Danau Beira
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada April 2016. |
Danau Beira adalah sebuah danau yang berada di jantung kota Kolombo, Sri Lanka. Danau ini dikelilingi oleh banyak perusahaan besar di kota. Karena berbagai alasan luas danau ini telah berkurang dari 165 hektar pada 100 tahun yang lalu menjadi hanya 65 hektar pada saat ini. Selama era kolonial Portugis, dan Inggris danau itu digunakan sebagai sarana transportasi barang dalam kota. Hingga kini danau ini masih mempertahankan nama Portugis. Danau ini awalnya dibangun sebelum negara ini dikolonisasi, secara rumit dibangun terhubung ke banyak kanal guna menyediakan cara mudah memindahkan barang dalam kota dan kota-kota pinggiran.
Danau Beira | |
Jembatan ke pulau di bagian selatan Danau beira. | |
Informasi | |
---|---|
Lokasi | Kolombo |
Negara | Sri Lanka |
Koordinat | 6°55′44″N 79°51′18″E / 6.928752°N 79.855043°E |
Jenis objek wisata | Wisata alam danau |
Danau ini memiliki dua perairan yang terpisah. Sebuah perairan kecil yang berbatasan dengan Navam Mawatha dan perairan danau besar berbatasan D.R. Wijewardena Mawatha (sebelumnya Jalan McCullum) dua perairan ini dihubungkan oleh kanal sempit yang melintasi pulau Budak dan Markas Besar Angkatan Bersenjata Sri Lanka. Perairan ini bermuara ke Samudera Hindia di Galle Face.
Sejarah
suntingSebagai salah satu kawasan utama di Kolombo Danau Beira telah mendapat perhatian dari Portugis (1505-1656), Belanda (1656-1796) dan Inggris (1796-1948), yang memerintah Sri Lanka selama 443 tahun. Salah satu referensi paling tua tentang danau ini ditemukan dalam buku berbahasa portugis berjudul Conquista Temporal e Espiritual de Ceilao yang ditulis oleh Fernao de Queyroz dan diterbitkan pada tahun 1688. Dituliskan bahwa ketika raja Vijayabahu (1519-1521) mengepung Kolombo pada tahun 1521, kapten Portugis Lopo de Brito mengejar penyerang, membunuh dan melukai mereka sampai mereka mencapai sebuah sungai yang kemudian dibendung menjadi danau dan kelak digunakan sebagai benteng yang baik untuk pertahanan kota.[1]
Era Portugis
suntingSebuah koloni baru dibangun pada tahun 1555 ketika sebuah bala bantuan besar Portugis tiba dari Goa. Mereka membangun gedung dan perumahan disana dan berkembang menjadi kota Kolombo hari ini. Selama pengepungan tahun 1578 oleh prajurit Raja Mayadunne dari kerajaan Sitawaka, ia melihat kapal Portugis yang mengambang di danau dan bertekad untuk mengeringkan danau tersebut namun tetapi tidak berhasil. Anaknya, Raja Rajasinha I (1581-1593) beberapa kali mengepung Kolombo juga berusaha mengeringkan danau itu melalui kanal-kanal yang ada disekitarnya.[2]
Sebuah benteng didirikan pada sisi yang lain guna melindungi kompleks pergudangan dan posisi komunitas Portugis. Perlindungan disisi yang lain diisi oleh sebuah permukiman buat para budak Afrika yang diasingkan ke Sri Lanka. Sebagai tempat tinggal para budak ini, didirikan perumahan pada bagian daratan semenanjung yang menyerupai pulau dari sisi selatan danau. Permukiman para interniran di Pulau Budak ini kelak dilanjutkan pada periode penjajahan Belanda. Ketika Inggris menjajah Sri Lanka, tempat para budak ini dinamakan sebagai Slave Island (Pulau Budak).
Periode Belanda
suntingPada periode penjajahannya Belanda Selama masa penjajahannya Belanda mengembangkan tanaman kayu manis di Sri Lanka. Guna kemudahan transportasi kayu manis Belanda menghubungkan perairan danau ini dengan lautan melalui kanal dan menghubungkannya dengan aliran Sungai Kelani. Ini ditujukan untuk sarana transportasi kayu manis ketika kapal-kapal sulit mengangkut kayu manis melalui laut selama musim monsun barat selatan. Kayu manis itu disimpan di gudang sepanjang besar Danau Beira.
Selain itu sebuah celah besar dibangun untuk menjadi pusat perlintasan lalulintas kapal oleh Belanda. Di mana sebelum perlintasan itu sering disesaki oleh perahu kecil "Padda" dengan dasar yang datar digunakan untuk pengangkutan barang seperti kopra, lada, kayu manis dan arak dari penyulingan. Salah satu kanal mengalir melewati pergudangan untuk bergabung dengan pelabuhan dibagian lain hingga bergabung dengan pelabuhan laut di Galle Face. Kanal San Sebastian salah satu kanal utama mengalir dari celah besar itu melalui rawa-rawa Bloemendhal, melewati bagian lereng bukit Hulftsdorp dan berakhir di Danau Beira.[3]
Periode Inggris
suntingInggris yang kemudian mengambil alih Kolombo ketika itu luas keseluruhan danau masih sekitar 400 hektar. Catatan Inggris ketika itu melukiskan bahwa ketika itu Danau Beira merupakan salah satu danau biru yang indah. Danau disibukan oleh orang-orang yang berperahu ketika berangkat dan pulang dari tempat kerja mereka di benteng dan pergudangan. Area dipinggiran danau juga dijadikan sebagai sarana olahraga yang diminati oleh penduduk kota.
Sebuah pesta besar pernah diadakan ditepi danau ketika berita kemenangan Inggris dalam atas Napoleon sampai di Kolombo. Selama sekitar lima puluh tahun setelah itu kota Kolombo tidak banyak berubah. Perubahan baru datang pada tahun 1860-an. Ketika kereta api pertama melintasi jalur Kolombo ke Ambepussa pada tahun 1865. Pembangunan jalur kereta api telah dimulai setidaknya pada awal tahun 1864. Sebuah stasiun kereta api dibangun di Maradana pada bagian ujung timur danau.[4]
Sri Lanka Modern
suntingPada saat ini penduduk Kolombo tidak lagi menjadikan perairan danau sebagai sarana transportasi utama. Tetapi danau Beira telah menjadi salah satu tempat tujuan wisata yang populer di kota Kolombo. Para wisatawan lokal mengunjungi danau ini sebagai spot wisata yang bagus untuk berjalan-jalan pada sore hari. Pemerintah kota secara serius telah menata danau ini menjadi tempat yang menyenangkan. Tidak seperti beberapa tahun sebelumnya di mana danauini tercemar dengan polusi industri dan menjadi tempat berkumpulnya sampah perkotaan. Saat ini tidak lagi ditemui perubahan warna air, bau tak sedap dan kematian ikan akibat polusi.[5]
Melalui pendanaan asing dalam program pengembangan dan reklamasi yang dilakukan pemerintah Sri Lanka, wajah danau Beira dan jaringan kanal yang berhubungan dengannya direstorasi sebagaimana dulu diwariskan oleh Belanda.[6][7]
Referensi
sunting- ^ "The Beira Lake's rich history". 2013. www.sundayobserver.lk. Diakses tanggal 23 Oktober 2015.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Beira Lake - the beautiful cesspool". 2013. www.sundayobserver.lk. Diakses tanggal 23 Oktober 2015.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Da Silva, KM (2005). History of Sri Lanka. Penguin Books India. ISBN 978-955-8095-92-8.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Protecting historic Slave Island Railway Station". Community/Livelihood Development. John Keells Group. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 23 Oktober 2015.
- ^ "ACTIVITIES IN COLOMBO – A WALK AROUND BEIRA LAKE". 2013. www.srilankatourandholidays.com. Diakses tanggal 23 Oktober 2015.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Dutch Waterways in Sri Lanka". 2013. www.lankalibrary.com. Diakses tanggal 23 Oktober 2015.
- ^ Feyen, Jan, Neville, Matthew (2008). Water and Urban Development Paradigms: Towards an Integration of Engineering, Design and Management Approaches. CRC Press. ISBN 978-0-415-48334-6.
Pranala luar
sunting- Metro Colombo Urban Development Project Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine.