Compulsory figures
Compulsory figures merupakan segmen dari olahraga seluncur indah. Gerakan seluncur ini didefinisikan sebagai "pola melingkar yang dibuat oleh peseluncur di atas es untuk menunjukkan keterampilan dalam melakukan putaran secara rapi dan merata pada lingkaran". Compulsory figures menyumbang 60 persen dari total skor di sebagian besar kompetisi di seluruh dunia, sekitar kira-kira 50 tahun pertama seluncur indah sebagai olahraga hingga tahun 1947.
Seluncur ini terus mendominasi olahraga, meskipun nilai penting dari seluncur tersebut menurun, sampai Uni Seluncur Internasional (ISU) memilih untuk menghentikan gerakan seluncur ini sebagai bagian dari kompetisi pada tahun 1990. Pembelajaran dan pelatihan compulsory figures digunakan untuk menanamkan disiplin dan kontrol; beberapa komunitas peseluncur menganggap seluncur ini perlu diajarkan untuk mengajarkan keterampilan dasar peseluncur. Para peseluncur akan berlatih selama berjam-jam untuk mempelajari dan menjalankannya dengan baik, dan banyak orang yang seringkali membutuhkan waktu hingga delapan jam selama kompetisi untuk bersaing dan menilai seluncur tersebut.
Para peseluncur biasanya menggunakan compulsory figures, dan seluncur tersebut dinilai berdasarkan kehalusan dan akurasinya. Lingkaran merupakan dasar dari semua pola. Elemen lain dalam compulsory figures termasuk lekukan, perubahan kaki, perubahan ujung bilah, dan belokan. Para peseluncur harus membuat lingkaran yang tepat sambil menyelesaikan tikungan dan ujung bilah yang sulit. Bentuk sederhana "pola delapan" dijalankan dengan menghubungkan dua lingkaran; pola-pola lainnya termasuk pola tiga kelokan, kelokan balik, kelokan ayun, kelokan kurung, dan pola lingkaran.
Meskipun beberapa peseluncur terus mempraktikkan compulsory figures, dan beberapa pelatih masih mengajarkannya kepada peseluncur, banyak peseluncur dan pelatih percaya bahwa compulsory figures memberi peseluncur keuntungan dalam mengembangkan keselarasan, kekuatan inti, kontrol tubuh, dan disiplin. World Figure Sport Society telah mengadakan festival dan kompetisi seluncur ini yang didukung oleh Ice Skating Institute, sejak 2015.
Sejarah
suntingSejarah awal
suntingSeluncur ini adalah bentuk seluncur tertua dalam olahraga seluncur es, terutama selama 200 tahun pertama keberadaannya yang ketika itu merupakan kegiatan rekreasi yang sebagian besar dilakukan oleh pria. Seluncur kombinasi, atau disebut "pembuatan garis yang canggih dari pola yang geometris oleh kelompok peseluncur", mendominasi bentuk olahraga seluncur ini selama hampir 50 tahun di Inggris.[1] The Art of Skating, salah satu buku paling awal tentang seluncur indah, ditulis oleh Robert Jones pada tahun 1772 dan menjelaskan lima pola seluncur tingkat lanjut, tiga di antaranya diilustrasikan dengan pelat warna yang besar.[2] Kumpulan pola-pola seluncur Jones sangat terbatas dan menekankan teknik yang benar. Ia merupakan repertoar pola seluncur yang diterima dan menjadi hal mendasar di Inggris pada abad ke-18.[3] Edinburgh Skating Club, salah satu klub seluncur tertua di dunia, menggambarkan gabungan pola seluncur dan yang dilakukan oleh banyak peseluncur; pola delapan yang merupakan pola yang saling mengaitkan dua lingkaran adalah pola yang paling penting.[4] Menurut penulis Ellyn Kestnbaum, Edinburgh Skating Club mewajibkan calon anggota untuk lulus tes kecakapan dalam apa yang menjadi bagian dari compulsory figures.[5] London Skating Club, didirikan pada tahun 1830 di London, juga mewajibkan tes kecakapan bagi anggota dan memelopori seluncur gabungan, yang berkontribusi pada evolusi compulsory figures.[6] Seluncur indah di Prancis, yang diturunkan dari gaya olahraga seluncur Inggris dan dipengaruhi oleh balet, mengembangkan olahraga seluncur yang menekankan seni, posisi tubuh, dan keanggunan dalam eksekusi. Jean Garcin, anggota kelompok elit peseluncur di Prancis, menulis sebuah buku tentang seluncur indah pada tahun 1813 yang mencakup deskripsi dan ilustrasi lebih dari 30 gambar, termasuk serangkaian gambar lingkaran-delapan yang masih digunakan peseluncur sampai sekarang.[7]
George Anderson, pada tahun 1852 menulis dalam sebuah buku yang menggambarkan olahraga seluncur indah yang menggunakan gerakan mundur, termasuk gaya flying mercury dan shamrock, serta pola Q, yang menjadi pola dalam berbagai bentuknya dan menjadi bagian penting dari repertoar gerakan seluncur untuk tahun 1800-an. Anderson juga menggambarkan dua pola gabungan, yaitu pola salam (yang sudah dijelaskan oleh Jones) dan pola satelit. Pada tahun 1850-an, pola yang paling penting (pola delapan, tiga, dan Q) dikembangkan, dan membentuk dasar untuk seluncur indah pada saat itu.[8] Pada tahun 1869, Henry Vandervell dan T. Maxwell Witham dari London Skating Club menulis "System of Figure Skating", yang menjelaskan variasi dari tiga putaran seluncur (satu-satunya pola yang diketahui sebelum tahun 1860), yaitu kelokan ayunan (pertama kali dilakukan pada sepatu roda), kelokan balik, mohawk, pola lingkaran, pola Q, dan pola-pola lainnya.[9] Mohawk, putaran dua kaki pada lingkaran yang sama, kemungkinan besar berasal dari Amerika Utara.[10] Sejarawan seluncur James Hines juga menyebut pola grapevines yang mungkin ditemukan di Kanada, "yang paling Amerika dari semua pola".[11] Pola seluncur gaya Wina, seperti yang dijelaskan oleh buku Max Wirth pada tahun 1881, menggambarkan pola penghubung, yang akhirnya mengarah pada program selancar bebas modern.[12]
Pada tahun 1868, American Skating Congress, pendahulu dari U.S. Figure Skating, mengadopsi serangkaian gerakan yang digunakan selama kompetisi antara peselucur dari AS dan Kanada. Sampai tahun 1947, selama kira-kira 50 tahun pertama keberadaan seluncur indah sebagai olahraga, compulsory figures menyumbang 60 persen dari total skor di sebagian besar kompetisi di seluruh dunia.[13] Kompetisi lain yang diadakan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 termasuk seluncur khusus, seluncur indah bebas, dan wajib yang sebagian besar poin yang para peserta peroleh berasal dari bagaimana mereka melakukan serangkaian gerakan wajib yang sama.[14] Kompetisi seluncur indah internasional pertama diadakan di Wina pada tahun 1882;[15][16] menurut Kestnbaum, hal ini menjadi preseden untuk kompetisi di masa depan.[17] Para peseluncur diharuskan melakukan 23 gerakan compulsory figures, serta seluncur indah bebas selama empat menit, dan bagian yang disebut "Special Figures", di mana mereka harus melakukan gerakan atau kombinasi gerakan yang menonjolkan keterampilan tingkat lanjut mereka.[17]
Compulsory figures adalah bagian penting dari seluncur indah selama akhir abad ke-19 hingga 1930-an dan 1940-an. Kejuaraan Seluncur Eropa 1891 yang pertama hanya memasukkan compulsory figures.[18] Pada tahun 1896, Uni Seluncur Internasional (ISU) yang baru dibentuk mensponsori World Figure Skating Championships tahunan yang pertama di St. Petersburg. Kompetisi terdiri dari compulsory figures dan seluncur indah bebas.[19] Para peseluncur harus melakukan enam gerakan wajib, atau pola seluncur, sehingga juri dapat membandingkan peseluncur menurut standar yang ditetapkan. Compulsory figures bernilai 60 persen dari total skor peserta. Seluncur khusus tidak disertakan dalam Kejuaraan Dunia, meskipun mereka dimasukkan sebagai disiplin terpisah dalam kompetisi lain, termasuk Olimpiade 1908.[20]
Pada tahun 1897, ISU mengadopsi daftar dari 41 gerakan compulsory figures, masing-masing dengan tingkat kesulitan yang meningkat karena hal itu diusulkan oleh Inggris. Gerakan-gerakan compulsory figures yang berjumlah 41 tersebut tetap menjadi compulsory figures standar yang digunakan di seluruh dunia dalam pengujian kecakapan dan kompetisi hingga tahun 1990, dan seluncur indah Amerika Serikat terus menggunakannya sebagai disiplin terpisah pada 1990-an. Setelah Perang Dunia II, semakin banyak negara mengirimkan peseluncur mereka ke kompetisi internasional, jadi ISU memangkas jumlah angka menjadi maksimal enam karena waktu yang lama untuk menilai semua peserta.[20][13]
Tidak digunakan lagi
suntingCompulsory figures mulai diturunkan nilainya secara progresif pada tahun 1967, ketika nilai dari compulsory figures dan seluncur bebas diubah menjadi 50 persen.[21] Pada tahun 1973, jumlah pola dikurangi dari enam menjadi tiga, dan total nilai keseluruhannya diturunkan menjadi 30 persen, untuk memberikan ruang bagi pengenalan program singkat seluncur indah.[13][22] Hines menyatakan bahwa penurunan pentingnya compulsory figures disebabkan oleh "pemberian skor yang tidak adil".[23] Peseluncur wanita seperti Beatrix Schuba dari Austria disebut Hines sebagai "praktisi hebat terakhir dari compulsory figures".[23] Schuba memenangkan beberapa medali di akhir 1960-an dan awal 1970-an berdasarkan keindahan gerakan polanya, meskipun hasil seluncur bebasnya lebih rendah. Seperti yang dinyatakan Hines, "dia tidak dapat dikalahkan di bawah sistem penilaian yang mengutamakan pola".[23] Hines juga memperkenalkan seluncur indah ke siaran televisi, yang membantu meningkatkan popularitas olahraga sehingga mendorong berakhirnya compulsory figures. Penonton televisi tidak disuguhi segmen kompetisi compulsory figures, sehingga mereka tidak mengerti mengapa hasil yang ada bertentangan dengan apa yang mereka lihat di segmen seluncur bebas.[24] Penulis buku-buku mengenai olahraga seperti Sandra Loosemore setuju, menyatakan bahwa televisi adalah "kekuatan pendorong"[13] untuk perubahan aturan mengenai olahraga seluncur pada tahun 1968 dan tahun-tahun berikutnya. Olahraga seluncur tidak disiarkan di televisi karena tidak cukup menarik, sehingga pemirsa "tidak dapat memahami bahwa kompetisi dapat dimenangkan oleh peseluncur yang telah membangun keunggulan besar karena kesesuaiaian mereka dengan pola yang disyaratkan pada perlombaan tetapi kemudian memberikan penampilan biasa-biasa saja di bagian kompetisi yang ditampilkan di TV."
Pada tahun 1973, ISU menurunkan nilai dari compulsory figures dari 50% menjadi 40% dan menurunkan jumlah pola seluncur yang diharuskan tampil. Pada tahun 1977, jumlah jenis pola yang ada pada seluncur indah yang dapat dipilih untuk tampil semakin berkurang, menjadi enam pola per kompetisi.
Loosemore mengaitkan penurunan pentingnya seluncur dengan "kurangnya akuntabilitas publik"[13] dari juri kompetisi internasional dan perbedaan lain dalam penjurian, yang disebut Loosemore sebagai "penjurian kotor".[13] Dia berspekulasi bahwa liputan televisi mengenai olahraga tersebut lebih memperhatikan bagaimana cara penjuriannya, yang bertanggung jawab atas penurunan minat pemirsa pada seluncur indah sehingga membuat "penggemar tidak dapat memastikan bahwa juri menilai pada level yang sama, karena kompetisi seluncur tidak disiarkan di televisi."[13]. Loosemore juga berspekulasi bahwa "kelangkaan relatif gelanggang es dan latihan di atas es untuk beberapa pola di Eropa dibandingkan dengan Amerika Utara"[13] akhirnya membuat perbedaan dalam keputusan untuk menghapus pola dari kompetisi. Kestnbaum setuju, menyatakan bahwa penghapusan jumlah pola dimotivasi oleh keuangan, negara-negara dengan kelas menengah yang makmur atau pelatihan yang didukung pemerintah untuk para atlet yang memiliki lebih banyak keunggulan kompetitif dibandingkan negara-negara yang lebih kecil dengan gelanggang es dan sumber daya yang lebih sedikit untuk menghabiskan waktu lebih banyak daripada yang diperlukan untuk melatih kemahiran dalam membuat pola. Pada akhir 1970-an dan 1980-an, ada diskusi tentang menyingkirkan compulsory figures dari kompetisi internasional.[25]
Pada tahun 1988, ISU memilih untuk menghapus compulsory figures dari kompetisi seluncur tunggal internasional, untuk pria dan wanita, dimulai pada musim 1990-1991. Dari 31 asosiasi nasional pemberi suara, hanya AS, Kanada, Inggris, dan Selandia Baru yang menolak keputusan tersebut.[22] Dua musim terakhir compulsory figures dipertandingkan di kompetisi internasional adalah pada tahun 1989 dan 1990; hanya dua pola yang dibuat dan peserta yang menggunakan pola tersebut hanya memiliki nilai 20 persen dari skor keseluruhan para peserta.[13][25] Željka ižmešija dari Yugoslavia memainkan compulsory figures dalam kompetisi seluncur internasional, pada Kejuaraan Seluncur Tokoh Dunia 1990 di Halifax, Nova Scotia, pada 7 Maret 1990.[26]
Compulsory figures belum menjadi bagian dari kompetisi internasional atau sebagian besar nasional sejak tahun 1990. AS adalah salah satu federasi seluncur terakhir yang mempertahankan seluncur ini sebagai bagian dari tes keterampilan untuk tingkat yang lebih rendah. Seluncur ini kemudian terakhir kali dipertandingkan di Kejuaraan Seluncur Indah AS adalah di tahun 1999.[note 1] Amerika Serikat membuat jalur terpisah untuk seluncur ini daripada menghilangkannya seperti yang dilakukan kebanyakan negara lain, dan akhirnya memilih untuk menghilangkannya pada tahun 1997. Kanada juga mengakhiri tes kecakapan dalam compulsory figures pada tahun 1997. Menurut Loosemore, keputusan Amerika Serikat untuk mengganti persyaratan tes kecakapan seluncur yang tersisa untuk kelayakan kompetisi pada pertengahan 1990-an dengan moves in the files untuk menguji kemahiran "seluncur yang hilang sebagai disiplin kompetisi terpisah".[28] Penulis olahraga Randy Harvey dari Los Angeles Times memperkirakan bahwa seluncur bebas akan menjadi fokus dalam kompetisi internasional.[29] Hines, mengutip pelatih Italia Carlo Fassi, meramalkan pada tahun 2006 bahwa penghapusan seluncur ini akan mengakibatkan gadis-gadis muda mendominasi olahraga, sebuah pernyataan Hines sebut sebagai "profetik".[30]
Menurut Loosemore, setelah compulsory figures tidak lagi diperlukan, sebagian besar peseluncur berhenti melakukannya, sehingga mengurangi jumlah waktu yang mereka tawarkan kepada peseluncur yang ingin terus berlatih dengan gerakan seluncur ini dan pengurangan jumlah juri yang mampu menilai mereka.[13] Meskipun compulsory figures menghilang dari seluncur indah, pelatih terus mengajarkan seluncur ini dan peselancar terus mempraktikkannya karena seluncur ini memberi peseluncur keuntungan dalam mengembangkan keselarasan, kekuatan inti, kontrol tubuh, dan disiplin.[31] Para pendukung menyatakan bahwa seluncur ini mengajarkan keterampilan dasar berseluncur, mereka bersikeras bahwa jika peseluncur tidak menjadi mahir dalam seluncur ini, mereka tidak akan mampu melakukan program seluncur pendek dan panjang yang dilakukan dengan baik.[32][29] Juara Amerika dan penulis seluncur John Misha Petkevich tidak setuju akan pernyataan tersebut. Ia menyatakan bahwa keterampilan yang dibutuhkan untuk kemahiran dalam seluncur ini berbeda dari apa yang dibutuhkan untuk seluncur bebas, dan bahwa belokan dan ujung bilah yang dipelajari dalam compulsory figures bisa dipelajari dalam seluncur bebas dengan mudah dan efisien.[33] World Figure Sport Society telah mengadakan festival dan kompetisi compulsory figures, yang didukung oleh Ice Skating Institute, sejak tahun 2015.[34]
Eksekusi dari seluncur
suntingCompulsory figures, juga disebut school figures, adalah "pola melingkar yang dibuat oleh peseluncur di atas es untuk menunjukkan keterampilan dalam menempatkan putaran bersih secara merata di lingkaran bundar".[35] Compulsory figures juga disebut "patch", yaitu sebuah referensi ke petak es yang dialokasikan untuk setiap peseluncur untuk berlatih seluncur.[31][note 2] Sejarawan seluncur James Hines melaporkan bahwa compulsory figures "dipandang sebagai sarana untuk mengembangkan teknik yang diperlukan untuk peseluncur elit".[36] Dia menyatakan, "Karena tangga nada adalah bahan yang digunakan musisi untuk mengembangkan teknik mudah yang diperlukan untuk melakukan kompetisi besar, maka compulsory figures dipandang sebagai bahan yang digunakan peseluncur untuk mengembangkan fasilitas yang diperlukan untuk program seluncur bebas".[36] Hines juga menyatakan bahwa meskipun compulsory figures dan seluncur bebas sering dianggap sebagai "aspek yang sama sekali berbeda dalam seluncur indah", secara historis mereka tidak berbeda, dan bersikeras bahwa "spiral, kepakan sayap elang, lompatan, dan putaran pada seluncur indah, pada awalnya adalah seluncur individu".[37]
Para peseluncur diminta untuk membuat pola lingkaran-lingkaran menggunakan satu kaki pada satu waktu, menunjukkan penguasaan kontrol, keseimbangan, aliran, dan ujung bilah mereka untuk melakukan pembuatan pola lingkaran yang akurat dan bersih di atas es.[35] Compulsory figures digunakan oleh International Skating Union (ISU) pada tahun 1897 untuk kompetisi internasional terdiri dari "dua atau tiga lingkaran bersinggungan dengan satu, satu setengah, atau dua lingkaran penuh meluncur di setiap kaki, di beberapa dengan putaran atau putaran disertakan pada lingkaran".[20] Pola yang ditinggalkan para peseluncur di atas es, menjadi fokus ekspresi artistik dalam seluncur indah hingga tahun 1930-an, alih-alih bentuk yang dibuat oleh tubuh saat mengeksekusinya,.[38] Setiap pola memiliki tekniknya sendiri yang harus dikuasai peseluncur saat mengeksekusi lingkaran geometris yang sempurna, dan setiap nama pola mencerminkan teknik tersebut.[36]
Pola kualitas tertinggi memiliki pola pola yang bersinggungan di atas satu sama lain; ujung-ujung bilahnya ditempatkan dengan tepat, dan belokannya dibuat dengan tepat. Sedikit kesalahan penyelarasan atau pergeseran yang dikarenakan berat badan dapat menyebabkan kesalahan dalam pelaksanaan pola.[31] Juara seluncur Amerika Irving Brokaw bersikeras bahwa bentuk lebih penting untuk produksi pola daripada pembuatan pola itu sendiri karena peseluncur perlu menemukan posisi yang nyaman dan alami untuk menampilkannya.[39] Dia mengharapkan peseluncur untuk membuat pola seluncur tanpa melihat ke bawah karena hal itu karena dianggap memberikan "penampilan yang sangat ceroboh",[39] dan merekomendasikan agar mereka tidak menggunakan lengan mereka secara berlebihan untuk menjaga keseimbangan seperti pejalan kaki di atas tali. Brokaw ingin peseluncur tetap tegak dan menghindari membungkuk sebanyak yang mereka bisa. Brokaw juga berpikir bahwa kaki yang tidak digunakan untuk berseluncur, yang disebutnya "kaki keseimbangan", sama pentingnya dengan kaki penpola karena digunakan dalam eksekusi pola seperti halnya kaki penpola. Kaki penyeimbang juga harus ditekuk sedikit saja, karena ia percaya apabila terlalu banyak menekuk kaki tersebut akan menghilangkan kegunaannya dan tampak kikuk.[40]
Penulis Ellyn Kestnbaum mencatat bahwa peseluncur yang mahir dalam melakukan compulsory figures harus berlatih selama berjam-jam untuk memiliki kontrol tubuh yang tepat dan menjadi "sangat akrab dengan bagaimana pergeseran halus yang disebabkan keseimbangan tubuh di atas bilah sehingga mempengaruhi pola yang menjadi bekas di atas es".[41] Dia menambahkan bahwa banyak peseluncur berhasil membuat pola tersebut dan hasil nyata mereka menenangkan dan bermanfaat.[32] Penulis buku olahraga Christie Sausa bersikeras bahwa pelatihan compulsory figures "membantu menciptakan peseluncur yang lebih baik dan menanamkan disiplin, dan dapat dipraktikkan seumur hidup oleh peseluncur dari segala usia dan kemampuan".[31] Majalah Jerman bernama Der Spiegel menyatakan pada tahun 1983 bahwa compulsory figures dapat menahan kreativitas peseluncur karena tidak banyak yang berubah mengenai seluncur dalam 100 tahun kompetisi.[42]
Elemen figur
suntingSemua compulsory figures memiliki elemen berikut: lingkaran, lekukan, perubahan kaki, perubahan ujung bilah, dan belokan. Lingkaran, dasar dari semua seluncur, dilakukan pada sumbu yang panjang dan pendek. Para peseluncur harus membuat lingkaran yang tepat, sambil menyelesaikan tikungan dan ujung bilah yang sulit.[31][43] Sebagian besar pola menggunakan "putaran satu kaki tertentu yang tidak dilakukan dalam kombinasi dengan putaran satu kaki lainnya".[36] Setiap pola terdiri dari dua atau tiga lingkaran bersinggungan. Diameter setiap lingkaran harus sekitar tiga kali tinggi peseluncur,[note 3] dan jari-jari dari semua setengah lingkaran harus memiliki panjang yang kira-kira sama. Setengah lingkaran dan putaran harus dimulai dan diakhiri sedekat mungkin ke titik di mana sumbu panjang dan pendek berpotongan. Sumbu panjang pola ini membaginya secara membujur menjadi dua bagian yang sama besar, dan sumbu pendek pola membagi pola menjadi lobe yang berukuran sama.[43]
Kurva, yang merupakan bagian dari lingkaran, harus dilakukan dengan putaran yang tidak terputus dan dengan satu ujung bilah bersih, tanpa subkurva atau goyangan.[44] Brokaw bersikeras bahwa kurva harus dilakukan pada keempat ujung bilah sepatu roda, yaitu pada ujung bilah dalam dan luar saat meluncur ke belakang dan ke depan.[45] Dia menyatakan, "Pengendalian lingkaran-lingkaran inilah yang memberi daya dan kekuatan, dan menahan tubuh dalam sikap yang tepat dan anggun. Hal itu adalah termasuk pembuatan pola lingkaran besar ini, perubahan ujung bilah, tiga dan tiga ganda, kurungan, putaran, ayunan dan balikan, yang membentuk seni seluncur".[45] Lengkungan juga termasuk pula pola putaran paksa (atau bracket) dan si ular.[45]
Perubahan kaki, yang terjadi dalam waktu singkat oleh peseluncur dikarenakan memindahkan berat dari satu kaki ke kaki lainnya, diizinkan dalam pelaksanaan pola, tetapi harus dilakukan di zona simetris di setiap sisi sumbu panjang. Peseluncur dapat memilih titik yang tepat di mana mereka menempatkan kaki mereka di zona ini, meskipun biasanya tepat setelah sumbu panjang, dengan berat badan penuh pada sepatu luncur. Saat itulah penpolaan pola dimulai.[43] Perubahan ujung bilah terjadi pada titik di mana sumbu panjang dan pendek berpotongan. Polanya harus dibuat terus menerus dan simetris serta tidak boleh berbentuk S. Perubahan ujung bilah harus sesingkat mungkin, dan tidak boleh lebih panjang dari panjang bilah sepatu luncur.[note 4] Belokan meluncur dengan satu sisi bersih hingga dan setelah belokan, tetapi tanpa pola ganda, tidak ada selip atau goresan, atau tidak ada perubahan ujung bilah yang tidak sah baik sebelum, selama, atau setelah belokan. Titik puncak belokan harus berukuran sama, dan masuk dan keluar belokan harus simetris.[44]
Bentuk sederhana dari "pola delapan" dijalankan dengan menghubungkan dua lingkaran[38] yang "kira-kira tiga kali tinggi peseluncur[note 3] dengan satu lingkaran meluncur di setiap kaki".[13] Pola delapan memiliki empat variasi: ujung bilah dalam, ujung bilah luar, mundur, dan maju. Giliran yang ditambahkan pada titik tengah setiap lingkaran meningkatkan tingkat kerumitan. Pola lainnya termasuk pola tiga lobus dengan putaran balik atau putaran ayunan, yang diselesaikan pada titik di mana lobus disentuh.[13] Balikan dan ayunan harus dijalankan secara simetris, tanpa perubahan ujung bilah, dengan titik-titik putarannya mengarah ke atas atau ke bawah atau terletak di sepanjang sumbu panjang gambar, dan tidak dapat berparuh atau dikaitkan. Pola kurung, seperti pola tiga, harus dilakukan dengan meluncur di atas lingkaran, titik belokannya mengarah ke atas atau ke bawah atau terletak di sepanjang sumbu panjang dari pola.[44]
Para peseluncur juga menampilkan sekelompok pola yang lebih kecil yang disebut loops.[13] Diameter lingkaran bentuk loop harus kira-kira setinggi peseluncur, dan pola-pola tersebut tidak boleh memiliki goresan atau titik di atas es. Tempat di mana peseluncur masuk atau keluar dari persimpangan pola loop dan pusat loop harus berada di sumbu panjang pola, di mana loop dibagi menjadi dua bagian simetris. Pusat lingkaran loop ke tempat di mana peseluncur masuk atau keluar dari persimpangan lingkaran harus mengukur lima perenam dari diameter lingkaran. Panjang lingkaran harus sekitar sepertiga dari jarak dari tempat di mana peseluncur masuk atau keluar dari persimpangan lingkaran dari pola lingkaran ke sumbu pendek gambar. Lebar lingkaran harus sekitar dua pertiga dari panjangnya.[44] Pola Q dimulai dari ekor huruf tersebut, yaitu di ujung bilah luar skater. Pola ini juga dapat dimulai pada salah satu dari empat ujung bilah, dan arah di mana ia dapat meluncur dapat dibalik. Ketika lingkaran diluncur terlebih dahulu, pola ini disebut Q terbalik.[10] Bentuk-bentuk yang diubah dari pola Q sering kali tidak terlihat seperti huruf "q", tetapi "hanya menggunakan garis berkelok-kelok dan tiga putaran".[10] United shamrocks, spectacles (bentuk yang mengikuti bentuk kacamata), dan united roses adalah perubahan dasar dari pola Q.[10]
Karena tujuan dari seluncur adalah menggambar bentuk yang tepat di atas es, peseluncur harus berkonsentrasi pada kedalaman belokan (berapa banyak belokan masuk atau keluar dari lingkaran), integritas ujung bilah dan juga cusps (pola bulat ujung bilah yang mengarah ke dalam atau ke luar lingkaran), dan bentuk dari pola itu sendiri.[46] Ada tiga jenis tiga putaran: standar tiga, ganda tiga, dan paragraf ganda tiga. Tiga belokan harus meluncur pada sebuah lingkaran, titik belokannya mengarah ke atas atau ke bawah atau terletak di sepanjang sumbu panjang gambar tersebut.[44][13] Untuk ganda tiga, titik-titik kedua bertiga harus diarahkan ke pusat setiap lingkaran, dan harus membagi lingkaran menjadi tiga kurva yang sama. Kurva tengah harus membagi lingkaran menjadi dua bagian dengan sumbu panjang gambar.[44] Paragraf ganda tiga, yang dieksekusi pada tingkat kompetisi tertinggi, dilakukan dengan menelusuri "dua lingkaran dengan dua putaran di setiap lingkaran, semua dengan satu kaki dari satu dorongan".[13] Paragraf ganda tiga sulit dilakukan karena bentuk dan penempatan putaran harus simetris sempurna, putaran harus dilakukan pada ujung bilah yang benar tanpa goresan di atas es, dan lingkaran harus berukuran sama dan benar-benar bulat.[13] Semua compulsory figures gabungan tersebut diilustrasikan di bawah ini:
-
Pola delapan
-
Pola tiga putaran
-
Pola kelokan balik
-
Pola kelok ayunan
-
Pola kelok kurungan
-
Pola kelok lingkaran
Penilaian
suntingDer Spiegel membandingkan penilaian compulsory figures dengan karya ilmuwan forensik.[42] Setelah peseluncur menyelesaikan pola seluncur, juri meneliti lingkaran yang dibuat, dan proses itu diulang dua kali lagi. Menurut Randy Harvey, compulsory figures membutuhkan waktu lima jam untuk diselesaikan di Kejuaraan Nasional AS dan delapan jam di Kejuaraan Dunia.[29] Di Kejuaraan Seluncur Indah Eropa 1983, segmen compulsory figures dimulai pada pukul 8 dan berlangsung selama enam jam.[42]
ISU menerbitkan buku pegangan juri yang menjelaskan apa yang perlu dicari juri selama kompetisi compulsory figures pada tahun 1961.[47] Para peseluncur dinilai berdasarkan kelancaran dan aliran gerakan mereka di sekitar lingkaran, keakuratan bentuk tubuh mereka, dan keakuratan pola yang dijiplak di atas es. Juri mencatat hal-hal berikut: goresan, pola ganda yang menunjukkan bahwa kedua ujung bilah bilahnya bersentuhan dengan es secara bersamaan, penyimpangan dari lingkaran sempurna, seberapa dekat pola dari setiap pengulangan mengikuti satu sama lain, seberapa baik loop dibuat, dan kesalahan lainnya.[20]
Catatan
sunting- ^ Lauren Hill adalah peseluncur terakhir yang melakukan seluncur indah selama Kejuaraan Nasional AS; dia kemudian menjadi juara ketiga.[27]
- ^ Lihat dokumen sejarah "Peraturan Khusus Figur" untuk contoh peraturan kompetisi sebelumnya dan peraturan figur. Lihat terutama diagram angka, hlm. 12–21.
- ^ a b 5 hingga 7 m
- ^ 30 hingga 40 cm
Referensi
sunting- ^ Hines (2006), hlm. 4–5
- ^ Hines ( 2006), hlm. 25–26
- ^ Hines (2006), hlm. 27, 62
- ^ Hines (2006), hlm. 27
- ^ Kestnbaum, hlm. 58
- ^ Kestnbaum, hlm. 60
- ^ Hines (2006), hlm. 62–64
- ^ Hines (2006), hlm. 30–31
- ^ Hines (2006), hlm. 31, 32–34
- ^ a b c d Hines (2006), hlm. 34
- ^ Hines (2006), hlm. 59
- ^ Hines (2006), hlm. 67
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Loosemore, Sandra (16 Desember 1998). "'Figures' don't add up in competition anymore". CBS SportsLine. Archived from the original on 2008-07-27. Diakses tanggal 05 Februari 2022.
- ^ Kestnbaum, hlm. 81 –82
- ^ "History". International Skating Union. Diakses tanggal 05 Februari 2022.
- ^ Hines (2011), hlm. xx
- ^ a b Kestnbaum, hlm. 67
- ^ Hines (2011), hlm. 12
- ^ Kestnbaum, hal. 68
- ^ a b c d Kestnbaum, hlm. 82
- ^ Hines (2006), hlm. 197
- ^ a b "No More Figures in Figure Skating". The New York Times. Associated Press. 9 Juni 1988. hlm. D00025. Diakses tanggal 05 Februari 2022.
- ^ a b c Hines, (2006), hlm. 204
- ^ Hines (2006), hlm. 205
- ^ a b Kestnbaum, hlm. 86
- ^ Hines (2006), hlm. 235
- ^ "1999 State Farm U.S. Championships: All Figures Results". U.S. Figure Skating. Archived from the original on 2006-03-21. Diakses tanggal 05 Februari 2022.
- ^ Kestnbaum, hal. 88
- ^ a b c Harvey, Randy (8 Januari 1988). "It's Compulsory, but Is It Necessary?: For Now, Tedious Competition Counts; Debi Thomas Takes Lead". Los Angeles Times. Diakses tanggal 05 Februari 2022.
- ^ Hines (2006), hlm. 235–236
- ^ a b c d e Sausa, Christie (1 September 2015). "Figures revival". Lake Placid News. Lake Placid, NY. Diakses tanggal 05 Februari 2022.
- ^ a b Kestnbaum, hlm. 84
- ^ Petkevich, p. 21
- ^ "World Figure Championship & Figure Festival coming to Lake Placid, NY" (Siaran pers). Lake Placid, N.Y.: World Figure Sport Society. 25 April 2015. Diakses tanggal 05 Februari 2022.
- ^ a b Special Regs, hlm. 1
- ^ a b c d Hines (2006), hlm. 99
- ^ Hines (2006), P. 100
- ^ a b Kestnbaum, p . 59
- ^ a b Brokaw, hlm. 19
- ^ Brokaw, hlm. 19–20
- ^ Kestnbaum, hal. 73
- ^ a b c "Eiskunstlauf: Das Schlimmste". Der Spiegel (dalam bahasa Jerman). 7 Februari 1983. Diakses tanggal 06 Februari 2022.
- ^ a b c Special Regs, hlm. 2
- ^ a b c d e f Special Regs, hlm. 3
- ^ a b c Brokaw, hlm. 23
- ^ Petkevich, hal. 85
- ^ Hines (2011), p. xxv
Karya rujukan
sunting- Brokaw, Irving (1915). The Art of Skating. New York: American Sports Publishing Company. Diakses 07 Februari 2022.
- Hines, James R. (2006). Figure Skating: A History. Urbana, Illinois: University of Chicago Press. ISBN 0-252-07286-3.
- Hines, James R. (2011). Historical Dictionary of Figure Skating. Lanham, Maryland: Scarecrow Press. ISBN 978-0-8108-6859-5.
- Kestnbaum, Ellyn (2003). Culture on Ice: Figure Skating and Cultural Meaning. Middletown, Connecticut: Wesleyan University Press. ISBN 978-0819566416.
- Petkevich, John Misha (1988). Sports Illustrated Figure Skating: Championship Techniques (1st ed.). New York: Sports Illustrated. ISBN 978-1-4616-6440-6. OCLC 815289537.
- Special Regulations for Figures. U.S. Figure Skating Association. Diakses 07 Februari 2022.