Denim adalah kain katun yang kokoh dengan benang pakan melewati dua atau lebih benang lungsin. Kain yang digunakan menghadap sisi benang lungsin.[1] Penggunaan silang kepar menghasilkan pola serong yang membedakannya dengan kain kanvas duk. Pendahulu denim, kain dungaree, telah diproduksi di India selama beratus-ratus tahun.[2] Denim yang paling umum dijumpai adalah denim berwarna indigo, dengan benang lungsinya yang telah dicelup warna dan benang pakannya dibiarkan putih. Sebagai hasil kain yang ditenun menggunakan cara silang kepar, satu sisi kain didominasi dengan benang lungsin berwarna nila, dan sisi benang pakan yang berwarna putih. Hal inilah yang membuat sisi dalam celana jins berwarna putih.[3] Proses pencelupan warna nila yang mempertahankan inti benang lungsin tetap berwarna putih menciptakan kesan pudar yang menjadi ciri khas denim.

Tekstur denim.

Sejarah

sunting

Kain denim berasal dari kota Nimes di Perancis. Bahan kain ini mulanya dinamakan Serge de Nimes, lalu disingkat menjadi de Nims, kemudian menjadi denim. Bahan ini merupakan kain katun yang kuat, yang ditenun menggunakan silang kepar. Kain ini memiliki tekstur yang mirip dengan karpet, tetapi lebih tipis dan halus. Kain denim awal-awal hanya memiliki satu pilihan warna, yakni indigo. Akan tetapi, kain ini kemudian diproduksi dalam warna-warna lain seperti hitam, abu-abu, dan banyak lagi.[4]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Mogahzy, Y. E. (2009). Engineering Textiles: Integrating the Design and Manufacture of Textile Products (edisi ke-First). Woodhead Publishing. hlm. 362. ISBN 978-1-84569-048-9. 
  2. ^ "Story of Denim Blue Jeans across the Eras" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 21 April 2018. Diakses tanggal 21 April 2018. 
  3. ^ St. Clair, Kassia (2018). The Golden Thread: How Fabric Changed History. London: John Murray. hlm. 177. ISBN 978-1-4736-5903-2. OCLC 1057250632. 
  4. ^ "Denim & Jeans, Serupa Tapi Tak Sama". detikcom. Diakses tanggal 2020-04-01.