Chen Qiushi
Chen Qiushi (Hanzi sederhana: 陈秋实; Hanzi tradisional: 陳秋實; Pinyin: Chén Qiūshí) adalah seorang advokat, aktivis, dan jurnalis publik yang dikenal atas liputannya mengenai unjuk rasa Hong Kong 2019-2020 serta pandemi koronavirus di Hong Kong dan Tiongkok. Keberadaannya kini tidak diketahui, Chen dilaporkan hilang sejak 6 Februari 2020.[1]
Chen Qiushi | |
---|---|
Lahir | 19 September 1985 (umur 39) Prefektur Daxing'anling (Tiongkok) |
Menghilang | 6 Februari 2020 (pada umur 34 tahun) Wuhan, Tiongkok |
Status | Hilang selama Error: Need valid year, month, day |
Almamater | |
Pekerjaan | Pengacara, citizen journalist |
Kehidupan awal
suntingChen lahir di Prefektur Daxing'anling, Heilongjiang. Ia memiliki gelar hukum dari Universitas Heilongjiang. Chen bekerja di sebuah kantor advokat di Beijing.[2]
Karier
suntingPada unjuk rasa di Hong Kong tahun 2019 yang menentang rancangan undang-undang ekstradisi Hong Kong, Chen mengkritik pemerintah di dalam liputannya terhadap unjuk rasa tersebut yang ia unggah ke situs media sosial Sina Weibo. Ia mengkritik pemerintah Hong Kong yang menyebut para pengunjuk rasa beraksi rusuh. Chen menyebutkan bahwa kebanyakan pengunjuk rasa justru bertindak damai. Beberapa hari setelah videonya diunggah, Chen ditahan oleh pemerintah Tiongkok. Video tersebut beserta akun milik Chen di Weibo pun dihapus. Sebelum dihapus, di Weibo, Chen memiliki lebih dari 740.000 pengikut.[3] The Guardian menyebutkan bahwa banyak komentar-komentar yang mendukung Chen di akun Weibo miliknya juga dihapus.[1]
Chen kemudian membuka akun di Twitter dan YouTube untuk membagikan liputannya. Pada penghujung tahun 2019, sebuah wabah koronavirus baru menyebar di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Chen pun pergi ke Hubei dan mengunjungi beberapa kota termasuk Wuhan serta mewawancarai warga setempat. Pada bulan Januari 2020, ia mengunjungi beberapa rumah sakit termasuk Rumah Sakit Huoshenshan yang kala itu masih dalam pembangunan. Di dalam liputannya, ia menyebutkan bahwa para dokter yang ia temui telah sangat lelah bekerja dan persediaan peralatan medis yang mereka miliki semakin tidak mencukupi. Pada sebuah video yang ia unggah tanggal 30 Januari, ia memperlihatkan suasana rumah sakit di Wuhan yang penuh dengan pasien-pasien yang dirawat di koridor. Chen teramati hanya mengenakan kacamata pelindung dan masker sementara beberapa wartawan media milik pemerintah mengenakan pakaian pelindung diri. Ia juga mengatakan di dalam liputannya bahwa ia tidak takut terhadap kekuasaan dan wewenang yang dimiliki Partai Komunis Tiongkok.[1][4] Pada awal Februari 2020, akun Twitter-nya telah memiliki 246.000 pengikut sementara saluran YouTube-nya memiliki 430.000 pelanggan.[5]
Chen mengunggah video terakhirnya pada tanggal 4 Februari sebelum ia dilaporkan menghilang. Di dalam video tersebut, ia mewawancarai seorang warga Wuhan bernama A Ming yang menyebutkan bahwa ayahnya kemungkinan tertular virus korona pada awal Januari saat melakukan pemeriksaan kesehatan. Ia menyebutkan bahwa tidak ada peringatan bahaya apapun saat itu terkait virus korona. Ayahnya kemudian meninggal akibat virus tersebut. Di dalam video tersebut pula, Chen mengatakan bahwa ia mengetahui kekhawatiran pengikutnya di media sosial bahwa ia berisiko untuk ditahan pemerintah. South China Morning Post menyebutkan bahwa keberadaan jurnalis publik seperti Chen menyoroti pentingnya pemberitaan pandemi koronavirus di Tiongkok beserta risikonya. Laporan Chen dinilai menyajikan berita yang berbeda dibandingkan dengan media seperti Caixin, Sanlian Lifeweek, atau juga media-media milik pemerintah yang disebut cenderung memiliki "batas" tertentu di dalam beritanya.[6]
Hilang
suntingChen dilaporkan hilang pada malam hari tanggal 6 Februari 2020. Keluarga Chen menyebutkan bahwa kabar terakhir yang mereka terima dari Chen adalah ia hendak meliput ke sebuah rumah sakit sementara. Beberapa teman Chen dilaporkan tidak dapat menghubunginya sejak pukul 7 malam pada hari itu. Salah satu teman Chen mengeluarkan cuitan di akun Twitter milik Chen untuk mengumumkan kabar tersebut.[1][7][8] Keesokan harinya pada tanggal 7 Februari, teman dan keluarga Chen menerima pemberitahuan dari polisi di Qingdao, tempat tinggal keluarga Chen, bahwa Chen telah ditahan untuk keperluan karantina. Keluarga dan teman Chen tidak diberi tahu tempat Chen ditahan. Menghilangnya Chen juga menjadi diskusi di forum media sosial Tiongkok, Weibo, meskipun topik mengenai Chen adalah isu yang dinilai sensitif di situs tersebut.[9][10]
Ketidakjelasan penahanan Chen menuai tanggapan internasional. Amnesty International melalui salah satu penelitinya, Patrick Poon, dalam sebuah wawancara dengan BBC pada pertengahan Februari menyebutkan bahwa tidak diketahui apakah Chen berada dalam tahanan atau dikarantina dengan paksa. Tidak ada informasi resmi apapun yang diterbitkan oleh pemerintah terkait menghilangnya Chen. Human Rights Watch melalui salah seorang perwakilannya menyebutkan bahwa pemerintah Tiongkok memiliki riwayat menyerang dan menahan orang-orang yang mengkritik pemerintah dalam sebuah keadaan darurat. Beberapa hari setelah Chen dilaporkan hilang, jurnalis publik lainnya yaitu Fang Bin juga dilaporkan hilang. Pada bulan Maret 2020, seorang jurnalis publik lainnya yaitu Li Zehua juga dilaporkan hilang.[11][12] Chen dimasukkan ke dalam daftar kasus "paling genting" menurut One Free Press Coalition dan Committe to Protect Journalist telah mengeluarkan seruan agar Chen dibebaskan.[13][14] Anggota Dewan Perwakilan Amerika Serikat, Jim Banks, melalui sebuah surat tanggal 31 Maret 2020 meminta Departemen Luar Negeri AS untuk menekan Tiongkok agar menyelidiki menghilangnya Chen, Fang, dan Li.[15]
Referensi
sunting- ^ a b c d Kuo, L. (2020-02-10). "Coronavirus: journalist missing in Wuhan as anger towards Chinese authorities grows". The Guardian. Diakses tanggal 2020-04-06.
- ^ "我是演说家"东北小伙陈秋实讲《大东北》解密"你瞅啥". 辽沈晚报. 2014-10-22. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-04.
- ^ Gan, N. (2019-10-16). "Chinese lawyer Chen Qiushi, censured over Hong Kong social media posts, vows to keep speaking out". South China Morning Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-10.
- ^ Li, J. (2020-02-06). "Wuhan virus: Chinese citizen journalist reports from quarantine zone". Quartz. Diakses tanggal 2020-04-06.
- ^ Gan, N.; Thomas, N. (2020-02-09). "He spoke out about the Wuhan virus. Now his family and friends fear he's been silenced". CNN. Diakses tanggal 2020-04-06.
- ^ Lew, L. (2020-02-15). "Missing citizen journalists highlight coronavirus reporting risks". South China Morning Post. Diakses tanggal 2020-04-06.
- ^ Chen, L. Y. (2020-02-07). "Citizen Journalist Covering Virus Outbreak From Wuhan Goes Missing". Bloomberg. Diakses tanggal 2020-04-06.
- ^ "These Are the 10 'Most Urgent' Threats to Press Freedom Amid the Coronavirus Pandemic". Time. 2020-04-01. Diakses tanggal 2020-04-06.
- ^ Thomas, N.; Culver, D. (2020-02-08). "Citizen journalist covering coronavirus forcibly quarantined by government in Wuhan, say friends". CNN. Diakses tanggal 2020-04-06.
- ^ Tenbarge, K. (2020-02-09). "A Chinese citizen journalist who went viral for his reporting on coronavirus from Wuhan has gone missing, and his family says he's been forcibly quarantined". Business Insider. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-03-13. Diakses tanggal 2020-05-07.
- ^ "Why have two reporters in Wuhan disappeared?". BBC News. 2020-02-14. Diakses tanggal 2020-04-06.
- ^ Kuo, L. (2020-03-01). "'They're chasing me': the journalist who wouldn't stay quiet on Covid-19". The Guardian. Diakses tanggal 2020-04-06.
- ^ "Here Are the 10 'Most Urgent' Threats to Press Freedom Around the World". Time. 2020-03-02. Diakses tanggal 2020-04-06.
- ^ "Chinese video journalist Chen Qiushi, who covered coronavirus, missing in Wuhan". Committee to Protect Journalists. 2020-02-10. Diakses tanggal 2020-04-06.
- ^ "US lawmaker seeks inquiry into disappearance of Chinese journalists". The Straits Times. 2020-04-02. Diakses tanggal 2020-04-06.
Pranala luar
suntingHe Traveled to Wuhan to Report on Coronavirus—and Hasn't Been Heard From Since, YouTube |