Dana lindung nilai

Dana lindung nilai adalah kontrak investasi kolektif privat yang dikenakan biaya imbal jasa berbasis kinerja dan biasanya ditawarkan secara terbatas kepada investor kelas atas.Di Amerika, dana lindung nilai hanya ditawarkan kepada investor terakreditasi saja, dan karena pembatasan inilah maka dana lindung nilai dikecualikan dari aturan-aturan SEC, NASD dan lembaga regulator lainnya.

Aktivitas dana lindung nilai dibatasi dengan suatu perjanjian yang mengatur mengenai pengelolaan dana secara khusus, sehingga pengelola investasi global dapat menerapkan strategi investasi yang rumit, melakukan transaksi jual panjang dan jual kosong terhadap aset, melakukan transaksi perdagangan berjangka, swap dan ataupun transaksi derivatif lainnya. Dana lindung nilai sering kali melakukan pula lindung nilai investasi mereka terhadap pergerakan harga ekuitas dan bursa, sebab target utama mereka adalah menghasilkan imbal hasil yang tidak berhubungan erat dengan pasar keuangan pada umumnya.

Pada banyak negara, dana lindung nilai dilarang untuk memasarkan jasanya kepada investor yang tidak terakreditasi tidak seperti aturan pada dana investasi ritel seperti reksadana dan dana pensiun. Dana lindung nilai adalah perusahaan pengelola aset gabungan yang dilakukan secara privat dan oleh karena akses pemasarannya kepada publik dibatasi oleh peraturan pemerintah maka sedikit sekali bahkan tidak ada kewajiban bagi dana lindung nilai untuk menyampaikan informasi privat mereka kepada publik.

Asal usul dan perkembangannya

sunting

Istilah hedge fund berasal dari cara pengelolaan dana yang ditemukan oleh Alfred Winslow Jones pada tahun 1949. Strategi A.W. Jones' ini adalah melakukan penjualan dengan cara "short" atas saham sewaktu ia melakukan pembelian saham lainnya, jadi dengan demikian telah dilakukan lindung nilai atas risiko pasar. Banyak "pangkalan investasi", "sindikat investasi", "kemitraan investasi" ataupun "dana oportunis" yang memiliki karakteristik berbeda-beda dalam dunia modern ini yang telah beroperasi sudah sejak lama sekali. Namun Jones adalah yang pertama kali melakukan kombinasi short selling, penggunaan daya ungkit (leverage), struktur kemitraan terbatas guna menghindari aturan, dan mengenakan 20% imbalan insentif untuk kompensasi atas perannya sebagai "mitra pengelola", dan oleh karenanya Jones diakui sebagai "bapak" (penemu) dari industri hedge fund.[1]

Hingga hari ini lindung nilai masih dilakukan dengan cara melakukan secara bersamaan transaksi pembelian saham secara long dan penjualan saham secara short, bahkan beberapa hedge fund sama sekali tidak memperdagangkan saham dan hanya melakukan transaksi pada instrumen keuangan lainnya termasuk kontrak berjangka komoditi, opsi, valuta asing dan surat hutang negara berkembang.

Aset yang dikelola oleh industri hedge fund ini berdasarkan data yang diumumkan oleh Chicago-based Hedge Fund Research Inc (HFR) pada kwartal kedua tahun 2006 total keseluruhannya bernilai 1.225 triliun USD . Angka ini naik sebanyak 20% dari tahun sebelumnya dan dua kali lipat dibandingkan tahun 2003. on the previous year and nearly twice the total three years earlier.

Oleh karena hedge fund menggunakan "daya ungkit" atau menggunakan utang untuk melakukan investasi, posisi transaksi yang dapat dilakukannya dipasar keuangan adalah lebih besar daripada aset sesungguhnya yang dikelola.

Hedge fund di Amerika telah berangsur-angsur menjadi "pemegang saham aktif" dengan cara mengamblil porsi saham yang cukup besar pada perusahaan dan melakukan pengambil alihan ataupun melakukan tekanan terhadap peningkatan kinerja manajemen.

Imbal jasa

sunting

Biasanya manajer hedge fund akan mengenakan dua macam biaya sebagai imbal jasa yaitu imbal jasa berbasis kinerja (performance fee) dan imbal jasa manajemen dalam bentuk persentase. Besaran imbal jasa manajemen ini umumnya berkisar antara 1.5% hingga 2.0%.

Imbal jasa berbasis kinerja

sunting

Imbal jasa berbasis kinerja atau lebih umum dikenal sebagai performance fee, dihitung secara persentase berdasarkan keuntungan / imbal hasil yang diperoleh sebagai hasil dari dana yang dikelola, sehingga makin besar hasil yang diperoleh maka makin besar imbal jasa yang diperoleh hedge fund. Pada umumnya, hedge fund mengenakan imbal jasa kinerja ini sebesar 20% dari pendapatan kotor yang diterima, namun rentang biaya ini sangat lebar dan berbeda-beda bahkan pada hedge fund ternama imbal jasa ini dikenakan lebih besar lagi.

Manajer pengelola mendalihkan bahwa imbal jasa berbasis kinerja membantu untuk menyelaraskan antara kepentingan manajer dan kepentingan investor secara lebih baik dibandingkan dengan imbal jasa dengan sistem "flat" yang tetap harus dibayarkan walaupun kinerjanya buruk. Namun pengenaan imbal jasa berbasis kinerja ini dikritik oleh banyak orang termasuk investor terkemuka Warren Buffett sebagai pemberian kepada manajer suatu insentif untuk mengambil risiko bahkan risiko yang besar yang merupakan suatu kebalikan dari imbal hasil besar dalam jangka waktu panjang. Sebagai upaya untuk mengatasi masalah ini maka sering kali digunakan sistem "High water mark", di mana manajer hanya memperoleh imbal hasil apabila nilai dari dana yang dikelolanya telah mencapai nilai bersih tertinggi dari yang pernah dicapai pada periode sebelumnya.

Beberapa hedge fund menggunakan sistem hurdle rates di mana imbal jasa tidak akan dikenakan hingga kinerja tahunan dari dana yang dikelola melampaui suatu nilai acuan seperti obligasi pemerintah atau suatu persentase tetap pada suatu jangka waktu tertentu.

Struktur hukum

sunting

Struktur hukum digunakan dalam menentukan kewajiban perpajakan bagi investor. Banyak hedge fund memiliki domisili hukum offshore pada negara-negara yang tidak berhubungan baik dengan manajer, investor, ataupun kegiatan operasional dari investasi dana, dengan tujuan agar pajak hanya dikenakan pada investor dan tidak dikenakan pajak tambahan pada dana yang dikelola.

Untuk para investor yang menjadi subjek pajak di Amerika, hedge fund sering kali dibuat dalam struktur "kemitraan terbatas" sebab jenis ini mendapatkan perlakuan pajak yang lebih menguntungkan di Amerika. Manajer hedge fund (yang biasanya dalam bentuk perusahaan) adalah "mitra umum" atau manajer dan si investor adalah "mitra terbatas" atau anggota. Dana tersebut dikumpulkan dalam suatu kemitraan atau perusahaan dan "mitra umum" atau manajer akan melakukan segala keputusan investasi.[2]

Untuk investor di luar Amerika dan lembaga pemerintah Amerika yang tidak dikenakan pajak di Amerika (seperti dana pensiun) di mana mereka tidak memperoleh keuntungan dari bentuk "kemitraan" ini maka sering kali struktur bagi investor tipe ini sdi buat dalam bentuk Dana offshore atau unit trust ataupun dalam bentuk perusahaan investasi.

Pada akhir tahun 2004, tercatat 55% dari hedge fund, yang mengelola hampir 2/3 dari total dana kelolaan, terdaftar pada Offshore Financial Centre. Lokasi offshore yang amat terkenal adalah di Cayman Islands kemudian British Virgin Islands dan Bermuda.

Lokasi onshore ini adalah jauh lebih penting dalam artian lokasi manajer hedge fund. Kota New York dan wilayah Gold Coast di Connecticut (biasanya Stamford, Connecticut and Greenwich, Connecticut) yang merupakan lokasi utama dari para manajer hedge fund dengan jumlah dua kali lipat dari jumlah hedge fund yang berada di London.[3]

Peraturan offshore

sunting

Banyak pusat keuangan offshore tampaknya mendukung pendirian hedge fund dengan menawarkan beberapa kombinasi layanan jasa, penerapan perpajakan yang menguntungkan, peraturan yang bersahabat dengan dunia bisnis dengan pusat keuangan yang utama termasuk di Cayman Islands, Dublin, Luxembourg, British Virgin Islands dan Bermuda. Diperkirakan Cayman Islands adalah pusat dari sekitar 75% dari hedge fund dunia, yang menguasai pangsa pasar hampir setengah dari industri hedge fund dengan nilai diperkirakan mencapai 1,225 triliun USD.[4]

Transparansi

sunting

Beberapa hedge fund, utamanya di Amerika, tidak menggunakan jasa pihak ketiga sebagai bank kustodian yang menyimpan aset mereka, di mana hal ini dapat membawa dampak terjadinya konflik kepentingan dan dalam kasus yang lebih ekstrem lagi dapat menimbulkan kecurangan.

Perusahaan manajemen hedge fund terkemuka

sunting

Seringkali juga dikenali sebagai perusahaan manajemen investasi alternatif .

Terminology

sunting

Lihat pula

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Steve Johnson, A short history of bankruptcy, death, suicides and fortunes, Financial Times, April 27 2007
  2. ^ [1] A Practitioner's Guide to Alternative Investment Funds
  3. ^ Hedge Funds, pg 2 Diarsipkan 2007-08-11 di Wayback Machine. International Financial Services London
  4. ^ Institutional Investor, 15 May 2006, Article Link Diarsipkan 2007-03-10 di Wayback Machine., although statistics in the Hedge Fund industry are notoriously speculative

Bacaan lanjut

sunting

Artikel penelitian

sunting
  • Agarwal, V., and N.Y. Naik, 2000, Multi-Period Performance Persistence Analysis of Hedge Funds, Journal of Financial and Quantitative Analysis, Vol. 35, No. 3.
  • Amenc, N., L. Martellini, and M. Vaissié, 2003, Benefits and Risks of Alternative Investment Strategies, Journal of Asset Management, Vol. 4, No. 2, pp. 96–118.
  • Asness, C., R. Krail, and J. Liew, 2000, Do Hedge Funds Hedge?, Journal of Portfolio Management, Vol. 28, No. 1, pp. 6–19.
  • Caslin, J. J., 2004, Hedge Funds, British Actuarial Journal, Vol. 10, No. 3, pp. 441–521.
  • De Souza, C., and S. Gokcan, 2004, Hedge Fund Investing: A Quantitative Approach to Hedge Fund Manager Selection and De-Selection, Journal of Wealth Management.
  • Fransolet, L. and J. Loeys, 2004, Have Hedge Funds Eroded Market Opportunities?, Journal of Alternative Investments, Vol. 7, No. 3, pp. 10–33.
  • Géhin, W., and M. Vaissié, 2005, Lighthouses Or Tricks Of Light? An In-Depth Look at Creating a Quality Hedge Fund Benchmark, The Journal of Indexes, May/June.
  • Géhin, W., and M. Vaissié, 2006, The Right Place for Alternative Betas in Hedge Fund Performance: an Answer to the Capacity Effect Fantasy, The Journal of Alternative Investments, Vol. 9, No. 1, pp. 9–18.

Makalah penelitian

sunting
  • Amenc, N., L. Martellini, and M. Vaissié, 2003, Indexing Hedge Fund Indexes, EDHEC Risk and Asset Management Research Center, Position Paper, December.
  • Amenc, N., and L. Martellini, 2003, Optimal Mixing of Hedge Funds with Traditional Investments, EDHEC Risk and Asset Management Research Center, Position Paper, February.
  • Amenc, N., and M. Vaissié, 2006, Determinants of Funds of Hedge Funds’ Performance, EDHEC Risk and Asset Management Research Center, Position Paper, February.
  • Géhin, W., 2006, The Challenge of Hedge Fund Performance Measurement: a Toolbox Rather Than a Pandora’s Box, EDHEC Risk and Asset Management Research Center, Position Paper, December.
  • Géhin, W., and M. Vaissié, 2004, Hedge Fund Indices: Investable, Non-Investable and Strategy Benchmarks, EDHEC Risk and Asset Management Research Center, Position Paper.
  • Giraud, J.R., 2005, Mitigating Hedge Funds’ Operational Risks: Benefits and limitations of managed account platforms, EDHEC Risk and Asset Management Research Center, Position Paper, December.
  • Goltz, F., L. Martellini, and M. Vaissié, 2004, Hedge Fund Indices from an Academic Perspective: Reconciling Investability and Representativity, EDHEC Risk and Asset Management Research Center, Position Paper, November.
  • Martellini, L. and V. Ziemann, 2005, The Benefits of Hedge Funds in Asset Liability Management, EDHEC Risk and Asset Management Research Center, Position Paper, October.

Penelitian akademik

sunting

Berita

sunting

Indices

sunting

Asosiasi

sunting

Pranala luar

sunting

Templat:Manajemen investasi