Nyamplung
Nyamplung[2] (Calophyllum inophyllum) adalah sejenis pohon Bintangur yang hidup di pesisir yang berpasir dan berbatu karang, kulit pohonnya dapat digunakan untuk obat, kayunya keras, digunakan untuk bahan pembuat perahu dan tiang kapal.[2]
Nyamplung
| |
---|---|
Calophyllum inophyllum | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 33196 |
Taksonomi | |
Superkerajaan | Eukaryota |
Kerajaan | Plantae |
Divisi | Tracheophytes |
Ordo | Malpighiales |
Famili | Calophyllaceae |
Genus | Calophyllum |
Spesies | Calophyllum inophyllum Linnaeus, 1753 |
Distribusi | |
Tumbuhan ini termasuk ke dalam marga Calophyllum yang mempunyai sebaran cukup luas di dunia yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia, nyamplung tersebar mulai dari Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua.
Manfaat
suntingKelebihan nyamplung sebagai bahan baku biofuel adalah bijinya mempunyai rendemen yang tinggi, bisa mencapai 74%, dan dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan pangan. Keunggulan nyamplung lainnya ditinjau prospek pengembangan dan pemanfaatan lain, antara lain adalah tanaman dengan regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun yang menunjukkan daya survival yang tinggi terhadap lingkungan. Nyamplung relatif mudah dibudidayakan baik tanaman sejenis (monokultur) atau hutan campuran, cocok di daerah beriklim kering, permudaan alami banyak, dan berbuah sepanjang tahun.[butuh rujukan]
Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung dapat dimanfaatkan dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi. Tegakan hutan nyamplung berfungsi sebagai pemecah angin untuk tanaman pertanian dan konservasi pantai, dan pemanfaatan biofuel. Nyamplung dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar karena produktivitas biji lebih tinggi diandingkan jenis lain (jarak pagar 5 ton/ha, kelapa sawit 6 ton/ha, nyamplung 20 ton/ha).[butuh rujukan]
Proses pengolahan biodiesel dari nyamplung hampir sama dengan pengolahan minyak sawit, kelapa, dan jarak pagar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif yang tinggi, maka waktu yang dibutuhkan pada proses pengukusan lebih lama dan proses pemisahan getah berlangsung pada konsentrasi tinggi.[butuh rujukan]
Nyamplung juga digunakan untuk restorasi lahan gambut, di mana tanaman ini ditanam untuk meningkatkan produktivitas lahan yang terdegradasi dan langkah preventif terkait terjadinya kebakaran hutan dan lahan.[3]
Referensi
sunting- ^ Calophyllum inophyllum was first described and published in Species Plantarum 1:513. 1753. GRIN (March 8, 2012). "Calophyllum inophyllum information from NPGS/GRIN". Taxonomy for Plants. National Germplasm Resources Laboratory, Beltsville, Maryland: USDA, ARS, National Genetic Resources Program. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-04-15. Diakses tanggal April 26, 2012.
---
- ^ a b "Arti kata nyamplung". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud. KBBI Daring. Diakses tanggal 4 Agustus 2020.
- ^ R, Rahmadi (2022-01-05). "Nyamplung, Sumber Energi Nabati yang Dikembangkan di Gambut Sumatera Selatan". Mongabay.co.id. Diakses tanggal 2022-10-06.
Pranala terkait
sunting- Biodiesel Nyamplung, Di antara Jenuhnya Jarak Pagar dan Tuntutan Kebutuhan Bioenergi, Majalah Online Traksi, Ikatan Mahasiswa Teknik PertanianDiarsipkan 2010-07-25 di Wayback Machine.