Wilhelmus Zakaria Johannes

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan

Prof. dr. Wilhelmus Zakaria Johannes sering juga ditulis dalam ejaan baru Wilhelmus Zakaria Yohannes (16 Juli 1895 – 4 September 1952) adalah ahli radiologi pertama di Indonesia, guru besar radiologi dan pernah menjabat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan Wakil Ketua Senat Universitas Indonesia. Sebagai politikus dia pernah menjadi Ketua Umum pertama Partai Kristen Indonesia (Parkindo).

Wilhelmus Zakaria Johannes
Wilhelmus Zakaria Johannes pada perangko Indonesia 1999
Lahir(1895-07-16)16 Juli 1895
Termanu, Onatali, Rote Tengah, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Hindia Belanda
Meninggal4 September 1952(1952-09-04) (umur 57)
Den Haag, Belanda
PendidikanDokter, radiologis
AlmamaterSchool tot Opleiding van Inlandsche Artsen
PekerjaanAkademikus, politikus
Partai politikParkindo
Fasad nisan makam Wilhelmus Zakaria Johannes di TMPNU Kalibata, Jakarta

Riwayat hidup

sunting

Wilhelmus Zakaria Johannes lahir di Termanu, 16 Juli 1895 dan meninggal pada 4 September 1952 di Den Haag, Belanda. Jenazahnya dikirim dengan kapal Modjokerto dari Belanda dan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta pada Senin, 24 November 1952. Pemakamkan kembali di Pemakaman Jati Petamburan, Jakarta Pusat pada Rabu, 26 November 1952. Ia merupakan putra sulung dari M. Z. Johannes dan Ester Johannes-Amalo. Ayahnya bekerja sebagai seorang guru bantu di Sekolah Dasar dan seorang pengurus gereja.[1] W. Z. Johannes adalah sepupu Prof. Dr. Ir. Herman Johannes, guru besar UGM dan paman dari Helmi Johannes, presenter berita dan produser eksekutif televisi VOA Indonesia. Namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit umum di Kupang, Nusa Tenggara Timur yakni RSU WZ Johannes. Nama pahlawan ini juga diabadikan menjadi nama sebuah kapal perang TNI-AL yakni KRI Wilhelmus Zakaria Johannes. Sebagai dokter Indonesia pertama yang mempelajari ilmu radiologi di Belanda, WZ Johannes juga menjadi ahli rontgen pertama yang sangat berjasa dalam pengembangan ilmu kedokteran Indonesia sehingga mendapat gelar Pahlawan Nasional. Gelar tersebut dianugerahkan pada pada 27 Maret 1968 berdasarkan Keppres No. 6/TK/1968.[2] W. Z. Yohannes pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Melayu di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 1905, ia melanjutkan sekolahnya di Europesche Legere School (ELS) di Kupang. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) dan mendapatkan gelar Indische Arts pada 1920.[1][3] Ia juga berkali-kali diancam menjadi sasaran tembak tentara Belanda karena mengibarkan bendera Merah Putih di depan rumahnya.[3]

Karier

sunting

W. Z. Johannes mengawali kariernya sebagai dokter di rumah sakit di Palembang setelah lulus pendidikan dari STOVIA. Setelah mengabdi selama sembilan tahun di rumah sakit tersebut, ia pindah ke Centrale Burgelijke Ziekenhuis Batavia dan di sana diangkat sebagai asisten dokter B.K. Van der Plaats, seorang guru besar radiologi. Pada 1935, ia dipindahkan lake Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting Semarang. Di sana ia memiliki jasa penting dalam pengembangan radiologi di rumah sakit tersebut. Setelah mengabdi di Semarang selama satu tahun, ia dipindahkan kembali ke rumah sakit sebelumnya hingga tahun 1939 dan sejak saat itu, ia dikenal sebagai ahli radiologi pertama Indonesia. Pada saat yang bersamaan, ia diangkat sebagai anggota Dewan Rakyat yang mewakili Karesidenan Timur. Saat masa pendudukan Jepang di Indonesia, W. Z. Johannes mendirikan Badan Persiapan Persatuan Kristen (BPPK) bersama Sam Ratulangi. Pada tahun 1952, ia diangkat menjadi Rektor Universitas Indonesia.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ a b juniawandahlan (2018-09-13). "Wilhelmus Zakaria Johannes, ahli radiologi pertama di Indonesia lulusan STOVIA". Museum Kebangkitan Nasional (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-13. 
  2. ^ Pandu Hidayat (2020-04-26). "Belajar Ketekunan dari W.Z. Johannes, Ahli Radiologi Pertama Indonesia". Good News From Indonesia. Diakses tanggal 2023-11-11. 
  3. ^ a b c Said, Julinar; Wulandari, Triana (1995). Ensiklopedi Pahlawan Nasional. Sub Direktorat Sejarah Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jendral Kebudayaan.