Citraan adalah salah satu sarana kepuitisan yang digunakan oleh penyair untuk memperkuat gambaran pikiran dan perasaan pembaca.[1] Sarana ini berkaitan erat dengan pengalaman inderawi penyair atas objek-objek yang disebutkan atau diterangkan dalam puisi.[1] Guna tercapai kesinambungan maksud, pengalaman pembaca juga menjadi bagian dari sebuah proses pemahaman puisi.[1] Citraan bersifat deskriptif dan imajinatif yang diwujudkan dalam bentuk kebendaan melalui kata.[2] Jika dilihat dari fungsinya, maka hadirnya sebuah citraan bisa mengundang kembali ingatan pembaca atas berbagai pengalaman inderawi yang pernah dirasakan.[3] Oleh karena itu, kehadiran citraan tidak membawa kesan baru dalam pikiran melainkan melibatkan pembaca untuk terlibat dalam kreasi puitis.[3] Dalam membangun sebuah citraan yang menggugah perasaan, seorang penyair dapat melakukannya dengan dua cara, yaitu melalui deskripsi dan perlambangan (metafora).[4]

Jenis-jenis Citraan

sunting

Gambaran Citraan ada bermacam-macam, baik itu berkenaan dengan indra maupun gerak.[5] Berikut ini beberapa jenis Citraan:

  1. Citraan Penglihatan (Visual Imagery)[2]
  2. Citraan Pendengaran (Auditory Imagery)[2]
  3. Citraan Perabaan (Tactile Imagery)[2]
  4. Citraan Gerak (Kinaesthetic Imagery)[2]
  5. Citraan Penciuman (Olfactory Imagery)[2]
  6. Citraan Pengecapan (Gustatory Imagery)[2]

Citraan Penglihatan

sunting

Citraan Penglihatan merupakan Citraan yang bersentuhan dengan indra penglihatan.[5] Citraan penglihatan merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dalam puisi.[5] Rangsangan yang distimulus oleh citraan penglihatan mata kepada indra penglihatan tidak akan menjadikan bayangan imajinasi yang tidak terlihat seolah-olah nyata.[5]

Citraan Pendengaran

sunting

Citraan Pendengaran juga merupakan Citraan yang sering muncul dalam puisi dan dihadirkan dengan mengurai atau mendeskripsikan bunyi.[6] Penyair yang sering menggunakan jenis citraan ini disebut sebagai penyair auditif.[6]

Citraan Perabaan

sunting

Citraan Perabaan berkenaan dengan aktivitas perabaan.[7] Citraan Perabaan berkenaan dengan Citraan Gerak bahwa melalui Citraan ini, kita seolah-olah dihadapakan dengan sebuah benda padat dan selanjutnya dapat dipegang.[8]

Citraan Gerak

sunting

Kehadiran Citraan gerak bisa menimbulkan hal yang ditandai terkesan bergerak.[9] Hal yang digambarkan bergerak sebenarya tidak bergerak namun dilukiskan bergerak shingga terlihat hidup dan dinamis.[7]

Citraan Penciuman

sunting

Citraan ini merupakan citraan yang menonjolkan peran indra pembau.[10] Citraan ini merupakan jenis citraan yang paling jarang digunakan.[10]

Citraan Pengecapan

sunting

Citraan Pengecapan merupakan citraan yang berkenaan dengan indra pengecapan.[9] Citraan jenis ini juga digunakan dalam puisi.[10]

Dengan berbagai kategori yang telah disebutkan di atas, tidak menutup kemungkinan bila terjadi perpaduan berbagai jenis Citraan dalam sebuah puisi sekaligus.[10] Kesatuan dari berbagai Citraan di atas, akan memberi warna sebuah puisi.[10]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Rachmat Djoko Pradopo. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University Press. hlm. 80. 
  2. ^ a b c d e f g "Contoh-contoh Citraan dalam Puisi". AnneAhira. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-07. Diakses tanggal 4 April 2014. 
  3. ^ a b "Puisi". Siswapedia. Diakses tanggal 5 April 2014. 
  4. ^ Suminto A. Sayuti. Perkenalan dengan Puisi. Gama Gramedia. hlm. 173. 
  5. ^ a b c d Rachmat Djoko Pradopo. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University Press. hlm. 81. 
  6. ^ a b Rachmat Djoko Pradopo. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University Press. hlm. 82. 
  7. ^ a b Rachmat Djoko Pradopo. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University Press. hlm. 83.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "PP4" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  8. ^ Suminto A. Sayuti. Perkenalan dengan Puisi. Gama Gramedia. hlm. 176. 
  9. ^ a b Suminto A. Sayuti. Perkenalan dengan Puisi. Gama Gramedia. hlm. 174.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "BP3" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  10. ^ a b c d e Rachmat Djoko Pradopo. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University Press. hlm. 85.