Jan Willem Gerungan
Mayor Jan Willem "Dee" Gerungan (meninggal 19 Juli 1965), adalah seorang tokoh militer Indonesia yang pernah menjadi salah satu pimpinan dalam pemberontakan Permesta dan DI/TII di Sulawesi. Gerungan disebut-sebut sebagai perwira militer paling intelektual di Indonesia Timur dalam masa pemberontakan.[1]
Dee Gerungan | |
---|---|
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Pangkat | Mayor |
Satuan | TT VII/Wirabuana Permesta |
Sunting kotak info • L • B |
Kehidupan pribadi
suntingGerungan berasal dari keturunan suku Minahasa. Dia adalah anak laki-laki dari pasangan Johannes Wolter Gerungan dan Ingkan Augustine Gerungan. Saudara-saudaranya antara lain adalah Willem August Gerungan, Margaretha "Greet" Gerungan dan Els gerungan. Dia menikah dengan Hetty Warouw, putri dari Semuel Jusof Warouw, Perdana Menteri Negara Indonesia Timur yang menjabat pada tahun 1947.[2] Gerungan —mengikuti kedua orangtuanya— terlahir sebagai seorang Protestan, keadaan yang berlangsung hingga bulan April 1960, saat dia pindah agama ke Islam sebagai bawahan Kahar Muzakkar.
Karier
suntingPermesta
suntingPada tahun 1953, dia kembali dari Institut Perang (bahasa Belanda: Hogere Krijgschool) di Breda, Belanda; dan ditempatkan di SSKAD, Bandung, sebagai seorang instruktur. Setahun kemudian, dia diangkat menjadi komandan batalyon di TT-VII. Tahun 1957, dia menjadi asisten keempat TT-VII untuk urusan logistik; sekaligus anggota Satuan H (keamanan) dari Tim Asisten. Harvey dalam bukunya menyatakan bahwa, "tidak dapat diketahui dengan jelas apakah pada tanggal 12 Maret 1957 Gerungan bertemu dengan Kahar Muzakkar".[3] Gerungan adalah salah satu anggota dari komite yang bertugas untuk mewujudkan otonomi provinsi Sulawesi yang lebih besar.[4] Pada tanggal 15 hingga 22 Maret 1957, Gerungan —bersama dengan M. Jusuf dan Arnold Baramuli— mendampingi Ventje Sumual dalam pertemuan para panglima teritorial di Markas Besar TNI di Jakarta.[5] Pada bulan Juni 1957, dia berangkat ke markas besar Permesta di Kinilow, Minahasa.
Komandan Resimen Anoa dan DI/TII
suntingPada tanggal 19 Februari 1958, dua hari setelah KDM-SUT memutuskan hubungan dengan pemerintahan Soekarno, D.J. Somba melantik Gerungan sebagai komandan Resimen Tim Pertempuran Anoa yang bermarkas di Poso.[1] Setelah tentara pusat mendarat di Palu dan Donggala pada bulan Maret dan April 1958, dia bersama dengan 200 prajurit dari resimen Anoa mundur, untuk menuju ke selatan dan bergabung dengan Kahar.[6] Harvey menyatakan sangat sedikit informasi yang menjelaskan kedatangan Gerungan dan kontak awalnya bersama dengan Kahar.[7] Pada bulan Mei 1959, setelah berhasil bertemu dengan pasukan DI/TII, sebuah perjanjian formal untuk kerja sama militer terjadi antara Gerungan dan Sanusi Daris dari DI/TII. Gerungan diangkat sebagai Wakil Panglima Staf Gabungan Pertahanan Militer Bersama (SGP).[8]
Ada laporan pada pertengahan September 1959 bahwa senjata Gerungan dan pasukan Permesta telah dilucuti, dan dibatasi pada wilayah tertentu karena mereka tidak bisa lagi dipercaya. Gerungan disebut-sebut khawatir jika Kahar menyalahkan penyerahan diri dari Bahar dan yang lain kepada dirinya karena ketidaksenangan mereka dengan kerjasama antara Kahar dengan "Permesta Kristen yang kafir", dan bahwa Kahar akan mencoba untuk mencegah penyerahan diri lebih lanjut dengan berbalik melawan Gerungan dan pasukannya. Gerungan kelihatannya mencoba untuk memindahkan pasukannya ke wilayah Toraja, dengan pikiran bahwa mereka mungkin akan memiliki lebih banyak dukungan dari masyarakat setempat, yang memang didominasi oleh penduduk Kristen.[9] Untuk mengurangi kecurigaan Gerungan, Kahar memasukannya dalam Operasi Lokal Komunis (OPLOC-Local Communist Operation) yang dibentuknya pada bulan Desember 1959. Setelah OPLOC dibentuk, Gerungan meminta kembali senjata yang telah diberikannya kepada Kahar, tetapi ditolak. Ini membuat tensi di antara keduanya semakin memanas.[10]
Pada saat-saat akhir tahun 1959 atau awal 1960, Gerungan dan sebagian besar anak buahnya dikatakan telah mencoba untuk melarikan diri dari Kahar. Pertempuran pun terjadi selama dua minggu. Gerungan dikalahkan, dan diberi pilihan untuk masuk Islam atau dieksekusi. Dia dan anak buahnya memilih untuk masuk Islam. Setelah kejadian ini Gerungan tidak menimbulkan masalah lebih lanjut, belajar bahasa Arab, dan mengajar di akademi militer DI di Latimojong. Dia dikatakan telah menjadi salah satu pengikut Kahar yang paling dapat dipercaya.[10] Gerungan mengantarkan M. Jusuf untuk bertemu dengan Kahar di Bonepute, sebagai hasil dari perjanjian yang telah diatur terlebih dahulu.[11] Gerungan ditangkap pada tanggal 19 Juli 1965, diadili di pengadilan dan dieksekusi.[12]
Referensi
sunting- ^ a b Harvey 1974, hlm. 404.
- ^ "Jan Willem (Dee) Gerungan on Geni". Geni. Diakses tanggal 23 Februari 2017.
- ^ Harvey 1974, hlm. 402.
- ^ Harvey 1974, hlm. 335.
- ^ Harvey 1974, hlm. 345.
- ^ Harvey 1974, hlm. 405.
- ^ Harvey 1974, hlm. 406.
- ^ Harvey 1974, hlm. 407.
- ^ Harvey 1974, hlm. 411.
- ^ a b Harvey 1974, hlm. 412.
- ^ Harvey 1974, hlm. 418.
- ^ Harvey 1974, hlm. 428.
Daftar pustaka
sunting- Harvey, Barbara Sillars (1974). Tradition, Islam and Rebellion: South Sulawesi 1950-1965. New York City: Universitas Cornell.