Cumi asin
Cumi asin adalah cumi-cumi yang diawetkan dengan garam kering dan kemudian disajikan untuk disantap. Pengeringan atau penggaraman, entah dengan garam kering atau air garam banyak dipakai sebagai metode pengawetan makanan laut.[1] Cumi asin umum ditemukan di negara-negara pantai Asia, khususnya Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Hong Kong, Tiongkok Selatan, Korea Selatan dan Jepang. Di Indonesia, cumi asin biasa diolah menjadi aneka ragam hidangan, seperti sambal cumi, oseng cumi asing, hidangan cumi pedas, toping pada tumisan, hidangan aneka makanan laut, dan sebagainya.
Cumi-cumi asin adalah bahan makanan yang terbuat dari cumi-cumi yang dikeringkan dan diasinkan. Jenis jadinya ada dua yaitu cumi-cumi asin telur dan cumi-cumi asin biasa. Pengolahannya sebagai bahan makanan terlebih dahulu melalui perendaman atau perebusan dalam air yang panas. Cumi-cumi asin merupakan salah satu produk perdagangan internasional.
Pembuatan
suntingCumi-cumi asin dibuat dari bahan cumi-cumi segar. Pembuatannya hanya dengan dikeringkan.[2] Pengawetannya menggunakan garam.[3] Makanan yang dapat dibuat dari cumi-cumi asin dalam keadaan kering adalah cumi-cumi asin telur dan cumi-cumi asin biasa.[4] Bentuk cumi-cumi asin biasa adalah panjang dan rasanya kurang asin. Sedangkan cumi-cumi asin telur ukurannya lebih pendek tapi gemuk. Rasanya lebih asin dibandingkan dengan cumi-cumi asin biasa.[2] Ukuran cumi-cumi asin telur lebih besar karena bagian dalam tubuh cumi-cumi tidak dibuang. Sedangkan cumi-cumi asin biasa, bagian dalam tubuhnya sudah dibuang.[5]
Bahan masakan
suntingCumi-cumi asin dibuat sebagai makanan dengan digoreng terlebih dahulu. Rasa asinnya dapat dkurangi dengan merendamnya di dalam air sebelum digoreng.[4] Rasa asin pada cumi asin yang kering juga dapat dikurangi dengan merebusnya dalam air mendidih sebanyak 2-3 kali.[6] Selain mengurangi rasa asinnya, tekstur cumi-cumi asin menjadi lebih lunak setelah direndam dalam air panas.[7]
Cumi-cumi asin merupakan penambah rasa masakan dengan tambahan cabai hijau dan petai.[8] Cumi-cumi asin dapat diganti fungsinya sebagai bahan masakan dengan teri asin ataupun manyung.[9]
Perdagangan
suntingCumi-cumi asin merupakan salah satu produk cumi-cumi yang diperdagangkan secara internasional.[10] Harga jual cumi-cumi asin telur lebih mahal dibandingkan dengan cumi-cumi asin biasa.[5] Di Indonesia, cumi-cumi asin merupakan salah satu produk yang diminati masyarakatnya.[11]
Lihat juga
suntingReferensi
sunting- ^ M. Sugiyama (1989). Utilization of Squid. CRC Press. hlm. 201. ISBN 9789061914792.
- ^ a b S.Y., Suli (2009). 100+ Tips Pilihan Antigagal Memasak. Jakarta: Kawan Pustaka. hlm. 32. ISBN 979-757-387-7.
- ^ Yasa Boga (2010). Koleksi 120 Resep Masakan Ikan dan Hasil Laut Lainnya. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 17. ISBN 978-602-03-3006-8.
- ^ a b Sampul, Maria R (Januari 2004). Variasi Olahan Cumi-Cumi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 6.
- ^ a b Tim Dapur Demedia (2011). Lauk Sedap dari Ikan Asin untuk Sehari-hari. Jakarta: Demedia. hlm. 7. ISBN 979-082-040-2.
- ^ Dewi, Restu Utami (2018). Go Kitchen. Jakarta: Kawan Pustaka. hlm. 66. ISBN 978-979-757-662-2.
- ^ Indriani, Endang (2017). Homemade Cooking. Jakarta: PT. Kawan Pustaka. hlm. 61. ISBN 979-757-648-5.
- ^ Irawan, Icha (Mei 2019). Cooking with Love. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 170. ISBN 978-602-06-2122-7.
- ^ Buleng, Apri (2020). Sajian Sayur ala Rumahan. Jakarta: Demedia Pustaka. hlm. 36. ISBN 978-979-082-325-9.
- ^ Hutalala, A., Makapedua, D. M., dan Paparang, R. W. (Agustus 2013). "Studi Pengolahan Cumi-Cumi (Logilo Sp.) Asin Kering dihubungkan dengan Kadar Air dan Tingkat Kesukaan Konsumen" (PDF). Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan. 1 (2): 26.
- ^ Nurilmala, M., Nurjanah dan Hidayat, T. (Agustus 2018). Penanganan Hasil Perairan. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 111. ISBN 978-602-440-418-5.