Daijiro Kato
Daijiro Kato (加藤 大治郎 , Katō Daijirō, 4 Juli 1976 – 20 April 2003). Awal karier balapnya dimulai sejak ia berumur 3 tahun. Pada tahun 1979, itu ia telah berlatih mengendarai motor pocket bike dan di usia 5 tahun ia telah mengikuti kejuaraan balap pocket bike bahkan sering menjadi juara. Saat usia 11 tahun ia mulai berlomba dengan mengendarai motor minibike, dan berhasil menjuarai semua kelas yang dilombakan di daerahnya.
Daijiro Kato | |
---|---|
Kebangsaan | Jepang |
Lahir | Saitama, Jepang | 4 Juli 1976
Meninggal | 20 April 2003 Suzuka, Prefektur Mie, Jepang | (umur 26)
No. motor | 74 (dipensiunkan untuk menghormati) |
Tahun 1998 Ia turun di GP 250 cc di GP Jepang sebagai pembalap wild card, dan berhasil menjuarainya. Pada tahun 2000 ia mengikuti GP 250 cc secara penuh dengan bergabung dalam tim Axo Honda Gresini. Hasilnya, ia berhasil menduduki peringkat 3 dunia dikelas tersebut dengan 259 poin dan 4 kali juara seri yaitu di sirkuit Suzuka (Jepang), sirkuit Estoril (Portugal), sirkuit Nelson Piquet (Brasil), dan sirkuit Motegi (Jepang).
Pada tahun 2001, dengan bergabung dengan tim Telefonica Movistar Honda dan mengendarai Honda NSR 250 pembalap bernomor 74 ini, meraih gelar juara dunia GP 250 cc. Ia meraih 11 kemenangan dari 16 seri yang dilombakan dan merebut 322 poin. Tahun 2002 ia pindah ke kelas MotoGP, bergabung dengan tim Fortuna Honda Gresini dan mengendarai Honda NSR 500 ia mampu menyaingi pembalap pabrikan Honda dan pabrikan lainnya yang menggunakan motor 4 tak 990 cc. Di pertengahan musim ia mendapat jatah Honda RC211V 4 tak 990 cc, dan langsung meraih posisi kedua di sirkuit Brno GP Ceko.
Musim 2003 ia membalap dalam tim yang sama dengan sponsor baru Telefonica Movistar dan turun penuh dengan RC211V. Sayang pembalap yang menjadi harapan Jepang untuk menjadi juara dunia pertama asal Jepang ini, pada seri pertama MotoGP 2003 di lap keempat GP Jepang pada tanggal 6 April, ia tewas setelah mengalami kecelakaan fatal dahsyat, motor Kato yang dikendarainya menabrak dinding pembatas lintasan dengan kecepatan tinggi dan hancur berkeping-keping di depan fansnya sendiri dan anehnya tidak dikibarkannya bendera redflag, Ia sempat bertahan hidup dan dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis dengan menggunakan helikopter. Berita kematian juara dunia GP 250 cc tahun 2001 ini merebak pada tanggal 20 April 2003, dua minggu setelah GP Jepang. Ia meninggalkan istri, seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang lahir beberapa waktu sebelum kecelakaan fatal naas itu terjadi.
Akhir hayat
suntingPada tanggal 6 April 2003, saat balapan pertama musim MotoGP di Grand Prix Jepang yang diselenggarakan di Sirkuit Suzuka, Kato mengalami kecelakaan fatal dan mengalami cedera parah di bagian kepala, leher, dan dada setelah terjatuh di tikungan 130R. Dia menabrak dinding dekat tikungan Casio Chicane di sirkuit dengan kecepatan sekitar 200 km/jam (125 mil/jam).
Komite Investigasi Kecelakaan menetapkan bahwa Kato mengalami kecelakaan fatal ketika ia kehilangan kendali atas sepeda motornya, yang memasuki kondisi nyaris oleng, diikuti oleh putaran yang tak terkendali sehingga ia keluar dari lintasan dan menabrak pembatas.[1] Awalnya, ia dan sepeda motornya menabrak pembatas ban, kemudian menabrak pembatas busa. Terdapat celah antara ban dan pembatas busa, dan Kato cedera parah saat kepalanya membentur tepi pembatas busa, menyebabkan dislokasi sendi antara dasar tulang tengkorak dan tulang belakang leher.[1]
Banyak pertanyaan yang muncul terkait tindakan para petugas di tikungan setelah kecelakaan tersebut. Kato terlempar kembali ke lintasan setelah menabrak pembatas dan tergeletak di samping garis balap.[1] Tergantung pada jenis balapan (ketahanan atau standar), ketika sebuah sepeda motor atau pembalap tidak mampu bertahan di lintasan balap, bendera merah dikibarkan dan balapan dihentikan, atau pada balapan ketahanan dan acara Kejuaraan Superbike Inggris, safety car dipanggil ke sirkuit untuk menetralisir balapan agar motor-motor yang berada di belakangnya dapat melaju dengan kecepatan rendah sehingga lintasan bisa dibersihkan dengan aman. Hal ini tidak terjadi setelah kecelakaan fatal Kato. Sebaliknya, para petugas di tikungan memindahkannya ke tandu dan keluar dari sirkuit, balapan tidak dihentikan. Kecelakaan fatal Kato adalah kecelakaan fatal pertama yang terjadi selama sesi balapan Grand Prix sepeda motor di Sirkuit Suzuka; kecelakaan ini merupakan kecelakaan fatal terakhir yang terjadi di sirkuit ini hingga Jules Bianchi pada Formula Satu Grand Prix Jepang 2014.
Komite Investigasi mencatat: "Menurut gambar yang disiarkan selama balapan, empat petugas penyelamat memegang Kato, yang pingsan dengan posisi telungkup di tengah lintasan, memegangi bahu kanannya, badan dan kedua kakinya, dan memindahkannya ke samping hanya beberapa puluh sentimeter di atas tandu. Tampaknya sudah cukup hati-hati untuk melumpuhkan area kepala dan lehernya. Namun demikian, ketika tandu digerakkan, kepala Kato terkulai secara nyata, dan tidak dapat disangkal bahwa hal ini mungkin telah mencederai lehernya."[1]
Kato menghabiskan dua minggu dalam keadaan koma setelah kecelakaan tersebut sebelum meninggal dunia akibat cedera yang dideritanya. Penyebab kematiannya tercatat sebagai infark batang otak. Banyak pembalap MotoGP yang mengenakan ban lengan hitam atau memasang nomor #74 kecil di kulit dan motor mereka pada balapan berikutnya di Afrika Selatan untuk memberikan penghormatan kepada pembalap yang tewas tersebut. Rekan setimnya, Sete Gibernau, kemudian mengenakan nomor #74 di baju balapnya sejak memenangkan balapan untuk mengenangnya. Belum ada balapan motor Grand Prix yang diadakan di Suzuka setelah kecelakaan fatal Kato, dengan alasan keamanan di fasilitas tersebut.
Selama balapan Suzuka 8 Jam 2003 yang diadakan pada bulan Juli, Honda memberikan penghormatan kepada Kato, pemenang Suzuka dua kali, dengan menyematkan nomor balapnya di motor Sakurai Honda milik Tadayuki Okada dan Chojun Kameya (yang terjatuh karena tumpahan oli di lap kedua), bersama dengan motor Nicky Hayden dan Atsushi Watanabe. Ketika Okada dan yang lainnya kembali ke pit dengan motor mereka yang rusak, Okada diizinkan untuk kembali keluar dengan motor cadangan, sebagai tanda penghormatan, tetapi tidak memenuhi syarat untuk menang karena motornya yang asli rusak parah. Dua jam kemudian, ia kembali ke pitlane untuk memarkir motornya di tengah tepuk tangan meriah dari para penonton. Di akhir balapan, motor Sakurai lainnya yaitu Yukio Nukumi dan Manabu Kamada (yang masih berlomba), naik ke atas mimbar untuk memamerkan helm Kato yang bertuliskan nomornya di bagian depan, serta fotonya di atas motor sebagai tanda penghormatan.
Setelah itu, FIM memensiunkan nomor Kato, dan nomor motor 74 tidak pernah lagi digunakan oleh pembalap manapun. FIM menobatkannya sebagai "Legenda" Grand Prix. Satoshi Motoyama, sesama pembalap Jepang yang membalap di Super GT dan teman masa kecil Kato, memakai nomor balap Kato di helmnya sejak kematian Kato.[2]
Warisan
suntingSebulan setelah kecelakaan fatal itu, pada tanggal 18 Mei, Honda menyelenggarakan sebuah acara di mana 9.000 orang, termasuk pemilik tim terakhirnya, Fausto Gresini, menghadiri gedung Aoyama di Tokyo, di mana sebuah kuil yang berisi pameran untuk Daiji-chan telah dibuat.[3]
Pada tahun 2006, Misano World Circuit Marco Simoncelli memberikan penghormatan kepada Kato, yang menghabiskan sebagian musimnya di daerah tersebut, dengan menamai jalan akses baru ke sirkuit Via Daijiro Kato. Kantor sirkuit tersebut terletak di jalan yang dinamai untuk mengenangnya.
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ a b c d "Report on the Results of Daijiro Kato's Accident at the Japanese Grand Prix" (PDF). moto-net.com. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 7 July 2004. Diakses tanggal 6 December 2011.
- ^ "MotoGP Legends". motogp.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Oktober 2011. Diakses tanggal 6 December 2011.
- ^ "In memory of Kato". Motorcycle Sport & Leisure, Agustus 2003, hlm.012. Diakses 16 Juli 2022