Bahasa Jawa Tegal

dialek bahasa Jawa yang dituturkan di pesisir utara Jawa Tengah
(Dialihkan dari Dialek Tegal)

Bahasa Jawa Tegal (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦠꦼꦒꦭ꧀, translit. Basa Jawa Tegal) adalah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di pesisir utara Jawa Tengah yang meliputi wilayah Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, dan bagian barat Kabupaten Pemalang. Dialek ini juga dituturkan di daerah kantong di bagian barat Kabupaten Indramayu.[1]

Bahasa Jawa Tegal
ꦧꦱꦗꦮꦠꦼꦒꦭ꧀
Basa Jawa Tegal
Dituturkan diIndonesia
Wilayah
Penutur
2.5 juta
Lihat sumber templat}}
Posisi bahasa Jawa Tegal dalam dialek-dialek bahasa Jawa Sunting klasifikasi ini

Catatan:

Simbol "" menandai bahwa bahasa tersebut telah atau diperkirakan telah punah
Bentuk awal
Status resmi
Diatur olehBalai Bahasa Provinsi Jawa Tengah
Kode bahasa
ISO 639-3
LINGUIST List
LINGUIST list sudah tidak beroperasi lagi
jav-teg
Glottologtega1246[2]
Lokasi penuturan
Peta persebaran penutur bahasa Jawa Tegal. Peta yang lebih besar menggambarkan wilayah utama penutur bahasa Jawa Tegal di Jawa Tengah, sedangkan peta yang lebih kecil menggambarkan daerah kantong penutur bahasa Jawa Tegal di bagian barat Kabupaten Indramayu.
Peta
Peta
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini.
Koordinat: 6°52′12″S 109°9′0″E / 6.87000°S 109.15000°E / -6.87000; 109.15000 Sunting ini di Wikidata
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Jawa Tegal secara umum dituturkan di pesisir utara eks-Keresidenan Pekalongan (tidak termasuk Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan). Selain itu, dialek ini juga dituturkan di daerah dekat perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, di mana Kecamatan Losari di Kabupaten Brebes menjadi batas tradisional daerah penggunaan bahasa Jawa Tegal dengan bahasa Jawa Cirebon.

Bahasa Jawa Tegal memiliki banyak kesamaan dengan rumpun bahasa Jawa Bagian Barat lainnya, terutama dengan bahasa Jawa Banyumasan. Kesamaan ini umumnya meliputi kosakata yang digunakan. Meskipun memiliki kosakata yang relatif sama dengan bahasa Jawa Banyumasan, Penutur dialek Tegal tidak serta merta ingin disebut Ngapak karena beberapa alasan, diantaranya perbedaan intonasi, pengucapan, dan makna kata. Sebagai bentuk pelestarian bahasa Jawa dialek Tegal, saat ini Universitas Pancasakti yang terletak di Kota Tegal mulai menjadikan puisi berbahasa Jawa Tegal sebagai salah satu bahan ajar di perkuliahan.[3]

Kekhasan

sunting

Selain pada intonasinya, bahasa Jawa dialek Tegal juga memiliki ciri khas tersendiri dalam pengucapan tiap frasa, yaitu apa yang diucapkan sama dengan apa yang ditulis. Sebagaimana dijelaskan oleh Enthus Susmono dalam Kongres Bahasa Tegal I, hal ini dinilai mempengaruhi konsistensi perilaku masyarakat penggunanya.

Perbedaan dengan bahasa Jawa Wetanan

sunting

Bahasa Jawa Tegal yang termasuk dalam rumpun bahasa Jawa Bagian Barat (Kulonan), diketahui memiliki banyak perbedaan dengan dialek bahasa Jawa yang termasuk dalam rumpun bahasa Jawa Bagian Timur (Wetanan), perbedaan-perbedaan ini biasanya mencakup perbedaan dalam pengucapan dan beberapa kosakata kuno yang masih banyak dipertahankan dalam rumpun bahasa Jawa Bagian Barat (termasuk dialek Tegal). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada contoh berikut ini.

  • padha, dalam bahasa Jawa Tegal tetap diucapkan pada, seperti halnya pengucapan dalam bahasa Indonesia, tidak seperti bahasa Jawa Wetanan (dituturkan dari Pekalongan di barat sampai ke timur hingga Banyuwangi) yang mengucapkannya menjadi pådhå.
  • saka, dalam bahasa Jawa Tegal tetap diucapkan saka, berbeda dengan bahasa Jawa Wetanan yang mengucapkannya menjadi såkå.

Karena perbedaan pelafalan vokal /a/ dan /o/ tersebut, dialek utama dalam bahasa Jawa terbagi menjadi dua, yakni dialek Barat (Kulonan) yang melafalkan /a/ dan dialek Timur (Wetanan) yang melafalkan /o/. Berikut perbandingannya dalam tabel di bawah ini.

Jawa Kulonan
(termasuk dialek Tegal)
Jawa Wetanan
padha pådhå
pira pirå
sega sĕgå
apa åpå
tuwa tuwå

Dalam hal ini, Enthus menilai masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa Wetanan kurang konsisten dalam mengucapkan beberapa kata, misalnya kata gatutkaca yang ditambahkan akhiran -ne. Oleh penutur bahasa Jawa Wetanan kata tersebut tidak lagi diucapkan gatutkacane, melainkan gatutkåcåne. Berikut ini perbandingannya pada tabel di bawah.

Kata dasar Jawa Kulonan
(termasuk dialek Tegal)
Jawa Wetanan
segane + -ne segane sĕgåné, bukan segone
gatutkaca + -ne gatutkacane gatutkåcåné, bukan gatutkocone
rupa + -ne rupane rupåné, bukan rupone

Contoh percakapan

sunting

Berikut ini adalah contoh percakapan dalam bahasa Jawa Tegal berdasarkan sub-dialek dan variasi geografisnya.

Tegal–Brebes

sunting

A: "pan maring ngendi?"
B: "nyong pan deleng bal, melu beleh?"
A: "ya wis nyong melu."
B: "yuh gian bokat pragat tandinge."

Tegal Kota dan Pesisir

sunting

A: "ente walade sapa, tong?"
B: "nyong walade ami Husin, pak."

Pemalang Barat

sunting

A: "kabare pime, wis ndue bojo durung?"
B: "kabare nyong apik reh yak, nyong nang umah tah wis suwe. saiki biasa reh paling ye nganggur nang umah. nyong urung mbojo, lah kowen primen? wis mbojo ye? masa urung mbojo seh?"

Bahasa gaul Tegal

sunting

Sama seperti beberapa daerah lain di Jawa, Tegal yang juga merupakan daerah berkembang juga memiliki bahasa gaul yang berbasis pada bahasa Jawa Tegal. Bahasa ini pada awalnya digunakan oleh para gerilyawan pada masa penjajahan Belanda. Namun, perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa bahasa sandi ini telah berubah fungsinya menjadi bahasa gaul. Pola pembentukan bahasa gaul Tegal menggunakan distribusi fonem. Salah satu contohnya, jasak berasal dari kata bapak. Pada kata ini, huruf /b/ digeser (diganti) dengan huruf /j/, dan huruf /p/ diganti dengan huruf /s/. Sementara huruf vokal tidak berubah. Berikut ini contoh kosakata bahasa gaul Tegal dalam tabel di bawah.

Asal kata Bahasa gaul Tegal
aku nyong
bapak jasak
mbok jok
batir jakwir
kakang sahang
minum nginung
adik yarik
balik jagin
wadon tarok

Distribusi

sunting

Bahasa Jawa Tegal terutama dituturkan di Kabupaten Brebes (kecuali bagian barat dan selatan), Kota Tegal, Kabupaten Tegal (bagian tengah dan utara), dan Kabupaten Pemalang (bagian barat). Selain itu, bahasa Jawa Tegal juga dituturkan di daerah kantong di bagian barat Kabupaten Indramayu, wilayah penuturannya meliputi Kecamatan Anjatan, Bongas, Haurgeulis, Patrol, dan Sukra. Awal mula bahasa Jawa Tegal juga dituturkan di Kabupaten Indramayu berawal dari tahun 1920an. Saat itu, terdapat migrasi penduduk dari Tegal dan Brebes ke beberapa desa maupun blok di bagian barat Kabupaten Indramayu.[1]

Di bagian barat daya Kabupaten Tegal, tepatnya di Desa Prupuk Selatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Brebes, bahasa Jawa Tegal yang digunakan sebagai bahasa ibu oleh masyarakatnya juga digunakan bersama dengan bahasa Sunda Brebes (lihat bahasa Sunda di Kabupaten Tegal). Kedua bahasa tersebut dituturkan secara bersamaan oleh sekitar 1.000 masyarakat Prupuk Selatan di sepanjang Sungai Pemali bagian selatan.[4][5]

Upaya pelestarian

sunting

Kongres Bahasa Tegal

sunting

Kongres Bahasa Tegal I diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Tegal pada tanggal 4 April 2006 di Hotel Bahari Inn, Kota Tegal. Acara ini digagas oleh Yono Daryono, serta juga dihadiri oleh beberapa tokoh penutur bahasa Jawa Tegal, diantaranya S.N. Ratmana (penulis cerpen), Ki Enthus Susmono (dalang), dan Eko Tunas (penyair). Tujuan diselenggarakannya kongres ini adalah untuk mengangkat status bahasa Jawa Tegal menjadi bahasa daerah.

Salah satu pelopor dan pegiat bahasa Jawa Tegal adalah Lanang Setiawan. Selain menciptakan lagu-lagu Tegalan, ia juga menerbitkan tabloid berbahasa Jawa Tegalan, Tegal Tegal, menulis novel berjudul Oreg Tegal, dan secara rutin menulis kolom anekdot berbahasa Jawa Tegal di harian pagi Nirmala Post. Karena hal tersebut, pada tanggal 19 Oktober 2008, ia menerima anugerah Penghargaan Penggiat Bahasa Jawa Tegal dari Wali Kota Tegal, Adi Winarso.

Pendidikan bahasa daerah

sunting

Sejak masa kepemimpinan H. Mardiyanto, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menerapkan aturan agar setiap siswa (mulai dari SD hingga SMA) mendapatkan pelajaran bahasa Jawa. Namun kebijakan ini menemui kendala, yaitu masalah perbedaan dialek.[6] Misalnya, anak yang lahir di Tegal secara otomatis akan menggunakan dialek Tegal sebagai bahasa ibunya, bukan dialek baku seperti Yogyakarta dan Surakarta. Jika pendidikan bahasa daerah di sekolah hanya mengacu pada bahasa baku, tentu saja siswa akan kesulitan beradaptasi dengan budaya dan bahasa yang telah diterimanya sejak lahir. Akhirnya muncul anggapan bahwa pelajaran bahasa Jawa di sekolah merupakan 'paksaan' untuk menggunakan bahasa masyarakat Wetanan.

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Prasetya, Tio; Hidayat, Raja Al-Fath; Roziq, Akhmad; Ali, Irfan; Wahyudin, Edi (2021). "Implementasi Aplikasi Mengenal Budaya Lokal Berbasis Android Menggunakan Metoda Sequential Searching". Information System For Educators and Professionals. Cirebon, Indonesia: Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer IKMI. 5 (2): 161–170. ISSN 2548-3587. 
  2. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Jawa Tegal". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  3. ^ Priyanto, Mamdukh Adi. "Puisi Berbahasa Tegalan Mulai Jadi Bahan Ajar di UPS Kota Tegal". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2019-02-20. 
  4. ^ "Berkelana ke Wilayah Penutur Bahasa Sunda di Jawa Tengah". kelananusantara.com. Diakses tanggal 25 Februari 2023. 
  5. ^ F., Hanafi (2014). "Penggunaan Bahasa Sunda Dimasyarakat Cianjur". Antropologi Budaya (G10E.060201). Sumedang, Indonesia: Universitas Padjadjaran. Diakses tanggal 9 Oktober 2024. 
  6. ^ "Bahasa Tegal Bakal Masuk Kurikulum" (2011) Media Indonesia

Pranala luar

sunting