Dermatitis atopik (DA) atau yang biasa disebut sebagai eksem atopik adalah penyakit kulit menahun (kronik), inflamasi, sangat gatal, dapat kambuh lagi setelah dinyatakan sembuh (residivistis), dan remisi.[1][2] Kejadian DA paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak.[1] Interaksi faktor genetik, disfungsi imun, disfungsi sawar kulit, serta faktor penyebab lainnya, seperti faktor lingkungan dan agen infeksius, diduga merupakan dasar dari patogenesis DA[1][2]

Anak-anak dengan riwayat atopi dalam keluarga seperti asma dan rinitis alergi lebih berisiko menderita DA.[2] Alergi makanan merupakan gejala yang juga sering timbul bersamaan dengan DA selama 2 tahun pertama kehidupan anak, yang akan membaik pada usia prasekolah.[1]

Sekitar 10-20% anak dan 1-3% dewasa di dunia menderita DA dengan angka kejadian yang cenderung meningkat di berbagai belahan dunia.[1] Dermatitis atopik merupakan penyakit kulit yang paling banyak ditemukan di negara berkembang.[3] Prevalensinya meningkat dua hingga tiga kali lipat di negara industri selama tiga dekade terakhir, yaitu 15-30% pada anak dan 2-10% pada dewasa.[3] Sekitar 85% pasien dengan DA adalah anak berusia 3 hingga 5 bulan, dengan 60% kasus berkembang pada tahun pertama kehidupan dan 90% pada usia 5 tahun.[3] Sekitar 70% dari kejadian DA pada pasien berlanjut menjadi asma atau rhinitis alergi.[3]

Tanda dan gejala

sunting

Gejala utama yang sangat khas dan terpenting yang dapat ditemukan pada penderita DA adalah rasa gatal (pruritus).[2] Gatal pada kasus DA dapat mengganggu tidur sehingga memengaruhi kualitas hidup, terutama pada anak-anak. [2]

Patofisiologi

sunting

Dermatitis atopik dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu tipe ekstrinsik dan intrinsik. DA ekstrinsik yang juga dikenal dengan DA alergi, ditandai dengan terjadinya peningkatan nilai serum IgE. DA ekstrinsik juga sering dikatikan dengan kejadian asma bronkial dan rinitis alergi, sedangkan DA tipe intrinsik (DA nonalergi) memiliki nilai IgE normal.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e Movita, Theresia (2014). "Tatalaksana Dermatitis Atopik". Cermin Dunia Kedokteran. 41 (11): 828–831. doi:10.55175/cdk.v41i11.1074. ISSN 2503-2720. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-18. Diakses tanggal 2022-10-16. 
  2. ^ a b c d e f Earlia, Nanda; Lestari, Wahyu; Prakoeswa, Cita R. S. (2021). Dermatitis Atopik. Aceh: Syiah Kuala University Press. hlm. 13, 14, 15, 36, 37. ISBN 978-623-264-461-8. 
  3. ^ a b c d Eliska, Noviyanti; Thaha, M. Athuf; Anwar, Chairil (2015). "Faktor Risiko pada Dermatitis Atopik". Jurnal Kedokteran dan Kesehatan: Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2 (1): 143–149.