Raja Dagobert II (Bahasa Latin: Dagobertus; sekitar 650 – 23 Desember 679 M) adalah anak dari Sigebert III dan Chimnechild dari Burgundi. Seperti ayahnya, ia juga dianggap sebagai Santo oleh Gereja Katolik Roma, hari peringatannya tiap 23 Desember.

Saint
Dagobert II
King of Austrasia
Tremissis dari Dagobert II
Berkuasa676 – 23 Desember 679
PendahuluClovis III
PenerusTheoderic III
Kelahiranc. 650
Austrasia, Francia
Kematian23 Desember 679
Stenay-sur-Meuse, Ardennes, Francia
AyahSigibert III of Austrasia
IbuChimnechild of Burgundy

Kehidupan

sunting

Dagobert II lahir di Metz, anak Sigibert III, seorang raja boneka Austrasia dari klan Merovingia.[1]

Mayor Istana Austrasia, Grimoald the Elder, anak dari Pippin of Landen, dan penjaga Dagobert, sudah memiliki anak yang kemudian diadopsi Sigebert saat belum punya anak. Saat wafatnya Sigebert, Grimoald memproklamirkan tahta untuk anaknya dan mencukur (sebagai tanda pengabdian kepada agama sehingga dianggap tidak layak mengisi tahta kerajaan) dan mengasingkan Dagobert II ke Irlandia.[2]

Menurut cerita Dagobert sebenarnya akan dibunuh dan pengumuman kematiannya dibuat, tetapi ia kemudian diusir keluar dari, tampak sudah direncanakan dari awal, sepertinya untuk menjelaskan membisunya ibu Dagobert, Chimnechild. Ia mungkin bersekongkol dengan Grimoald untuk menjadikan Childebert sebagai raja, untuk kemudian menikahkan anaknya Bilichild dengan Childeric II agar garis keturunan Austrasia tetap terjaga.[3] Diperkirakan Chimnechild bukanlah ibu sebenarnya dari Dagobert, sehingga menjadi alasan meninggalkannya. Diperkirakan pula Childebert adalah anak haram dari Sigebert yang diangkat Grimoald sebagai anak untuk menyingkirkan Chimnechild dari persaingan dalam pewarisan tahta kerajaan.[1]

Dagobert dipelihara Desiderius, Uskup Poitiers, yang memiliki sekolah katedral. Ia dikirim ke biara di Irlandia, sebagai Slane dan dipercayakan kepada Wilfrid dari York, yang kemudian melatihnya sebagai pelayan muda di keluarga kerajaan Anglo-Saxon.[1] Kisah kuno menyebut ia menikah dengan Mechtilde, putri Anglo-Saxon, selama masa pengasingan.[4] Namun cerita bahwa salah satu anaknya adalah Saint Hermine, abbess of Oëren, and Saint Adula, abbess of Pfalzel adalah karangan, mungkin untuk membuat seolah adanya garis keturunan keluarga Merovingia.

Sementara itu, bangsawan Austrasia meminta Clovis II, Raja Neustria untuk mengusir dan mengeksekusi Grimoald dan Childebert dan menguasai Austrasia. Pilihan selanjutnya adalah Childeric II saudara Clotaire III, dengan Wulfoald sebagai wali. Raja muda ini kemudian terbunuh dalam perburuan pada tahun 675. Austrasia terpecah, sebagian bangsawan yang masih menginginkan darah Mengrovia memerintah, ingin Dagobert dipulangkan. Sementara lawannya ingin Clovis III dinobatkan sebagai raja.

Pemerintahan Dagobert memperlihatkan cerminan dari kompetisi dua kekuasaan, institusi istana Neustria dan Austrasia, yang berada di bawah dinasti Arnulfing yang kemudian menjadi dinasti Carolingian beberapa abad setelahnya.

Di antara konflik yang bergejolak antara Neustria dan Austrasia, Degobert juga terbunuh pada acara perburuan pada tanggal 23 Desember 679, di dekat Stenay-sur-Meuse, Ardennes, kemungkinan diperintah oleh Ebroin, mayor istana Neustria.[5]

Dagobert berkuasa hanya dalam waktu singkat, tanpa meninggalkan keturunan. Para tuan tanah di sekitar Rhineland membagi kekuasaan di antara mereka secara mandiri. Pippin II, mendominasi Austrasia, membiarkan tahta kosong hingga Pertempuran Tertru pada tahun 687, barulah ia menerima kekuasaan Theuderic III.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Oddens, Per Einar. "The Holy Dagobert II (652-679)", Roman Catholic Diocese of Oslo, July 17, 2005
  2. ^ J. Hoyaux, "Reges criniti: chevelures, tonsures et scalps chez les Mérovingiens," Revue belge de philologie et d'histoire, 26 (1948); J. M. Wallace-Hadrill, The Long-Haired Kings and Other Essays (London, 1962:154ff).
  3. ^ "The Oxford Merovingian Page". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-05-26. 
  4. ^ According to the eighth century Vita Sancti Wilfrithi ( Life of St Wilfrid), and also mentioned in one of the versions of the Vita Sancti Arbogasti by Utho Argentinensis.
  5. ^ St. Wilfrid's hagiographer, traditionally Eddius Stephanus, simply says Dagobert was killed "by the treachery of the leading men (per dolum ducum) and with the consent of the bishops." (Cited by Bruno Krusch in Monumenta Germaniae Historica. Scriptores rerum Merovingicarum, t. II, p. 509.) E. Vagandard argued in the Revue des Questions Historiques, t. LXXI (Jan 1, 1902), pp. 63-67, that Pippin, rather than Ebroin, was the more likely instigator, on the grounds that Eddius Stephanus, very hostile to Ebroin, would surely have mentioned Ebroin's complicity, had it existed.