Dheg Dheg Plas
Dheg Dheg Plas adalah album perdana dari grup musik Koes Plus setelah berganti nama dari Koes Bersaudara yang dirilis pada 1 November 1969[3] di bawah label Melody. Album ini terhitung sukses besar di pasaran dan langsung mengangkat nama Koes Plus sebagai grup musik legendaris papan atas Indonesia. Di album pertama ini Koes Plus memperkenalkan 2 personel barunya, yaitu Murry sebagai drummer dan Totok Adji Rachman yang ditinggalkan dua personel Koes Bersaudara yang telah keluar yaitu Nomo Koeswoyo dan Yok Koeswoyo. Kehadiran 2 personel baru ini membawa angin segar dan energi pada musik Koes Plus. Album ini meledak di pasaran dan sukses terjual hingga lebih mencapai 1,8 juta keping. Album ini merupakan album paling sukses sepanjang karier Koes Plus. Album ini mencetak sejumlah hits termasuk "Tjintamu Telah Berlalu", "Kelelawar", " Derita", "Tiba Tiba Aku Menangis", "Manis dan Sajang", "Dheg Dheg Plas", dan "Kembali ke Djakarta".
Dheg Dheg Plas | ||||
---|---|---|---|---|
Album studio karya Koes Plus | ||||
Dirilis | 1 November 1969 | |||
Direkam | 1 Maret 1969 – 1 Oktober 1969 | |||
Studio | Dimita, Jakarta[1] | |||
Genre | ||||
Durasi | 32:11 | |||
Label | Melody | |||
Produser | Dick Tamimi[1] | |||
Kronologi Koes Plus | ||||
|
Album ini meledak dipasaran menjelang percintaan dan puitis pada saat itu karena lagu 'Tjintamu Telah Berlalu (Cintamu Telah Berlalu)' yang mengisahkan berlalu mereka nyalakan pada api dalam tungku dianggap dengar lolongan anjing di malam hari. Lagu ini bahkan sempat di cekal hanya ditayangkan di televisi karena dianggap percintaan dan puitis.
Namun Koes Plus dan Dimita Moulding Industries masih memiliki lagu yang menjadi andalan. Hits 'Manis dan Sajang (Manis dan Sayang)' juga sangat digemari dewasa pada saat itu. Kini, di tahun 2022 lagu ini digunakan dalam iklan produk rokok Gudang Garam Merah sebelum digantikan dengan lagu Mata Indah Bola Pingpong dari Iwan Fals di album Wakil Rakyat (1987) dengan jargon "Legendaris Sepanjang Masa".
Juga ada lagu 'Kelelawar' yang berkisah tentang bencana mentertawakan asyik, dan teriakan tentang kelelawar bersayap hitam yang telah terbang ditengah malam pagi pagi yang telah pulang.
Latar Belakang
suntingBila ada sebuah group band yang paling kontroversial di Indonesia itu adalah Koes Bersaudara. Kontroversi ini bersumber dari cara Tonny Koeswoyo adalah personil satu-satunya band ini yang dianggap terlalu dominan dan cenderung otoriter. Setelah memecat Nomo Koeswoyo dan keluarnya Yok Koeswoyo pada tahun 1968, tak terdengar kabar Koes Bersaudara akan merilis album baru. Banyak yang berpikir Koes Bersaudara sudah habis. Hingga pada tahun 1969, Tonny telah mengatasnamakan Baru Koes Bersaudara dengan merilis album baru yang berjudul “Dheg Dheg Plas”, Tonny menyuruh Tommy Darmo dan Dimas Wahab (bassis Medenaz dan The Pro's serta ayah tiga personel Bragi yakni Reza Ario Bima, Reinaldi Hutomo dan Rendi Khrisna) merekrut Murry sebagai drummer dan Totok Adji Rachman sebagai bassist. Totok AR menjadi bassist asli dan pengisi vokal Koes Plus, Totok meskipun dalam album ini tercatat sebagai bassist tetap, karena Yok tidak lagi menjadi bassist pada band ini karena keluar dari Koes Bersaudara. Sebelum hengkang dari Koes Bersaudara, Yok menyelesaikan pembuatan delapan album. Usai rilisnya album ini, Totok memutuskan untuk hengkang dari Koes Plus untuk bergabung dengan band Pertamina dan posisinya digantikan oleh Yok telah kembali bergabung dengan Koes Plus sebagai personil tetap. Selain itu, Nomo Koeswoyo yang telah mengundurkan diri di tengah proses rekaman 8 album ini, Nomo berhasil membujuk kembali bersama saudara-saudaranya Tonny, Yon dan Yok untuk menghidukan kembali berubah menjadi Koes Bersaudara pada tahun 1977. Tonny pun memilih nama baru untuk band ini bernama Koes Plus. Dengan harapan, nama ini dapat mengulangi kesuksesan ketika Koes Bersaudara menggarap dua album sebelumnya, To the So Called "the Guilties" (1967) dan Djadikan Aku DombaMu (1968) yang terjual 1.700 keping.
Rilis dan Tanggapan
suntingPada tahun 1968, Koes Bersaudara telah usai akibat mengalami krisis internal yang disebabkan oleh kedua saudaranya. Nomo Koeswoyo keluar dari band dan menyusul Yok Koeswoyo juga ikut keluar dari band sebelum merekamkan album barunya. Nomo Koeswoyo, drummer Koes Bersaudara, mengalami masalah kesulitan karena saat itu ia telah menikah dan telah memiliki 1 orang anak (Chicha). Tonny Koeswoyo kemudian merekrut Murry sebagai drummer baru dan Totok AR sebagai pemetik bas baru. Totok AR tetap menjadi bagian dari Koes Plus, meskipun hanya sebagai personel tetap pada album pertama.
Album pertama Koes Plus, Dheg Dheg Plas dirilis pada 1 November 1969. Album ini adalah album pergantian nama baru band dari "Koes Bersaudara" menjadi "Koes Plus" saja. Album ini juga pergantian nama baru Koes Plus setelah mengalami masa-masa yang terlalu persaudaraan. Lebih dari 1,8 juta keping kopi album ini terjual sehingga menjadi album terlaris Koes Plus sepanjang sejarah. Album Dheg Dheg Plas sukses besar di pasaran, dan bukan hanya bagus di sisi komersial tetapi sekaligus menjadi salah satu Lagu-lagu hit album ini antara lain "Tjintamu Telah Berlalu", "Kelelawar", "Derita", "Manis dan Sajang" dan "Kembali ke Djakarta". Beberapa judul lagu di album ini terinspirasi dari karya-karya sastra dan puisi ala W.S. Rendra mungkin judul-judul lagu di album ini sangat tidak asing.
Ketukan drum dan dua penyanyinya di lagu "Kembali ke Djakarta terpengaruhi oleh Bee Gees dari lagu "Massachusetts". Sedangkan ketukan drum dan melodi gitarnya di lagu "Kelelawar" terpengaruhi oleh The Rolling Stones dari dua lagu "(I Can't Get No) Satisfaction" dan "Jumpin' Jack Flash".
Album Dheg Dheg Plas ini memang bukan album pertama mereka, tetapi album utama inilah yang menjadi titik awal popularitas mereka yang luar biasa. Album utama ini sukses besar di pasaran, dan bukan hanya bagus di sisi komersial tetapi sekaligus menjadi salah satu album terbaik mereka. All time hits dari album ini yang masih dikenal dan sampai sekarang banyak dinyanyikan yaitu "Tjintamu Telah Berlalu", "Derita", "Manis dan Sajang" dan "Kembali ke Djakarta". Dheg Dheg Plas ditempatkan pada peringkat ke-4 dalam daftar "150 Album Indonesia Terbaik" versi majalah Rolling Stone Indonesia yang diterbitkan pada edisi #32 bulan Desember 2007.[4] Tiga lagu dari album tersebut, "Kembali ke Djakarta", "Kelelawar", serta "Manis dan Sajang", ditempatkan masing-masing pada peringkat ke-6, ke-83 dan ke-88 dalam daftar "150 Lagu Indonesia Terbaik" yang diterbitkan pada edisi #56 bulan Desember 2009[5] oleh penerbit yang sama.
Daftar lagu
suntingSeluruh lagu ditulis oleh Tonny Koeswoyo. Kecuali "Biar Berlalu" ditulis oleh Yon Koeswoyo.
Rilisan piringan hitam dan kaset
suntingNo. | Judul | Vokal | Durasi |
---|---|---|---|
1. | "Awan Hitam" | Yon bersama Tonny | 2:59 |
2. | "Derita" | Yon bersama Tonny | 2:53 |
3. | "Kelelawar" | Yon dan Tonny | 2:46 |
4. | "Tiba-Tiba Aku Menangis" | Yon bersama Tonny | 3:24 |
5. | "Bergembira" | Tonny, Yon dan Toto | 2:04 |
6. | "Tjintamu Telah Berlalu (Cintamu Telah Berlalu)" | Yon | 2:11 |
Durasi total: | 16:17 |
No. | Judul | Vokal | Durasi |
---|---|---|---|
7. | "Dheg Dheg Plas" | Yon dan Tonny | 2:27 |
8. | "Manis dan Sajang (Manis dan Sayang)" | Yon | 2:15 |
9. | "Hilang Tak Berkesan" | Tonny | 1:55 |
10. | "Kembali ke Djakarta (Kembali Ke Jakarta)" | Yon | 3:46 |
11. | "Biar Berlalu" | Yon | 2:44 |
12. | "Lusa Mungkin Kau Datang" | Yon | 2:47 |
Durasi total: | 15:54 |
Rilisan CD
suntingSebagai edisi rilisan CD, seluruh daftar lagu disusun ulang.
No. | Judul | Vokal | Durasi |
---|---|---|---|
1. | "Kelelawar" | Yon dan Tonny | 2:46 |
2. | "Dheg Dheg Plas" | Yon dan Tonny | 2:27 |
3. | "Derita" | Yon bersama Tonny | 2:53 |
4. | "Tiba-Tiba Aku Menangis" | Yon bersama Tonny | 3:24 |
5. | "Bergembira" | Tonny, Yon dan Toto | 2:04 |
6. | "Kembali ke Jakarta" | Yon | 3:46 |
7. | "Biar Berlalu" | Yon | 2:44 |
8. | "Awan Hitam" | Yon bersama Tonny | 2:59 |
9. | "Manis dan Sayang" | Yon | 2:15 |
10. | "Cintamu Telah Berlalu" | Yon | 2:11 |
11. | "Lusa Mungkin Kau Datang" | Yon | 2:47 |
12. | "Hilang Tak Berkesan" | Tonny | 1:55 |
Durasi total: | 32:11 |
Personel
sunting- Tonny Koeswoyo (dikreditkan sebagai "Tonny Koeswojo") – kibor, gitar, vokal
- Yon Koeswoyo (dikreditkan sebagai "Jon Koeswojo") – gitar, vokal
- Totok Adji Rachman – bass, gitar, vokal
- Kasmuri (Murry) – drum, gitar, vokal
Produksi
sunting- Dick Tamimi – produser
- Rachman A. – teknisi perekaman
- Jimmy Hamid – teknisi perekaman
- Pramono R. – desain sampul
- Eska – fotografer
Sejarah rilis
suntingNegara | Tanggal | Label | Format | Nomor katalog | Catatan |
---|---|---|---|---|---|
Indonesia | 1 November 1969 | Melody | Piringan hitam | LP-23[6] | |
Indonesia | 1972 | Mesra | Kaset | – | Dirilis ke dalam Sisi B album Bunga Ditepi Djalan |
Indonesia | 2012 | Royal Prima Musikindo[7] | Cakram padat | –[6] |
Referensi
sunting- ^ a b "Dick Tamimi, Di Udara Dia Jaya!". komunitasaleut.com. Diakses tanggal 22 Juni 2022.
- ^ "Volume 1: Dheg Dheg Plas". rateyourmusic.com. Diakses tanggal 22 Juni 2022.
- ^ Ginting 2009, hlm. 59.
- ^ "150 Album Indonesia Terbaik". Rolling Stone Indonesia (dalam bahasa Indonesia). Jakarta (32). Desember 2007.
- ^ "150 Lagu Indonesia Terbaik". Rolling Stone Indonesia (dalam bahasa Indonesia). Jakarta (56). Desember 2009.
- ^ a b (Inggris) Dheg Dheg Plas di Discogs
- ^ "Album Koes Plus Dirilis Ulang Tanpa Izin, Pemegang Hak Cipta Ngadu Ke Polda". detikcom. 8 November 2012. Diakses tanggal 20 April 2019.
- Daftar pustaka
- Ginting, Asriat (2009). Musisiku. Jakarta: Republika. ISBN 978-979-1102-52-0.
Pranala luar
sunting- Dheg Dheg Plas di Discogs
- (Indonesia) Dheg Dheg Plas di Irama Nusantara