintaan pembaca, ia membuatkan cerita sambungannya Puspa Indah Taman Hati. Novel Gita Cinta Dari SMA juga diangkat ke layar lebar yang mengorbitkan pasangan, Rano Karno dan Yessy Gusman. Novelnya yang lain, yang berkisah tentang cinta antara tokoh Galih dan Ratna itu juga pernah di reka ulang dalam bentuk sinetron bersambung yang di tayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta. Tahun 2004, ia kembali merilis novel Gita Cinta Dari SMA, Pada tahun 2010, Gita Cinta Dari SMA kembali di angkat sebagai drama musikal berjudul "Gita Cinta The Musical".
Novelnya yang lain, yang juga meraih sukses di pasaran antara lain Cowok Komersil, yang berhasil dicetak enam kali dalam setahun dengan rata-rata 5.000 buku percetak. Selanjutnya novel Semau Gue diminati sineas film dan menjadi film bertabur bintang, seperti Rano Karno, Yessy Gusman dan Yenny Rachman. Sementara novel dengan 100 halaman berjudul Sok Nyentrik yang di selesaikannya hanya dalam kurun waktu sehari, tercatat berhasil berkali-kali cetak ulang. Salah satu kekuatan novel karya Eddy D. Iskandar karena daya ungkap dan dialognya yang mengalir lancar dan tetap aktual, tidak berpengaruh oleh perubahan trend.
Mengelola Budaya Sunda
suntingKetenaran tidak membuatnya puas. Ia merasa ada kekosongan batin karena jauh dari kultur asalnya, Jawa Barat. Ia kagum dengan seniman dari daerah lain yang bisa membuat berbagai karya berbasis kearifan lokal. Kesempatan pun datang saat ia di tawari mengelola koran mingguan berbahasa Sunda, Galura, meskipun secara finansial kalah jauh dengan menulis novel popular, namun kepuasan batin sulit dicari tutur penulis berambut Gondrong berwarna putih ini.
Berkecimpung di media massa berbahasa Sunda memberikan banyak pengalaman baru. Ia aktif dalam pembuatan karya seni Sunda, antara lain naskah cerita legenda tanah Sunda seperti Kisah Perang Bubat, menggarap pementasan Konser Kecapi Patereman dan musik Perkusi Marakdungga dalam pergelaran kolosal Mahawira Tatar Sunda, sehingga mengangkat pamor tembang Bandungan yang sebelumnya jarang dimainkan. Ia juga aktif merangkul seniman agar berani mementaskan dirinya, seperti Paguyuban Pelawak Sunda atau Komunitas Peduli Jaipongan Jawa Barat.
Sekuel film "Si Kabayan"
suntingMeski sudah terjun dalam pelestarian budaya Sunda, bakat besarnya sulit di sembunyikan. Tahun 1989, ia diminta menulis skenario film mitos terpopuler Sunda, Si Kabayan. Ia berhasil mengangkat tokoh Si Kabayan yang di bawakan oleh Didi Petet itu menjadi disukai masyarakat Indonesia. Film sekuel Si Kabayan antara lain Si Kabayan Saba Kota(1989), Si Kabayan dan Anak Jin (1991), Si Kabayan Saba Metropolitan(1992) serta Si Kabayan Mencari Jodoh (1994) menjadi film berbalut kearifan lokal terlaris di Indonesia saat itu. Belakangan Si Kabayan juga di buat dalam bentuk sinetron dengan judul Si Kabayan (1997).
Festival Film Bandung
suntingSalah satu kunci suksesnya saat menggarap sekuel Kabayan adalah keberaniannya mendobrak kemapanan dan membawa ide segar dalam film, Kecintaannya pada film jualah yang mendorong dirinya bersama produser Chand Parwez Servia membidani lahirnya Forum Film Bandung yang rutin menyelenggarakan Festival Film Bandung (FFB) sejak tahun 1988. Kini ia menjabat sebagai ketua umum FFB.
Penghargaan
suntingAtas dedikasinya yang besar dibidangnya, tercatat beberapa kali ia meraih penghargaan, diantaranya mendapat nominasi untuk skenario jenis komedi untuk Si Kabayan pada FSI 1997, Penghargaan Anugerah Budaya Kota Bandung 2010 dalam bidang Film dari pemerintah Kota Bandung dan Penghargaan Anugrah Seni Budaya Jawa Barat (2010).
Keluarga
suntingEddy menikah dengan Evi Kusmiati, dikaruniai tiga orang putri Dini Handayani, Novelia Gitanurani, Asri Kembang kasih dan satu orang putra Andre Anugerah. Sampai saat ini ia tetap produktif menulis termasuk menulis sekian banyak skenario sinetron dan film.
Karya sastra
suntingSinematografi
suntingFilm
suntingTahun | Judul | Catatan |
---|---|---|
1977 | Cowok Komersil | Sebagai penulis |
Semau Gue | Sebagai penulis | |
1978 | Musim Bercinta | Sebagai penulis |
1979 | Gita Cinta dari SMA | Sebagai penulis |
Puspa Indah Taman Hati | Sebagai penulis | |
1980 | Roman Picisan | Sebagai penulis |
Sejoli Cinta Bintang Remaja | Sebagai penulis | |
1981 | Bunga Cinta Kasih | Sebagai penulis |
1988 | Biarkan Aku Cemburu | Sebagai penulis |
1989 | Si Kabayan Saba Kota | Sebagai sutradara |
Si Kabayan dan Gadis Kota | Sebagai sutradara | |
1990 | Komar Si Glen Kemon Mudik | Sebagai sutradara |
Jual Tampang | Sebagai sutradara | |
Di Sana Senang Di Sini Senang | Sebagai penulis | |
1991 | Si Kabayan dan Anak Jin | Sebagai sutradara |
1992 | Si Kabayan Saba Metropolitan | Sebagai penulis |
1994 | Si Kabayan Mencari Jodoh | Sebagai penulis |
Televisi
suntingTahun | Judul | Catatan |
---|---|---|
1996 | Bidadari yang Terluka[1] | Penulis |
Mentari di Balik Awan[2] | ||
Harkat Wanita | ||
Melangkah di Atas Awan[3] | ||
Tirai Kasih yang Terkoyak | ||
Saat Aku Mencintaimu | ||
1997 | Senyum di Wajah Tangis di Hati | Penulis; film televisi |
Si Kabayan | Penulis | |
Selalu untuk Selamanya | ||
Keluargaku Sorgaku | ||
Kisah Cinta Ratu Pantai Selatan |
Referensi
sunting- ^ "Bidadari yang Terluka: Siapakah si Bidadari Itu?". Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Oktober 1999.
- ^ "Mentari di Balik Awan: Nina Menerima Pinangan Keluarga Rudi". Bintang. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1999-02-20.
- ^ "Melangkah di Atas Awan: Jaya Menciptakan Lagu untuk Yudi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 1999-01-28. Diakses tanggal 2022-10-14.