Carlo Hein Tabalujan, 18 April 1924 – 10 Oktober 2011 adalah pebisnis dan entrepreneur Indonesia keturunan Hokkian. Ia pendiri dan pemimpin perusahaan konglomerat PT. Sumber Selatan Nusa.

Carlo Hein Tabalujan
LahirTan Tjin Hin
(1924-04-18)18 April 1924
Buitenzorg, Dutch East Indies
Meninggal10 November 2011(2011-11-10) (umur 87)
KebangsaanIndonesian
Carlo Tabalujan
Hanzi tradisional: 譚欣下巴

Awal kehidupan

sunting

Lahir di Buitenzorg (sekarang Bogor) pada tahun 1924, Tan Tjin Hin mengadopsi nama Indonesia, Tabalujan setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 [1] Ia anak keempat dari seorang pedagang keturunan China di kota kecil di dekat Bogor. Keluarga ini kemudian pindah ke Manado dan hidup makmur sampai pecahnya perang dunia kedua pada tahun 1941.[2] yang berakibat musnahnya seluruh kekayaan mereka.

Dididik dalam suasana kampus Anglo-China di kepulauan Kulangsu dekat Xiamen, (Amoy) dan kuliah bisnis di Jakarta, Carlo Tabalujan pada tahun 17 tahun, Carlo kesulitan hidup sendiri tanpa sokongan dana dari keluarga saat Jepang menguasai Jawa. Ia bertahan hidup selama 3,5 tahun berkat bantuan teman-teman sekelasnya dan bekerja dengan bayaran minim. Tahun 1945, ia mendapat pekerjaan sesungguhnya sebagai British Seaforth Highlanders, bagian dari pasukan sekutu yang berusaha menguasai Indonesia kembali dari Jepang.[3]

Bisnis

sunting

Tahun 1945, ia mulai berdagang dengan menyewa meja di sebuah kantor seorang pebisnis. Dari awal yang sengsara tersebut, Carlo Tabalujan membuktikan dirinya bisa berhasil dalam perdagangan internasional dan bisnis manufaktur. Ini termasuk pula hubungan baik dengan banyak perusahaan internasional dengan mitra-mitra bisnis lamanya, yang berujung pendirian joint venture yang mengendalikan beberapa perusahaan dengan payung Sumber Selatan, termasuk PT Nestlé Indonesia, PT Danapaints Indonesia, PT Century Batteries, PT Maskapai Ansuransi; Union-Far East dan PT Dan Motor Indonesia Vespa, yang pada waktu itu menjadi salah satu produsen dan distributor motor terbesar di Indonesia.[3] Tahun 1994, ia memperkuat hubungan dengan mendirikan joint venture bersama Kawasaki untuk mendirikan industri motor dan industri mesin berat.

Tahun 1972, monopoli yang diberikan The Australian Dairy Board berakhir, sehingga Nestle Indonesia harus mendiversifikasi produknya untuk bisa memasuki pasar lokal. Produk-produk seperti Nescafé, Milkmaid, dan Dancow didirikan. Carlo Tabalujan berhasil mempertahankan posisinya sebagai anggota board Nestle Indonesia bersama dua anak tertuanya, Hans dan James Tabalujan.

Kehidupan pribadi

sunting

Carlo menikah dengan Tine Kamboean dan memiliki empat anak laki-laki dan satu anak perempuan, Hans G. Tabalujan, James D. Tabalujan, Heyley L. Tabalujan, Peter L. Tabalujan dan Benny Tabalujan. Dari mereka semua, ia memiliki 15 cucu dan tiga buyut.

Autobiografi

sunting

Kisah hidupnya ditulis dalam buku berjudul Fifty Years of Business in Indonesia, yang menceritakan perjalanan hidup sejak masa pra-perang di Indonesi, sebagai remaja 17 tahun yang bertahan hidup tanpa sokongan dana dari keluarga saat Jepang menguasai Indonesia, dan kemudian mendirikan kerajaan bisnisnya hanya dengan menyewa meja dan telepon.

Buku lainnya, Carlo Tabalujan with Richard Tallboys diterbitkan oleh The Pentland Press, Edinburgh-Cambridge-Durham-USA pada tahun 1996.

Catatan

sunting

Bibliography

sunting
  • Economic bulletin – Singapore International Chamber of Commerce

Who's who in the world, 1991-1992-Marquis Who's Who, 1990 – Biography & Autobiography – 1218 pages

Pranala luar

sunting
  • (dalam bahasa Indonesia) [1]
  • (dalam bahasa Indonesia) [2]