Danau Cangkuang adalah sebuah danau yang terletak di wilayah Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Wilayah Danau Cangkuan terdiri dari perairan berbentuk sungai dan tiga pulau berukuran kecil. Pulau-pulau di Danau Cangkuang dihuni oleh penduduk Desa Cangkuang dan dikelola menjadi permukiman, pemakaman dan persawahan. Di Danau Cangkuang terdapat sebuah candi bernama Candi Cangkuang.

Danau Cangkuang di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut.

Lokasi

sunting

Danau Cangkuang terletak pada koordinat 106°54'36,79" Bujur Timur dan 7°06'09" Lintang Selatan.[1] Secara topografi, Danau Cangkuang berada di lembah subur yang dialiri beberapa sungai dalam wilayah Kecamatan Leles. Ketinggian wilayah di sekitar Danau Cangkuan ialah 600 meter di atas permukaan laut. Sekeliling Danau Cangkuang merupakan perbukitan.[2]

Wilayah

sunting

Perairan

sunting

Danau Cangkuang merupakan muara sungai bagi sungai Tarisi.[3] Lahan Danau Cangkuang seluas 25,5 hektar. Danau Cangkuang memiliki volume mencapai 300.000 m3.[4]

Di Danau Cangkuang terdapat tiga pulau berukuran kecil. Satu pulau berada di bagian tengah danau dengan bentuk memanjang dari barat ke timur seluas 16,5 hektar. Dua pulau lainnya berbentuk melingkar. Satu pulau terletak di bagian selatan Danau Cangkuang dengan luas 6,4 hektar. Sedangkan satu pulau lainnya terletak di bagian tenggara Danau Cangkuang dengan luas 6,3 hektar.[5]

Penduduk

sunting

Di bagian tengah Danau Cangkuang terdapat perkampungan bernama Kampung Pulo. Di dalamnya terdapat enam rumah adat dan sebuah masjid. Tiga rumah ada tersusun sejajar dengan tiga rumah adat lainnya dengan posisi saling berhadapan. Penduduk di Kampung Pulo hanya dihuni oleh keturunan Arif Muhammad yang merupakan leluhur di perkampungan ini.[6]

Pemanfaatan lahan

sunting
 
Permukiman penduduk di Danau Cangkuang.

Permukiman, pemakaman dan persawahan

sunting

Lahan pada pulau memanjang yang berada di tengah Danau Cangkuang dimanfaatkan sebagai pemakaman, permukiman dan pertanian. Areal pemakaman terletak di bagian barat, timur, timur laut, tenggara, dan selatan. Penggunaannya untuk penduduk Desa Cangkuang dan Kampung Ciakar.[3] Lahan untuk permukiman terletak di sebelah barat daya dari lokasi Candi Cangkuang.[7] Sementara lahan pertanian hanya sebagian kecil dari luas pulau dan ditanami ketela.[8]

Lahan pada bagian barat Danau Cangkuang yang telah mengering dijadikan sebagai persawahan. Pembuatan persawahan dilakukan oleh penduduk yang menghuni bagian timur Desa Cangkuang.[3]

Situs Candi Cangkuang

sunting
 
Candi Cangkuang

Pada pulau yang terletak di tengah Danau Cangkuang terdapat Situs Cangkuang. Di dalam situs ini terdapat Candi Cangkuang. Bahan bangunan yang digunakan untuk membuat Candi Cangkuang ialah batu andesit. Diperkirakan pembangunan Candi Cangkuang di Danau Cangkuang karena adanya ketersediaan batu dan air di sekitarnya.[9]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Utomo 2004, hlm. 59.
  2. ^ Utomo 2004, hlm. 60.
  3. ^ a b c Utomo 2004, hlm. 61.
  4. ^ Putra 2014, hlm. 26.
  5. ^ Utomo 2004, hlm. 59-60.
  6. ^ Putra 2014, hlm. 27.
  7. ^ Utomo 2004, hlm. 61-62.
  8. ^ Utomo 2004, hlm. 62.
  9. ^ Utomo 2004, hlm. 81-82.

Daftar pustaka

sunting
  • Putra, Luhur Arsiyanto (2014). "Harmoni Hindu dan Islam di Cangkuang". Dalam Inigopatria, S., Rianto, dan Aziz, N. A. Indonesia dalam Infografik. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-709-841-4. 
  • Utomo, Bambang Budi (2004). Arsitektur Bangunan Suci Masa Hindu-Buddha di Jawa Barat (PDF). Jakarta: Proyek Penelitian dan Pengembangan Arkeologi. ISBN 979-8041-35-6.