Dinasti kesebelas Mesir
Dinasti kesebelas Mesir kuno adalah sekelompok penguasa, yang anggota awalnya dikelompokan dengan empat dinasti terdahulu hingga Periode Menengah Pertama, meskipun anggota lainnya dinyatakan bagian Kerajaan Pertengahan. Mereka semua berkuasa dari Thebes.
Penguasa yang dikenal adalah sebagai berikut:
Nama | Waktu | Keterangan |
---|---|---|
Mentuhotep I | 2134 SM – ?? | Tepy-a "nenek moyang" |
Sehertawy Intef I | ?? – 2118 SM | - |
Wahankh Intef II | 2118 SM – 2069 SM | - |
Nakhtnebtepnefer Intef III | 2069 SM – 2061 SM | - |
Nebhetepra Mentuhotep II | 2061 SM – 2010 SM | - |
Sankhkara Mentuhotep III | 2010 SM – 1998 SM | - |
Nebtawyra Mentuhotep IV | 1998 SM – 1991 SM | - |
Pernyataan Manetho bahwa dinasti kesebelas terdiri dari 16 raja, yang berkuasa selama 43 tahun terbukti bertentangan dengan inskripsi kontemporer dan bukti-bukti dalam Daftar Raja Turin, yang menyatukan susunan kesaksian bahwa kerajaan terdiri dari tujuh raja yang berkuasa seluruhnya selama 143 tahun.[1] Meski demikian, kesaksiannya bahwa dinasti ini berkedudukan di Thebes dibuktikan oleh bukti-bukti kontemporer. Sebelum dinasti ini, seluruh Mesir kuno disatukan di bawah Kerajaan Pertengahan.
Dinasti ini menyisakan nomarch dari Thebes, "Intef Agung, putra Iku", yang disebutkan dalam sejumlah inskripsi kontemporer. Namun, penerusnya Mentuhotep I dinyatakan sebagai raja pertama dinasti ini.
Sebuah inskripsi yang ditulis selama kekuasaan Wahankh Intef II menunjukkan bahwa ia merupakan raja pertama dinasti ini yang mengklaim berkuasa atas seluruh Mesir, sebuah klaim yang membawa masyarakat Thebes ke dalam konflik dengan penguasa Herakleopolis Magna, Dinasti Kesepuluh. Intef melakukan beberapa kampanye ke utara, dan menangkap nome penting Abydos.
Peperangan berlanjut sesaat antara orang Thebes dan dinasti Heracleapolis hingga tahun kekuasaan ke-14 Nebhetepra Mentuhotep II, saat kaum Herakleopolis terkalahkan, dan dinasti ini memulai menggabungkan kekuasaan mereka. Para penguasa dinasti kesebelas menonjolkan pengaruh Mesir pada tetangganya di Afrika dan Timur Dekat. Mentuhotep II mengirim ekspedisi baru ke Phoenicia untuk mendapatkan cedar. Sankhkara Mentuhotep III mengirimkan ekspedisi dari Coptos selatan ke daratan Punt.
Kekuasaan raja terakhir, sekaligus akhir dinasti ini, merupakan sebuah misteri. Laporan kontemporer merujuk pada "tujuh tahun yang kosong" setelah kematian Mentuhotep III, yang juga merupakan masa berkuasanya Nebtawyra Mentuhotep IV. Pakar modern mencocokkan wazirnya Amenemhat sama dengan Amenemhat I, raja pertama Dinasti Keduabelas, sebagai bagian teori bahwa Amenemhat menjadi raja sebagai bagian perebutan istana. Satu-satunya detail yang pasti dari kekuasaan Mentuhotep adalah bahwa dua perlambang hebat disaskisan dalam penggalian Wadi Hammamat oleh wazir Amenemhat.
Referensi
sunting- ^ Jürgen von Beckerath, The Date of the End of the Old Kingdom of Egypt, JNES 21 (1962), p.146