Carik (aksara Bali)

(Dialihkan dari Carik siki)

Carik adalah salah satu tanda baca dalam sistem penulisan aksara Bali. Secara harfiah, kata carik (bahasa Bali) berarti "selesai" (bahasa Indonesia).[1] Carik siki memiliki fungsi sama seperti tanda koma dalam huruf Latin. Bila carik siki ditulis dua kali dan jaraknya berdekatan, maka namanya berubah menjadi "carik kalih".

Carik
Carik siki Carik kalih Carik pamungkah
Carik siki
Carik siki
Pamungkah

Carik kalih atau Carik pareren (lafal: /pərɛrɛn/; secara harfiah berarti "penghenti") adalah salah satu tanda baca yang digunakan dalam sistem penulisan aksara Bali, yang fungsinya sama seperti tanda titik dalam sistem penulisan huruf Latin. Carik pareren digunakan saat mengakhiri kalimat, di akhir judul suatu karangan, dan pada kidung/kakawin.

Carik pamungkah berfungsi seperti tanda titik dua dalam huruf Latin. Biasanya dipakai untuk mengawali dialog.

Penggunaan

sunting
 
Tanda pasalinan.

Carik siki digunakan untuk mengakhiri kalimat sejenak, sama seperti fungsi tanda koma dalam huruf Latin.[2] Selain itu, carik siki juga digunakan dalam kakawin, dan kedudukannya sama seperti saat menulis kalimat. Apabila ada angka yang ditulis di tengah kalimat, maka carik siki digunakan untuk membedakan mana yang angka, mana yang huruf, agar tidak terjadi kekeliruan dalam membaca. Sebab, beberapa angka Bali bentuknya mirip dengan aksara Bali. Saat menulis angka di tengah kalimat, maka angka tersebut dimulai dengan carik siki, dan diakhiri pula dengan carik siki. Selain itu, carik siki digunakan saat membuat singkatan dengan menggunakan aksara Bali.

Carik pareren atau Carik kalih biasanya digunakan di akhir sebuah kalimat. Carik pareren menandakan bahwa kalimat itu sudah diakhiri, sama seperti fungsi tanda titik pada huruf Latin. Selain itu, apabila ada dua carik kalih yang mengapit angka nol, maka terbentuklah tanda pasalinan, yang biasanya dipakai untuk mengakhiri surat atau karangan. Pada geguritan, tanda pasalinan tersebut dipakai sebagai pergantian tembang.

Contoh penggunaan

sunting
Aksara Bali Alihaksara
 
Bali, 1 Juli 1982.
Bali, 1 Juli 1982.

Keterangan: Penulisan tanggal menggabungkan huruf dan angka. Huruf dipakai untuk menulis nama bulan, angka dipakai sebagai penunjuk tanggal dan tahun. Dalam sistem penulisan aksara Bali, penulisan angka di tengah kalimat (dan juga dalam penulisan tangal) harus diapit dengan tanda carik. Pada contoh di atas, angka 1 yang menunjukkan tanggal, diapit oleh tanda carik siki, demikian pula angka 1982 yang menunjukkan tahun. Karena angka 1982 terletak di akhir kalimat, maka ia tidak diakhiri dengan tanda carik, melainkan tanda carik kalih.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Simpen, hal. 45.
  2. ^ Tinggen, hal. 25.

Referensi

sunting
  • Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
  • Simpen A.B., I Wayan. 1985. Kamus Bahasa Bali. Denpasar: PT. Mabhakti.