Candi Ijo

bangunan kuil di Indonesia

Candi Ijo (bahasa Jawa: ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦆꦗꦺꦴ, translit. Candhi Ijo) adalah sebuah kompleks percandian bercorak Hindu, berada 4 kilometer arah tenggara dari Candi Ratu Boko atau kira-kira 18 kilometer di sebelah timur kota Yogyakarta. Candi ini diperkirakan dibangun antara abad ke-10 sampai dengan ke-11 Masehi pada saat zaman Kerajaan Medang periode Mataram.[1]

Candi Ijo
Kompleks utama Candi Ijo di teras tertinggi (2008).
Candi Ijo di Jawa
Candi Ijo
Location within Jawa
Informasi umum
Gaya arsitekturcandi
KotaDusun Groyokan, Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, DIY
Negara Indonesia
Rampungabad ke-10/ke-11.
Tiga candi perwara Candi Ijo

Lokasi

sunting

Candi Ijo terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Candi ini berada di lereng barat sebuah bukit yang masih merupakan bagian perbukitan Batur Agung, kira-kira sekitar 4 kilometer arah tenggara Candi Ratu Boko. Di mana pada bagian bawah lereng tersebut terdapat wisata tebing Breksi Jogja yang merupakan bekas pertambangan batu alam. Posisinya berada pada lereng bukit dengan ketinggian rata-rata 425 meter di atas permukaan laut.[2] Candi ini dinamakan "Ijo" karena berada di atas bukit yang disebut Gumuk Ijo. Kompleks percandian membuka ke arah barat dengan panorama indah, berupa persawahan dan bentang alam, seperti Bandara Adisucipto dan Pantai Parangtritis.

Dataran tempat kompleks utama candi memiliki luas sekitar 0,8 hektare, namun kuat dugaan bahwa kompleks percandian Ijo jauh lebih luas, dan menjorok ke barat dan utara. Dugaan itu didasarkan pada kenyataan bahwa ketika lereng bukit Candi Ijo di sebelah timur dan sebelah utara ditambang oleh penduduk, banyak ditemukan artefak yang mempunyai kaitan dengan candi.

Tata bangunan

sunting
 
Dinding pada candi utama terdapat tiga relung di tiap sisinya

Kompleks percandian Ijo dibangun pada punggungan bukit yang disebut Gumuk/Bukit Ijo. Nama ini telah disebut dalam prasasti Poh berangka tahun 906 Masehi berbahasa Jawa Kuno, dalam penggalan " ... anak wanua i wuang hijo ..." (anak desa, orang Ijo).[2]

Kompleks candi

sunting

Secara keseluruhan, kompleks candi merupakan teras-teras berundak, dengan bagian terbawah di sisi barat dan bagian tertinggi berada pada sisi timur, mengikuti kontur bukit. Kompleks percandian utama berada pada ujung timur. Di bagian barat terdapat reruntuhan bangunan candi yang masih dalam proses ekskavasi dan belum dipugar.[1] Setelah disela oleh kebun kecil, terdapat teras yang lebih tinggi dengan cukup banyak reruntuhan yang diperkirakan berasal dari sekumpulan candi-candi pemujaan kecil (candi perwara). Salah satu candi ini telah dipugar pada tahun 2013.

Kompleks percandian utama

sunting
 
Salah satu dari tiga candi perwara.
 
Arca Nandi dalam bilik candi perwara Candi Ijo, Mei 2022
 
Lingga dan yoni dalam bilik candi utama Candi Ijo. Perhatikan hiasan naga pada yoni.

Kompleks percandian utama terletak di bagian timur menempati teras tertinggi. Di bagian ini ada candi induk (satu telah dipugar), candi pengapit, dan candi perwara. Candi induk yang sudah selesai dipugar menghadap ke barat. Di hadapannya berjajar tiga candi yang lebih yang lebih kecil ukurannya yang diduga dibangun untuk memuja Trimurti: Brahma, Wisnu, dan Siwa. Ketiga candi perwara ini menghadap ke arah candi utama, yaitu menghadap ke timur. Tiga candi kecil ini memiliki ruangan di dalamnya dan terdapat jendela kerawangan berbentuk belah ketupat di dindingnya. Atap candi perwara ini terdiri atas tiga tingkatan yang dimahkotai barisan ratna. Candi perwara yang berada di tengah melindungi arca lembu Nandini, kendaraan Dewa Siwa.

Candi induk

sunting
 

Bangunan candi induk berdiri di atas kaki candi yang berdenah dasar persegi empat. Pintu masuk ke ruang dalam tubuh candi terletak di pertengahan dinding sisi barat, diapit dua buah jendela palsu, yakni relung gawang jendela tetapi tidak tembus berlubang pada ruangan di dalam. Pada dinding sisi utara, timur, dan selatan masing-masing terdapat tiga relung yang dihiasi ukiran kala makara. Relung yang tengah lebih tinggi dari dua relung yang mengapitnya. Relung-relung ini kini kosong, diduga mungkin dulu pada relung-relung ini pernah terpasang arca.

 
Yoni dalam candi perwara Candi Ijo

Untuk mencapai pintu yang terletak sekitar 120 cm dari permukaan tanah dibuat tangga yang dilengkapi dengan pipi tangga berbentuk sepasang makara, makhluk mitos berbentuk bertubuh ikan dan berbelalai seperti gajah. Kepala makara menjulur ke bawah dengan mulut menganga. Di atas ambang pintu terdapat hiasan kepala Kala bersusun. Pada bagian pintu masuk terdapat ukiran kala makara, berupa mulut raksasa kala yang tersambung makara. Pola kala-makara ini lazim ditemukan dalam ragam hias candi-candi Jawa Tengah. Sebagaimana yang terdapat di candi-candi lain di Jawa Tengah dan Yogyakarta, kedua kepala Kala tersebut tidak dilengkapi dengan rahang bawah. Di atas ambang kedua jendela palsu juga dihiasi dengan pahatan kepala Kala bersusun.

Di dalam mulut masing-masing makara terdapat relief burung bayan kecil. Jendela-jendela palsu ada bagian luar dinding utara, timur dan selatan, yaitu tiga buah pada masing-masing sisi. Ambang jendela juga dibingkai dengan hiasan sepasang makara dan kepala kala seperti yang terdapat di jendela palsu yang mengapit pintu.

Dalam tubuh candi induk ini terdapat sebuah ruangan. Di tengah dinding bagian dalam sisi utara, timur dan selatan masing-masing terdapat sebuah relung. Setiap relung diapit oleh pahatan pada dinding yang menggambarkan sepasang apsara yang terkesan terbang menuju ke arah relung. Tepat di tengah ruangan terdapat lingga dan yoni yang disangga oleh figur ular sendok. Makhluk yang berasal dari mitos Hindu ini melambangkan penyangga bumi. Penyatuan lingga dan yoni melambangkan kesatuan antara Siwa dan Parwati shaktinya.

Atap candi bertingkat-tingkat tiga undakan, terbentuk dari susunan segi empat yang makin ke atas makin mengecil. Di setiap sisi terdapat deretan tiga ratna di masing-masing tingkat. Sebuah ratna berukuran lebih besar terdapat di puncak atap. Sepanjang batas antara atap dan dinding tubuh candi dihiasi dengan deretan pahatan dengan pola berselang-seling antara sulur-suluran dan gana (makhluk kerdil). Sepanjang tepi atap dihiasi dengan deretan antefiks dengan bingkai sulur-suluran. Dalam masing-masing bingkai terdapat arca setengah badan yang menggambarkan dewa dalam berbagai posisi tangan.

Aktivitas wisatawan

sunting

Candi Ijo merupakan candi yang berada di atas bukit dengan pemandangan Kota Yogya dan Landasan Pacu Bandara Adisucipto. Karena lokasinya tersebut, banyak wisatawan yang mengunjungi candi ini untuk melihat matahari tenggelam (sunset) dari halaman candi.

Lokasi Candi Ijo

sunting

Candi Ijo memiliki jarak kurang lebih 28 km dari arah timur Yogyakarta. Anda bisa menggunakan rute menuju Candi Prambanan, setelah itu pilih arah selatan, arah menuju Candi Ijo ada di jalan raya yang menghubungkan antara Yogyakarta serta Piyungan. Sesudah menempuh kurang lebih 15 menit, Anda akan menemukan papan nama yang bertuliskan Candi Ijo.

Lihat pula

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b "Candi Ijo". Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-02-15. Diakses tanggal 21 Maret 2013. 
  2. ^ a b Papan informasi di kompleks candi.

Pranala luar

sunting