Corythosaurus
Corythosaurus (Inggris: /ˌkɒrɪθoʊˈsɔːrəs/) adalah genus dinosaurus herbivora "berparuh bebek" (lambeosaurinae)[1] yang memiliki ciri khas berupa lambang/ tonjolan besar di bagian atas kepalanya, yang menyerupai helm. Hidup pada zaman kapur akhir (76-74 juta tahun yang Lalu)[2] di hutan dan dataran Amerika Utara.[3]
Corythosaurus
Periode Zaman Kapur Akhir
| |
---|---|
†Corythosaurus | |
Taksonomi | |
Filum | Chordata |
Kelas | Reptilia |
Ordo | Ornithischia |
Famili | Hadrosauridae |
Genus | †Corythosaurus Brown, 1914 |
Tipe taksonomi | †Corythosaurus casuarius Brown, 1914 |
Tata nama | |
Sinonim takson | Daftar sinonim
|
Spesies | |
|
Sejarah
suntingCorythosaurus pertama kali dinamai oleh seorang ahli paleontologi, Barnum Brown pada tahun 1914.[4] Nama Corythosaurus (pengejaannya seperti; core-ith-oh-sore-us atau koh-rith-oh-sore-us[2]) diambil dari bahasa Yunani "ˌkɒrɨθɵˈsɔrəs" yang memiliki arti "kadal helm Korintus". Penamaan ini berdasarkan pada bentuk tonjolan/ benjolan bulat di bagian atas kepala mereka menyerupai helm yang dikenakan prajurit korintus dari kota di Yunani kuno.[3]
Deskripsi
suntingDimensi tubuh Corythosaurus sendiri memiliki panjang sekitar 30 kaki (9,144 meter) dan mempunyai bobot kurang lebih 3-4 ton.[5] Spesies ini hidup secara berkelompok[1] dan termasuk dalam hewan pemakan tumbuhan (herbivora)[2] selain itu juga memiliki karakteristik yang unik selain tonjolan besar di bagian atas kepalanya diantaranya adalah; memiliki postur quadrupedal (mempunyai empat kaki) dan bentuk tubuhnya berdiri secara horizontal dari permukaan tanah. Lokasi ditemukannya fosil fragmen tulang dari Corythosaurus berada di wilayah amerika utara (Sungai Red Deer, Alberta, Kanada).[1] Hasil temuan yang sudah pernah diteliti dan dibukukan merupakan spesies dari Corythosaurus casuarius dengan objek penelitian pada tulang kerangka, sisa-sisa kulit (epidermis) dan otot-otot (musculature).[6]
Identifikasi
suntingCorythosaurus memiliki tonjolan berongga di atas kepalanya. Awalnya para peneliti menduga bentuk tersebut digunakan sebagai cadangan udara untuk pernafasan saat berada di bawah air atau sedang berenang. Namun penelitian selanjutnya menemukan bahwa tonjolan berongga ini memiliki struktur-struktur yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian ketika disalurkan ke udara.[3] Tonjolan berongga digunakan sebagai ruang resonansi yang salah satu fungsinya untuk memberi suara peringatan kepada individu-individu di sekitar jika ada predator atau pemangsa yang mendekati mereka. Suara tersebut berasal dari tonjolan berongga di atas kepalanya yang terhubung ke rongga hidung, sehingga apabila berbunyi akan terdengar seperti bunyi pada tiupan terompet. Selain Hal tersebut, bunyi kencang yang dimilikinya berfungsi sebagai pemikat lawan jenisnya.[1]
Pola Makan dan Ekosistem.
Corythosaurus memiliki habitat di tepian rawa-rawa dan danau, sekaligus bertahan hidup disana dengan mencari sumber makanannya berupa tumbuh-tumbuhan air yang bertangkai lunak. Penelitian awal tentang kelangsungan hidup Corythosaurus ini dilakukan di akhir abad kesembilan belas. Namun Penelitian tersebut hanya berdasarkan pada spesimen tulang tengkorak, rahang, dan gigi Corythosaurus yang tidak lengkap. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Corythosaurus hanya mampu memproses makanan yang berasal dari tanaman air. Serta dengan adanya penemuan sisa-sia ranting tanaman seperti "anyaman" yang menempel di antara tulang jari kaki mereka[3]
Teori ini dipatahkan setelah diungkapkan pada penelitian terbaru bahwa "anyaman" tanaman tersebut hanyalah sisa kulit Corythosaurus yang mengalami pembusukan dan membekas pada dagingnya.[3]
Berdasarkan Penelitian oleh Benso tahun 2010, Corythosaurus tergolong ke dalam spesies yang selektif terhadap makanannya. Mereka hanya memakan buah-buahan segar (frugivora) dan pucuk-pucuk tanaman yang masih muda (herbivora). Bukti kuat dari teori ini didapat setelah melakukan penelitian pada offset spesimen Corythosaurus. Pada bagian rongga dada , dapat diketahui makanan terakhir yang dimakan oleh Corythosaurus berasal dari sisa-sisa ranting, buah-buahan, dan pucuk-pucuk tanaman running atau konifer.
Karakteristik
suntingPenelitian terkait spesies dari Corythosaurus adalah Corythosaurus casuarius yang memiliki tengkorak relatif pendek dan paruh sempit.[7] Spesies ini memiliki beberapa karakteristik berdasarkan hasil penelitian pada skeleton/ kerangka, tendon dan musculature/ otot, serta epidermis.[6]
- Skeleton/ Kerangka. Kerangka Corythosaurus casuarius terdiri atas 103 vertebra/ ruas tulang belakang yang berurutan. ruas tulang belakang terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu ; 15 ruas tulang leher (cervical), 19 ruas tulang punggung (dorsal), 8 ruas tulang punggung (sakral), 61 lebih ruas tulang ekor (caudal), dan beberapa ruas tulang yang hilang. Tulang rusuk Corythosaurus lebih ramping dari tulang rusuk Trachodon atau Saurolophus. Tulang panggul menyerupai tulang panggul Hypacrosaurus dengan illium yang kurang dalam tetapi sangat melengkung. Bilah skapula (tulang belikat) tidak begitu melengkung dan luas. Panjang jari-jarinya hanya 3 inci (7,62 cm) lebih panjang dari humerus (tulang lengan atas). Tulang paha jauh lebih panjang dari tibia (tulang kering) dan fibula (tulang betis).[6]
- Tendon/ Urat Daging dan Musculature/ Otot-otot. Tendon dan otot-otot berada di bagian dorsal posterior, sakral, dan caudal anterior, serta berkembang dan melapisi ketiga tulang tersebut, tetapi tidak ditemukan di bagian cervical. Setiap tendon berasal dari pangkal tulang belakang, melewati ke belakang dan ke atas kemudian melewati sebelas tulang belakang dan melekat pada muka anterior tulang belakang ke-12 pada suatu titik sekitar dua inci dari atas. Mereka terbagi menjadi dua lapisan, lapisan luar dan lapisan dalam. Setiap lapisan saling berhadapan sejajar satu sama lain dan keduanya saling berhadapan secara diagonal dengan sumbu ruas tulang belakang. Di antara bagian tengah sakrum terdapat tiga rangkaian tendon saling berurutan, yakni lapisan luar, lapisan dalam, dan lapisan yang paling dalam.[6]
- Epidermis/ Kulit. Dalam setiap genus, pola kulit memiliki ciri khasnya masing-masing. Kulit merupakan tuberkolusis/ tuberkel/ sisik yang memiliki karakteristik tersendiri. Epidermis/ kulit di seluruh permukaan tubuh Corythosaurus digolongkan menjadi dua bagian, yaitu; tuberkel (tonjolan kecil) poligonal dan tuberkel kerucut besar. Pada Corythosaurus memiliki tuberkel yang seragam tanpa ada pola yang sama di bagian belakang, sisi, dan bagian ekor. Melalui proyeksi ke samping, tuberkel di bagian punggung dan ekor memiliki ukuran agak besar tetapi seragam. Tuberkel pada bagian punggung anterior dan aiai dalam paha memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tempat yang lain. Perut pada bagian panggul, ditandai dengan barisan besar tuberkel limpet seperti oval. Garis tubuh pada spesimen menunjukkan bahwa lehernya agak ramping, agak lebih dalam dan lebar; tubuh sempit dan dalam; ekornya sangat tipis dan menjauh ke belakang.[6] Kulit perut yang mendasari bagian pelvis (panggul) adalah karakteristik kulit dari genus ini. Di seluruh daerah ini kulit ditandai oleh barisan longitudinal dan kerucut besar yang menyerupai bentuk limpet (siput akuatik), dengan Panjang empat setengah sentimeter dan lebar tiga sentimeter, memanjang dalam baris yang sejajar anatara satu sama lain.[6]
Antropometri
suntingUkuran dan dimensi tubuh spesies dari Corythosaurus casuarius sedikitnya adalah sebagai berikut : [6]
Dimensi Tulang | Cm |
---|---|
Panjang tulang vertebra dan tengkorak (dihitung dari mulut ke ruas tulang ekor ke-61 | 935 |
Tinggi dari centrum ke tulang belakang ekor pertama | 47,5 |
Panjang tulang chevron dari ujung anterior | 38,5 |
Panjang tulang belikat | 89 |
Lebar tulang belikat | 20 |
Panjang tulang panggul utama (illium) | 103 |
Tinggi tulang illium | 20,5 |
Panjang tulang ischium | 103 |
Panjang tulang pubis ke ujung pubis | 100 |
Panjang tulang femur | 108 |
Panjang tulang kering (tibia) | 100 |
Panjang tulang betis ( fibula) | 95 |
Referensi
sunting- ^ a b c d "Corythosaurus". scienceviews.com. Diakses tanggal 2020-02-17.
- ^ a b c "Corythosaurus | Natural History Museum". www.nhm.ac.uk (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-02-17.
- ^ a b c d e B. S., Cornell University. "Corythosaurus Facts". ThoughtCo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-02-06.
- ^ "Corythosaurus". Prehistoric wildlife.
- ^ "Corythosaurus". Fossils Facts and Finds.com. Diakses tanggal 2020-02-17.
- ^ a b c d e f g Barnum, Brown (1916). "CORYTHOSAURUS CASUARIUS: SKELETON, MUSCULATURE AND EPIDERMIS" (PDF). Bulletin American Museum of Natural History. XXXVIII (35): 710–715.
- ^ Barnum, Brown (1914). "Corythosaurus casuarius, a new crested dinosaur from the Belly River Cretaceous ; with Provisional classification of the family Trachodontidae" (PDF). American Museum of Natural History. 33 (35): 560.