Debat suksesi kekaisaran Jepang
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Maret 2016. |
Kontroversi suksesi Jepang merujuk pada dorongan untuk mengubah hukum-hukum suksesi untuk Tahta Jepang, yang dikarenakan terbatasnya laki-laki dari Keluarga Kekaisaran Jepang pada saat ini.
Sejak tahun 1965, bayi yang lahir dari keluarga kerajaan Jepang adalah perempuan. Krisis suksesi saat ini menyebabkan pemerintah Jepang mempertimbangkan untuk mengizinkan wanita memegang tahta kerajaan.
Putra Mahkota Pangeran Naruhito, yang akan menjadi kaisar menggantikan ayahnya Kaisar Akihito, hanya mempunyai satu anak perempuan dari istrinya Putri Masako.
Namun, berita kehamilan Putri Kiko membuat gembira kalangan konservatif di Jepang yang melawan RUU di parlemen yang akan memungkinkan perempuan memegang tahta.
Sumber
suntingPranala luar
sunting- "No Empress for Japan? The Japanese monarchy and its law of succession". The Royal Universe.
- Shillony, Ben-Ami (November 2006), Japanese Monarchy: Past and Present: Will an empress save the Japanese monarchy? (PDF), The Suntory Centre, Suntory and Toyota International Centres for Economics and Related Disciplines, London School of Economics and Political Science