Dengke mas naniura
Dengke mas naniura adalah hidangan tradisional masyarakat Batak Toba. Dahulu, masakan naniura dikhususkan untuk raja saja, tetapi karena rasanya yang enak, semua orang-orang Batak ingin menyantap dan membuatnya. Dengke naniura awalnya menggunakan ihan atau semah yang merupakan salah satu ikan endemik Danau Toba. Namun, dikarenakan ihan mulai susah dijumpai, digantikan dengan ikan-ikan lain. Ikan yang sering dijadikan naniura saat ini adalah ikan mas.[1]
Hidangan ini dikenal sebagai dengan makanan yang tidak dimasak, direbus, digoreng, atau tanpa menggunakan api. Naniura dalam bahasa Batak berarti ikan yang tidak dimasak melalui api. Ikan naniura dimasak oleh fermentasi bumbu utama yakni asam batak seperti utte sira, atau asam jungga; bisa juga menggunakan kecombrang. Rasa makanan ini seperti ikan segar namun tanpa bau amis. Naniura menjadi enak karena bumbu-bumbu khas yang terdapat di dalamnya; termasuk andaliman. Sebelumnya bumbu-bumbu sudah disangrai dan digiling bersama lalu dioleskan pada ikan. Untuk mendapatkan hidangan naniura dibutuhkan waktu kira-kira 5 jam.
Ikan naniura mirip dengan masakan Jepang, seperti sashimi dan ceviche dari Peru. Hal ini karena makanan tersebut tidak melalui proses memasak melalui api, seperti biasanya.[butuh rujukan]
Referensi
sunting- ^ Maulidya Niasul Karimah, dkk. (11 Desember 2024). Bunga Rampai: Lombok Writing Festival. Penerbit P4I. hlm. 155. ISBN 9786238767441. Diakses tanggal 18 Januari 2025.