Charlie Danny Heatubun

Prof. Dr. Charlie Dany Heatubun (lahir 6 Desember 1973) adalah penemu pinang unipa (Areca unipa). Pinang itu ditemunya saat menjadi peneliti kehormatan dan profesor tamu di Royal Botanic Gardens, Kew, di Inggris. Dia berhasil menarik perhatian “Bapak Palem Dunia”, John Dransfield karena keberhasilannya menemukan 3 genus baru palem pada pertengahan Agustus, 2014.[1] Penemuannya yang terbaru adalah buah pinang yang dinamai “Areka Jokowi”. Pinang jenis baru ini merupakan hasil ekspedisi pada tahun 2015 yang dilakukan di wilayah perbatasan antara provinsi Papua dan Papua Barat. Pemberian nama Areka Jokowi disematkan sebagai bentuk penghargaan Universitas Papua (Unipa) kepada Presiden Joko Widodo yang telah memberikan perhatian sangat besar terhadap Papua.[2] Saat ini, Prof. Charlie tengah menyelesaikan bukunya yang berjudul Palm Of Guinea. Buku ini diharapkan menjadi catatan kekayaan botani Indonesia di Papua.[1] Charlie, dalam kajiannya di Jurnal Phytotaxa menjelaskan bahwa spesies tumbuhan pinang di Papua dan Salomon berasal dari India dan China bagian Selatan (yang berjumlah sekitar 50 spesies).[2]

Kini, Prof. Charlie Dany Heatubun menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah, Provinsi Papua Barat (Balitbangda) dan guru besar pada Fakultas Kehutanan, Universitas Negeri Papua bahkan menjadi Honorary Research Associate pada Royal Botanical Garden Kew, Inggris. Dia berpengalaman lebih dari 20 tahun sebagai peneliti sistematik palem dan survei botani di New Guinea, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan Utara.[1] Sebagai informasi, hutan di Papua merupakan salah satu penghasil hutan hujan tropis Indo-Malaya yang kaya akan jenis, marga dan famili khas. Bahkan, sampai saat ini, masih banyak masyarakat adat Papua yang menggantungkan hidupnya pada alam. Salah satu hasil alam di Tanah Papua yang memiliki banyak peran bagi kehidupan sehari-hari masyarakat Papua adalah pinang.[2]

Sayangnya, tanaman pinang unipa dikategorikan flora terancam punah. Habitatnya menjadi areal konsesi pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit. Padahal, palem unipa ini sangat unik. Jenis pinang unipa bersifat endemik. Pinang unipa tak ditemukan di tempat lain. Pinang unipa hanya ada di Desa Ayata, Aifat Timur, Kabupaten Maybrat, Papua Barat. Masyarakat setempat menyebutnya srah owei knu. Populasi pinang unipa sangat rendah, kurang dari ari 250 pohon dewasa. Pada satu plot 10 hektar hanya dijumpai dua tanaman pinang unipa dewasa. Heatubun berpendapat bahwa pembukaan lahan untuk tambang batu bara dan perkebunan sawit bisa menurunkan populasi. Bentuk pinang unipa memiliki potensial untuk menjadi tanaman hias (ukurannya lebih kecil dibandingkan pinang lain). Pinang yang ditemukan Charlie ini dinamakan palem unipa untuk menghormati Universitas Negeri Papua (Unipa) di Manokwari, Papua Barat.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c "PROFIL KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT". Balai Penelitian dan Pengembangan Daerah. Diakses tanggal 26 Februari 2020. 
  2. ^ a b c "Pinang, Simbol Perekat Masyarakat Papua". Greeners.Co (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-02-26. 
  3. ^ Utomo, Yunanto Wiji (ed.). "Pinang Unipa, Jenis Baru yang Terancam". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-02-26. 

Lihat juga

sunting