Carl Gustav Jung

Psikiater dan psikoterapis Swiss yang mendirikan psikologi analitis (1875-1961)
(Dialihkan dari Carl jung)

Carl Gustav Jung (Swiss: karl gʊstaf jʊŋ, Carl Gustav Jung 26 Juli 1875 – 6 Juni 1961) adalah seorang psikolog yang berasal dari Swiss, ia yang merintis dan mengembangkan konsep psikologi analitik atau psikoanalisis.[21]

Carl Gustav Jung
Jung ca 1935
LahirKarl Gustav Jung
(1875-07-26)26 Juli 1875
Kesswil, Thurgau, Swiss
Meninggal6 Juni 1961(1961-06-06) (umur 85)
Küsnacht, Zürich, Swiss
AlmamaterUniversitas Basel
Dikenal atasPencetus psikologi analitis
Suami/istri
(m. 1903; meninggal 1955)
Anak5
PenghargaanGelar doktor kehormatan dari Anggota Kehormatan Royal Society of Medicine
Karier ilmiah
Bidang
InstitusiBurghölzli, (Perwira di Angkatan Bersenjata Swiss saat berlangsungnya Perang Dunia I)
Pembimbing doktoralEugen Bleuler
Terinspirasi
Menginspirasi
Tanda tangan

Pendekatan Jung terhadap psikologi yang khas dan membawa pengaruh yang luas di bidang tersebut terjadi karena konstruksi konsep pemahamannya tentang "psikhe" atau kepribadian melalui eksplorasi ke dalam konteks mimpi, seni, mitologi, agama serta filsafat.[22] Bagi Jung, kepribadian merupakan kombinasi yang mencakup perasaan dan tingkah laku manusia, baik di dalam keadaan sadar maupun tidak sadar sehingga kepribadian seseorang dibentuk oleh banyak aspek. Meskipun ia terkenal sebagai seorang psikolog teoretis dan praktis dalam sebagian besar masa hidupnya, ia juga turut berkarya dalam bidang filsafat Timur dan filsafat Barat, alkimia, astrologi, sosiologi, juga sastra dan seni. Jung juga menekankan pentingnya keseimbangan dan harmoni.[23] Eksplorasinya ke dalam bidang-bidang tersebut semakin menguatkan pemahamannya bahwa manusia modern yang terlalu banyak mengandalkan sains dan logika perlu terintegrasi dan apresiatif terhadap dunia bawah sadar karena mereka tidak butuh pengembangan logika tetapi juga spiritualitas.[24]

Latar belakang

sunting

Carl Gustav Jung adalah anak laki-laki tunggal dari Paul Jung. Ayah Jung adalah seorang pendeta Gereja Protestan yang melayani di sebuah pedesaan di kota kelahiran Jung.[22] Ibunya bernama Emilie Preswerk Jung. Keluarganya termasuk kelas menengah ke atas dan berpendidikan. Oleh karena itu, Jung memiliki pemikiran yang eksentrik berkat pengetahuan yang juga dibagikan oleh anggota keluarganya.[23] Ayah Jung mengajarinya bahasa Latin ketika ia berusia enam tahun.[23] Pengajaran yang diberikan oleh Ayahnya inilah yang menjadi awal tumbuhnya minat Jung dalam bidang bahasa dan sastra sehingga Jung bertumbuh dalam minat pengembangan pengetahuan bahasa-bahasa Eropa Barat Modern. Ia pun tercatat dapat membaca dan menerjemahkan beberapa bahasa kuno, termasuk Sanskerta. Di samping itu, Jung juga menerima warisan ajaran agama yang baik dari ayahnya, sehingga kemudian Jung memiliki minat besar terhadap masalah keagamaan.[23] Inilah yang mempengaruhi konsep psikologinya Kristus dan psikologi tentang Protestan dan Katolik.[23]

Penelitian ilmiah Jung di bidang psikologi berawal setelah ia mengundurkan diri sebagai dosen di Fakultas Kedokteran di Universitas Basle dan mulai surat menyurat dengan Sigmund Freud sekitar tahun 1900-an. Pada tahun 1907, ia berjumpa langsung dengan Freud di Wina.[22] Perjumpaan itu menginspirasi Jung untuk berkarier dalam bidang psikologi.[22] Kekagumannya dengan Freud baik pemikiran dan cara bertemannya, membuat Jung kemudian membangun dan mengoordinasi perkumpulan Freud di Zurich, karena Freud akan menjadi panutan untuk para pegiat psikologi muda lainnya pada tahun yang bersamaan.[23] Oleh karena kualitas diri Jung, maka ia kemudian dipercaya untuk mengoordinasi kongres psikologi international tahun 1908 dan berhasil melaksanakannya, sehingga tiga tahun kemudian Jung terpilih sebagai ketua Persatuan Psikologi Internasional (IPS) untuk yang pertama kalinya.[22]

Ada sebuah masa yang sangat penting bagi Jung, karena mempengaruhinya dalam membangun teori-teori psikologi yang relevan pada zaman itu, yakni Perang Dunia I.[25] Di masa ini, Jung sadar bahwa pengaruh agama dan ritual dalam kehidupan individu sangatlah penting guna merendam situasi dan kondisi yang ada. Masa ini menjadi titik balik baginya untuk kembali menggumuli penelitian terdahulunya. Setelah peristiwa itu usai, Jung melakukan perjalanan ke beberapa belahan dunia yang dihuni suku-suku primitif di Amerika dan India.[22] Dia mulai menarik diri dari kehidupan publik setelah istrinya meninggal tahun 1955.[25] Setelahnya, C.G. Jung pun meninggal pada tanggal 6 Juni 1961 di Zurich.[23]

Kiprah dalam Ilmu Psikologi

sunting

Perubahan fokus Jung yang mendalami dunia psikologi diinspirasi oleh penyelidikan Freud.[26] Temuannya mengkonfirmasi banyak ide Freud, dan, untuk jangka waktu lima tahun (antara 1907 dan 1912), ia adalah kolaborator erat Freud. Dia memegang posisi penting dalam gerakan psikoanalisis dan secara luas dianggap sebagai penerus yang paling mungkin bagi perkembangan psikoanalisis.[27] Tapi ini bukan hasil dari hubungan mereka. Sebagian karena alasan temperamental dan sebagian karena perbedaan sudut pandang, kolaborasi yang utuh.[28] Pada tahap ini, Jung berbeda dengan Freud sebagian besar atas desakan yang terakhir pada basis kajian seksual neurosis. Ketidaksepakatan serius terjadi pada tahun 1912 yang ditandai dengan terbitnya karya Jung berjudul Wandlungen und Symbole der Libido (Psikologi Ketidaksadaran, 1916), yang bertentangan dengan banyak ide Freud. Meskipun Jung telah terpilih sebagai presiden International Psychoanalytic Society pada tahun 1911, ia mengundurkan diri daripada tahun 1914.[29]

Konsep terkemuka Jung yang melampaui Freud adalah pembedaan dua kelas orang menurut sikapnya: ekstraversi (outward-looking) dan introversi (inward-looking).[30] Kemudian dia membedakan empat fungsi pengetahuanpikiran, perasaan, sensasi, dan intuisi — yang dominan dalam diri setiap individu. Jung juga memandang mimpi sebagai sesuatu yang luar biasa dan fantasi yang kuat karena intensitasnya yang tidak biasa.[29] Oleh karena itu, mimpi bersifat simbolik sehingga tidak dapat secara gamblang dan mudah dipahami karena intensi personal yang terkandung di dalam karakteristiknya.[31]

Jung juga tidak sependapat dengan Freud mengenai seksualitas.[29] Dia percaya libido bukan hanya energi seksual, tetapi juga energi psikis yang umum sehingga itu juga berfungsi untuk memotivasi individu dalam sejumlah cara penting, termasuk hal spiritualitas, intelektualitas, dan kreativitas.[32] Bahkan, libido dalam perspektif Jung merupakan sumber motivasi individu untuk mencari kesenangan dan mengurangi konflik.[33]

Perbedaan lainnya antara Jung dan Freud tampak dalam konsep ketidaksadaran kolektif (atau transpersonal). Ketidaksadaran kolektif Jung ini adalah kontribusinya yang paling orisinal dan kontroversial dalam teori kepribadian. Kontribusinya ini menyoal tingkat ketidaksadaran yang juga dimiliki manusia lainnya yang terdiri dari ingatan laten dari masa lalu leluhur dan proses evolusi.[34] Menurut Jung, pikiran manusia memiliki karakteristik bawaan yang “tercetak” padanya sebagai hasil evolusi. Kecenderungan-kecenderungan universal ini berasal dari masa lalu leluhur manusia. Ketakutan akan kegelapan, ular dan laba-laba mungkin menjadi contoh, dan menarik bahwa gagasan ini baru-baru ini dihidupkan kembali dalam teori prepared condition.[31]

Setelah banyak mengkritik karya-karya Freud, ia dengan sengaja membiarkan aspek dirinya berfungsi lagi dan memberikan sisi irasional dari sifat bebasnya. Pada saat yang sama, ia mempelajarinya secara ilmiah dengan membuat catatan rinci tentang pengalaman anehnya.[29] Dia kemudian mengembangkan teori bahwa pengalaman-pengalaman ini datang dari area pikiran yang dia sebut sebagai ketidaksadaran kolektif, yang dia pegang dibagi bersama oleh semua orang.[22] Konsepsi yang banyak diperebutkan ini dikombinasikan dengan teori arketip yang dipegang Jung sebagai hal mendasar dalam studi psikologi agama. Dalam istilah Jung, arketip adalah pola naluriah, memiliki karakter universal, dan diekspresikan dalam perilaku dan gambar.[35]

Konsep Psikologi Carl Gustav Jung

sunting

Setelah berkarya dalam perkembangan dunia ilmu psikologi, Jung mengembangkan konsep psikologi yang sangat berpengaruh hingga saat ini, yakni yang paling kontroversial adalah psikoanalisis.[25] Psikoanalisis adalah teori yang menegaskan bahwa seluruh aspek kepribadian individu mengalami perkembangan yang holistik.[22] Sederhananya, kepribadian setiap orang sejatinya mengalami proses evolusi.[25]

Jung melandasi teorinya pada gagasan bahwa terdapat dua level dalam psyche, yakni kesadaran dan ketidaksadaran. Kesadaran merupakan pengalaman yang bersifat personal sedangkan ketidaksadaran berkaitan dengan keberadaan masa lalu.[31] Di titik ini, Jung sampai pada kesimpulan bahwa psyche andil membentuk dan mengubah kepribadian dan kepribadian tercipta melalui sebuah proses evolusi psyche yang kompleks dan mutual.[22] Oleh karena itu, di dalam proses evolusi psyche terdapat beberapa tingkatan:

1. Kesadaran Kesadaran merupakan proses yang melibatkan ego. Cakupan ego adalah nalar, logika, perasaan, dan ingatan. Ego adalah kesadaran individu atas diri sendiri dan ego mengontrol normalitas harian individu. Ego bekerja dalam cara-cara yang terukur dalam kesadaran yang terwujud melalui ekses rangsangan.[36] Lebih lanjut Jung mengkategorikan ego ke dalam dua jenis sikap, yakni introvert dan extravert yang saling mempengaruhi dan membentuk kepribadian individu.[37] Introvert memuncak pada pikiran dan perasaan sendiri, sedangkan extravert melibatkan dunia luar dan orang lain. Setiap individu memiliki kecenderungan atas kedua sikap itu, namun tetap ada dominasi yang tampak melalui ekses rangsangan masing-masing.[38]

2. Ketidaksadaran pribadi Ketidaksadaran pribadi merupakan proses yang melibatkan pengalaman.[36] Terdiri dari semua pengalaman yang dilupakan, yang kehilangan intensinya karena beberapa faktor, utamanya hal-hal yang tidak menyenangkan.[37] Jung menyebut Kompleks (Complex) sebagai kumpulan pengalaman (emosional, perpetual, sensual) yang tersimpan dalam ketidaksadaran tersebut dan punya pengaruh besar terhadap ego sehingga membentuk pola perilaku spontan.[38]

3. Ketidaksadaran kolektif Ketidaksadaran kolektif merupakan kebalikan dari ketidaksadaran pribadi yang penekanannya ada pada pengalaman individual.[36] Cakupan dari ketidaksadaran kolektif ini adalah ingatan terpendam individu dan leluhurnya yang berupa arketip dan insting sehingga mengontrol pola perilaku. Cakupan tersebut berkembang dan secara aktif mempengaruhi pikiran, emosi, dan tindakan individu.[37] Ketidaksadaran kolektif inilah juga yang mengatur pikiran, emosi dan tindakan individu terhadap kepercayaan agama, mitos, serta legenda. Di dalam ketidaksadaran kolektif juga terdapat persona, shadow, anima dan animus, dan self yang merupakan arketip yang membentuk pola perilaku individu di tengah masyarakat.[38]

  • Persona

Bagi Jung, persona adalah topeng yang dipakai individu sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap tuntutan-tuntutan keseharian ketika berhubungan dengan orang lain.[36] Topeng ini meliputi banyak sekali peran yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan rutin.[39]

  • Shadow

Jung mengartikan shadow sebagai bagian terdalam dan tergelap manusia. Shadow mencerminkan insting hewani yang diwariskan oleh moyang pra-manusia.[37] Oleh karena itu, shadow keluar dalam pola perilaku yang bermacam-macam, seperti perasaan ingin merusak diri sendiri, keinginan untuk menghancurkan orang lain atau alam. Akan tetapi, terdapat juga sisi positifnya, seperti pengampunan terhadap masalah yang extraordinary.[40]

  • Anima dan Animus

Jung menilai baik pria dan perempuan memiliki komponen seksual yang berlawanan. Tanpa disadari, setiap pria memiliki segi feminim, seperti halnya setiap perempuan memiliki kualitas maskulin.[36] Penilaian ini muncul karena terdapat variasi hormon di antara keduanya. Itulah anima, yakni komponen feminis pada pria yang dihasilkan oleh pengalaman-pengalaman yang dimiliki pria terhadap perempuan.[38] Juga animus, yakni komponen maskulin perempuan yang dihasilan lewat pengalaman-pengalaman bersama pria.[41]

  • Self

Jung menandai self sebagai cerminan perjuangan manusia ke arah kesatuan.[36] Self dikonsepkan sebagai energi yang memiliki kemampuan untuk merealisasikan, atau yang disebut Jung sebagai jalan individuasi. Individuasi merupakan proses dimana seseorang menjadi dirinya sendiri yang unik.[38] Oleh karena itu, self adalah titik nadir kepribadian yang mempersatukan dan menyeimbangkan ketiga arketip lainnya.

Karya ilmiah

sunting

Berikut ini adalah karya ilmiah Jung berupa 12 buku yang diwariskan guna pengembangan teori dan praktik psikoanalisis dalam ilmu psikologi. 12 buku ini adalah yang familiar ketika berbicara tentang konsep dasar psikologinya. Daftarnya adalah sebagai berikut:

Tabel Daftar Buku Karya Carl Gustav Jung
No Tahun Terbit Judul Buku
1 1912 Psychology of the Unconscious
2 1921 Psychological Types
3 1933 Modern Man in Search of a Soul
4 1938 Psychology and Religion: West and East
5 1951 Aion: Researches into the Phenomenology of the Self
6 1952 Symbols of Transformation
7 1952 Synchronicity: An Acausal Connecting Principle
8 1954 Answer to Job
9 1955 Mysterium Coniunctionis: An Inquiry into the Separation and Synthesis of Psychic Opposites in Alchemy
10 1957 Animus and Anima
11 1961 Memories, Dreams, Reflections
12 1963 Analytical Psychology: Its Theory and Practice

Referensi

sunting
  1. ^ Jung, C.G. ([1959] 1969). The Archetypes and the Collective Unconscious, Collected Works, Volume 9, Part 1, Princeton, N.J.: Princeton University Press. ISBN 0-691-01833-2. par. 259
  2. ^ a b Carl Jung (1959) [1954]. "Concerning the Archetypes, with Special Reference to the Anima Concept (Translated from Uber den Archetypus mit besonderer Berücksichtigung des Animabegriffes, Von den Wurzeln des Bewusstseins (Zurich: Rascher, 1954))". The Archetypes and the Collective Unconscious, Collected Works, Volume 9, Part 1. Princeton University Press. p. 55, para. 113. ISBN 0-691-01833-2. 
  3. ^ Carl Jung (1973) [1950]. Adler, Gerhard; Jaffé, Aniela, ed. C.G.Jung Letters. 1: 1906–1950. Diterjemahkan oleh Hull, R. F. C. Princeton University Press. letter 28 February 1932, page 88. ISBN 0-691-09895-6. Here are my answers to your questions about Goethe: My mother drew my attention to Faust when I was about 15 years old... Goethe was important to me because of Faust... In my circle, Faust is an object of lively interest. I once knew a wholesaler who always carried a pocket edition of Faust around with him. 
  4. ^ Carl Jung (1963). Memories, Dreams, Reflections. Random House. hlm. 101. ISBN 0-679-72395-1. 
  5. ^ Jung, C.G. (2014). Two Essays on Analytical Psychology. Routledge. hlm. 72. ISBN 9781317535362. Old Heraclitus, who was indeed a very great sage, discovered the most marvellous of all psychological laws: the regulative function of opposites. He called it enantiodromia, a running contrariwise, by which he meant that sooner or later everything runs into its opposite. 
  6. ^ Paul C. Bishop (1 June 1996). "The use of Kant in Jung's early psychological works". Journal of European Studies. 26 (2): 107–140. doi:10.1177/004724419602600201. Diakses tanggal 28 November 2020. 
  7. ^ a b Zabriskie, Beverley (2005). "Synchronicity and the I Ching: Jung, Pauli, and the Chinese woman". The Journal of Analytical Psychology. 50 (2): 223–235. doi:10.1111/j.0021-8774.2005.00525.x. PMID 15817044. 
  8. ^ Memories, Dreams, Reflections. hlm. 68. 
  9. ^ Falzeder, Ernst; Beebe, John (ed.). The Question of Psychological Types: The Correspondence between C. G. Jung and Hans Schmid-Guisan, 1915–1916. hlm. 30. 
  10. ^ a b Polly Young-Eisendrath. The Cambridge Companion To Jung. Cambridge University, 2010. hlm. 24–30. 
  11. ^ Carl Jung (1976). "II. Schiller's Ideas on the Type Problem". Collected Works of C.G. Jung, Volume 6: Psychological Types. Princeton University Press. The service rendered by Schiller from our psychological point of view, as will become clear in the course of our exposition, is by no means inconsiderable, for he offers us carefully worked out lines of approach whose value we, psychologists, are only just beginning to appreciate. 
  12. ^ Eileen Rizo-Patron, Edward S. Casey, Jason M. Wirth (eds.), Adventures in Phenomenology: Gaston Bachelard, SUNY Press, 2017, p. 123 n. 11.
  13. ^ Philip K. Dick (2011) [1974]. "Letter to Claudia Bush, November 26, 1974". Dalam Jackson, Pamela; Lethem, Jonathan. The Exegesis of Philip K. Dick. Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company. hlm. 50. ISBN 978-0-547-54927-9. 
  14. ^ "What Is the Electra Complex?". 13 February 2019. 
  15. ^ Hesse, Hermann (1973) [1950]. "Addenda, April 1950, letter to Emanuel Maier from Hermann Hesse". C.G.Jung Letters. oleh Carl Jung. Adler, Gerhard; Jaffé, Aniela, ed. 1: 1906–1950. Diterjemahkan oleh Hull, R. F. C. Princeton University Press. hlm. 575. ISBN 0-691-09895-6. In 1916 I underwent an analysis with a doctor friend of mine who was in part a pupil of Jung's. At that time I became acquainted with Jung's early work, the Wandlungen der Libido, which made an impression on me. I also read later books by Jung 
  16. ^ Erich Neumann (2014) [1949]. "Introduction". The Origins and History of Consciousness. Princeton University Press. hlm. xv. ISBN 978-0691163598. The following attempt to outline the archetypal stages in the development of consciousness is based on modern depth psychology. It is an application of the analytical psychology of C. G. Jung, even where we endeavor to amplify this psychology, and even though we may speculatively overstep its boundaries. 
  17. ^ Jordan Peterson (1999). "Preface: Descensus ad Infernos". Maps of Meaning. Routledge. hlm. xvii. ISBN 978-0415922227. I read something by Carl Jung, at about this time, that helped me understand what I was experiencing. It was Jung who formulated the concept of persona: the mask that "feigned individuality." Adoption of such a mask, according to Jung, allowed each of us- and those around us – to believe that we were authentic. Jung said... 
  18. ^ "Jean Piaget Biography". 10 July 2020. 
  19. ^ Kelland, Mark D. (17 August 2020). "Carl Rogers and Humanistic Psychology". 
  20. ^ Hall, Ian (2006). The International Thought of Martin Wight. New York: Palgrave Macmillan. hlm. 188. doi:10.1057/9781403983527. ISBN 978-1-4039-8352-7. 
  21. ^ (Inggris) Gerhard Wehr. 1987. Jung: A Biography. Boston/Shaftesbury, Dorset: Shambhal. Hal. 1-5. ISBN : 978-087-773-45-50
  22. ^ a b c d e f g h i (Indonesia)Sarlito Sarwono. 2002. Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. Hal. 29-35. ISBN : 978-979-41-825-29
  23. ^ a b c d e f g (Inggris) Alan Nelson. 1999. "Jung, Carl". In Cambridge Dictionary of Philosophy. Robert Audi, ed. London: Cambridge University Press. Hal. 600-620. ISBN : 978-141-77-537-72
  24. ^ {Inggris} Jung, C. G. (2014). The Collected Works of CG Jung: Symbols of Transformation (Vol. 5). Routledge.
  25. ^ a b c d (Inggris) Ann Casement. 2001. Carl Gustav Jung. London: Sage Publications. Hal. 5-40. ISBN : 076-196-23-87
  26. ^ {Inggris} Donati, M. (2004). Beyond synchronicity: the worldview of Carl Gustav Jung and Wolfgang Pauli. Journal of Analytical Psychology, 49(5), 707-728.
  27. ^ {Inggris} Sherry, J. (2010). Carl Gustav Jung: avant-garde conservative. Springer.
  28. ^ (Inggris) Carl Gustav Jung. 1916. Psychology of Unconscious. Mineola: Dover Publications. Hal. 35-45. ISBN : 0-486-42499-5
  29. ^ a b c d {Inggris} Freud, S., Jung, C. G., & McGlashan, A. (1994). The Freud-Jung Letters: The Correspondence Between Sigmund Freud and CG Jung (Vol. 135). Princeton University Press.
  30. ^ {Inggris} Heuer, G. M. (2012). A most dangerous–and revolutionary–method: Sabina Spielrein, Carl Gustav Jung, Sigmund Freud, Otto Gross, and the birth of intersubjectivity. Psychotherapy and Politics International, 10(3), 261-278.
  31. ^ a b c (Inggris) Carl Gustav Jung. 2002. Psychology of the unconscious. New York: Moffat, Yard, and Co. Hal. 15-20. ISBN : 978-048-611-92-05
  32. ^ {Inggris} Jung, C. G. (2011). Jung contra Freud: The 1912 New York lectures on the theory of psychoanalysis (Vol. 175). Princeton University Press.
  33. ^ (Inggris) William McGuire. 1979. The Freud/Jung Letters. New York: Picador. Hal. 12-13. ISBN : 978-0330258913
  34. ^ {Inggris} Roberts, T. B. (1975). Four psychologies applied to education: Freudian, behavioral, humanistic, transpersonal. Schenkman.
  35. ^ (Inggris) Ronald Hayman. 2001. A Life of Jung. New York: W.W. Norton & Co. Hal. 173. ISBN 978-0-393-01967-4
  36. ^ a b c d e f (Indonesia) Matthew Olson dan B. Hergenhahn. 2013. Pengantar Teori-Teori Kepribadian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal. 25-40. ISBN : 978-979-498-07-29
  37. ^ a b c d (Inggris) Anthony Stevens. 1991. On Jung. London: Penguin Books. Hal. 27-57. ISBN : 978-0-691-01048-9
  38. ^ a b c d e {Inggris} Ekstrom, S. R. (2004). The mind beyond our immediate awareness: Freudian, Jungian, and cognitive models of the unconscious. Journal of Analytical Psychology, 49(5), 657-682.
  39. ^ {Inggris} Fawkes, J. (2015). Performance and Persona: Goffman and Jung's approaches to professional identity applied to public relations. Public Relations Review, 41(5), 675-680.
  40. ^ {Inggris} Skea, B. R. (2006). Sabina Spielrein: out from the shadow of Jung and Freud. Journal of Analytical Psychology, 51(4), 527-552.
  41. ^ {Inggris} McKenzie, S. (2006). Queering gender: anima/animus and the paradigm of emergence. Journal of Analytical Psychology, 51(3), 401-421.